Part 18

33.3K 1.9K 527
                                    

“Mungkin aku akan sering menjadi imam para perempuan dalam sholat, tapi aku insyaallah aku hanya akan menjadi imam dalam hidup kamu saja.”


Terdengar samar suara bacaan ayat suci Al-Qur’an dari telinga Adiba. Ia pun mengucek matanya dan menatap ke samping namun sosok suaminya tidak ada. Pandangannya mengitari kamar dan akhirnya menemukan sosok suami yang tengah duduk di atas sajadah sambil membaca ayat Al-Qur’an.

Adiba terbangun oleh bacaan ayat suci Haidar. Ia segera bangun dan menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri karena ketika haid, ia memang menjadi super rajin mandi.

Selesai mandi, Adiba membersihkan kamar dan menatanya.

“Diba,” panggil Haidar yang telah selesai muroja'ah Al-Qur’an.

Dalem Mas.”

“Kok sudah bangun?” tanya Haidar sembari berjalan mendekat ke arah sang istri.

“Iya Mas, denger suara kamu baca Al-Qur’an,” jawab Adiba.

Haidar mencium aroma wangi Adiba. Senyumnya terukir ketika menyadari sang istri sudah berdandan cantik pagi-pagi begini.

“Sudah dandan juga?” ujar Haidar.

“Iya Mas. Kalau haid emang super rajin mandi dan berhias Mas,” sahut Adiba.

“Sebelum nikah kamu berhias untuk siapa?” tanya Haidar.

“Untuk diri sendiri lah Mas,” jawab Adiba.

“Bukan untuk di lihat lelaki lain kan?”

“Astaghfirullah, ya nggak lah Mas,” sahut Adiba cepat.

“Aku tuh nggak suka kalau ada lelaki berfikir kalau perempuan berdandan cantik itu tujuannya untuk memikat para lelaki, padahal ada sebagian perempuan yang berdandan memang karena ingin memperindah diri untuk kesenangan pribadi,” celoteh Adiba.

Haidar diam mendengarkan sambil tersenyum. Matanya fokus menatap bibir tipis Adiba yang terlihat menggemaskan ketika sedang berceloteh. Ia bertopang dagu memperhatikan saja sang istri yang asyik berceloteh.

"Perempuan di asumsikan kalau berdandan atau berhias diri itu buat memikat para lelaki. Padahal kalau lelaki yang dandan, mana pernah perempuan tanya apa dia berdandan untuk di lihat perempuan?"

“Meskipun Abi selalu ngingetin buat nggak berlebihan dalam berdandan, tapi Abi nggak pernah su’udzon lihat aku dandan untuk di puji mata para lelaki yang melihat."

“Mas, perempuan punya hak kan untuk mengurus dirinya? Apalagi sudah menikah, pasti Mas juga akan seneng lihat istri cantik dan wangi. Harusnya Mas senang dan bersyukur kalau punya istri pinter merawat diri dari usia dini. Karena perempuan yang bisa merawat diri itu bagus. Diri sendiri aja di rawat dan di sayangi, apalagi diri suaminya. Pasti istri yang bisa merawat diri itu juga pandai merawat suami,” kata Adiba panjang lebar tanpa jeda.

“Cerewet banget istriku,” celetuk Haidar geleng-geleng kepala.

“Cerewet-cerewet begini sekalinya senyum bisa ngerepotin perasaan orang Lo Mas,” sahut Adiba langsung membuat Haidar tertawa seketika.

Partner Syurga (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang