"Aku memang bukan lelaki romantis. Tapi aku berjanji akan berusaha menjadi lelaki bertanggung jawab. Bertanggung jawab atas urusan dunia dan akhiratmu."
_Haidar Al-Faraby
Malam hari yang gelap. Haidar berbincang santai bersama keempat kakak Adiba di gazebo asrama putra. Ia membagikan pengalamannya dalam mengisi materi dan juga mendengarkan keempat kakak Adiba membagikan pengalaman mereka juga.
Sedikit banyak Haidar juga membahas beberapa metode mengurus para santri sampai tak sadar obrolannya dengan keempat kakak Adiba dan beberapa pengurus telah mencapai jam sepuluh malam.
Haidar pun pamit pergi terlebih dahulu. Ia membuka pintu kamar perlahan dan berusaha tidak menimbulkan suara karena mengira Adiba telah tertidur dan tidak mau mengganggunya.
Tanpa Haidar duga, istri kecilnya itu belum juga tertidur namun duduk di atas kursi belajar sambil membaca sebuah buku.
Haidar berjalan mengendap ke arah Adiba dan mengintip bacaan Adiba. Karena terlalu fokus, Adiba tidak menyadari ada sosok Haidar di belakangnya.
Adiba tersenyum dan tertawa kecil membuat Haidar curiga seketika. Matanya melihat fokus ke arah buku yang di baca Adiba dan matanya membelalak ketika melihat buku yang di baca istrinya.
Haidar berjalan perlahan ke arah rak buku dan mengambil buku terjemah Fathul Mu'in dan menyodorkannya pada Adiba.
"Baca ini aja," ucap Haidar sambil menyodorkan buku terjemah Fathul Mu'in dan merebut buku Adiba membuat istrinya terkejut seketika.
"Loh? Mas kapan datang?" Kaget Adiba.
"Baru aja," sahut Haidar kemudian berjalan ke arah rak dan menaruh buku bacaan Adiba di rak paling atas yang menurutnya susah untuk di jangkau Adiba.
"Kok Fathul Mu'in sih? Aku maunya Fathul Izar," ujar Adiba ketika membaca judul buku yang di berikan Haidar.
"Sama Fathul-nya," sahut Haidar.
"Tapi isinya beda. Aku pengen baca yang Fathul Izar," rengek Adiba.
"Belum waktunya Diba," ucap Haidar.
Adiba menganga mendengar ucapan Haidar. Ia merasa tidak di hargai statusnya sebagai istri meskipun istri kecil yang memang belum cukup umur.
"Terus kapan waktunya? Aku itu udah punya suami Mas. Apa salahnya aku belajar jadi istri yang baik?" Seru Adiba mencoba mengingatkan sang suami jika ia telah menyandang gelar seorang istri.
"Belum cukup umur Diba," kata Haidar pelan.
Adiba berdecak sebal. Kenapa Haidar harus memperjelas perkara umur?
"Terus kalau tahu aku masih di bawah umur ngapain di nikahi?" Gerutu Adiba.
"Sekarang aku tanya, kamu dapat terjemah ini darimana?" Kata Haidar.
"Rak buku Umma," sahut Adiba jujur.
"Harusnya kamu belajar Diba bukan malah baca terjemah kitab Fathul Izar," tutur Haidar.
"Fathul Izar kan juga ilmu. Kalau aku baca terjemahnya sama aja aku belajar kan?" Debat Adiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
Partner Syurga (TERBIT)
Romance"Aku memang bukan lelaki idaman para wanita tapi aku berjanji akan berusaha menjadi satu-satunya lelaki idamanmu." _Haidar Al-Faraby Menikah muda memang bukan impian Ning Adiba sama sekali tapi apa yang tidak di inginkan belum tentu menjadi hal terb...