Part 24

30K 1.7K 1K
                                    

Kesalahpahaman telah usai. Kini Ning Adiba dan Gus Haidar sama-sama fokus pada buku masing-masing.

Ning Adiba yang fokus dengan tugas sekolah dan Gus Haidar yang fokus pada tugas kuliah. Mereka belajar bersama dan saling memberi semangat.

"Ada perlombaan Qiroah Mas," ucap Ning Adiba membuka obrolan.

"Kamu pengen ikut?" Tanya Gus Haidar.

"Iya, kalau di izinkan," jawab Ning Adiba jujur.

"Apa kamu nggak bosan jadi juara?" Ucap Gus Haidar.

"Maksudnya?"

"Juara sekolah, juara tilawah, juara Diniyah dan juara di hatiku."

Blush.

Kedua pipi Ning Adiba merona seketika. Senyum gingsulnya yang manis menambah kesan menggemaskan di wajahnya.

"Jadi boleh nggak Mas?" Kata Ning Adiba kembali.

"Boleh. Asal kamu nggak lalai di pelajaran sekolah dan Diniyah. Ulangan Diniyah dan sekolah harus di perhatikan dengan baik," tutur Gus Haidar seperti menasehati anak sendiri.

"Iya siap. Ini aku juga lagi belajar," ucap Ning Adiba sambil mengangkat buku LKS Sejarah kebudayaan Islam.

"Suka banget ya sama sejarah?"

"Iya Mas. Sejarah itu memiliki banyak sekali makna. Sejarah bukan cuma tentang histori masa lampau tapi juga pesan dan kesan yang mengagumkan. Apalagi sejarah Islam," ucap Ning Adiba sambil tersenyum.

"Masyaallah. Beruntung banget Haidar dapat istri cantik dan Hubbul Ilmi."

Ucapan Gus Haidar mampu membuat Ning Adiba tersenyum baper. Ia merasa menjadi perempuan paling bahagia saat ini.

"Dosenku pernah berkata jika sebagian kepintaran seorang anak itu mewarisi dari ibunya. Ustadku berkata jika ibu memiliki andil tinggi dalam pendidikan anak karena ibu adalah madrasatul ula bagi anak."

"Bukannya Mas juga pintar?"

"Ilmuku untuk kamu. Dan ilmu kamu untuk anak kita kelak."

Ning Adiba tak dapat menahan senyumnya. Ia menunduk karena tersipu dengan ucapan Gus Haidar.

"Aku sangat bersyukur jika nantinya anak kita mewarisi semua kecerdasan kamu," ungkap Gus Haidar.

"Kalau aku nggak pintar, apa Mas akan tetap cinta sama aku?"

"Asal kamu penurut dan sholiha karena aku bisa mendidik kamu sampai pintar."

"Mas udah pengen punya anak belum?" Tanya Ning Adiba mulai nyeleneh.

"Emang kamu udah siap hamil?

Ning Adiba menghela nafas. Kebiasaan membalikkan pertanyaan rupanya masih mendarahdaging pada Gus Haidar meskipun sikapnya sudah romantis padanya.

"Kalau tanya di jawab dulu jangan balik tanya!" Gerutu Ning Adiba.

"Jawaban aku tergantung jawaban kamu Diba. Kalau kamu siap hamil Brati aku pengen punya anak, begitu pun sebaliknya," ucap Gus Haidar.

Partner Syurga (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang