Part 36

24.8K 1.5K 1.1K
                                    

"Aku tidak menganggap-mu sebagai hal terindah di dunia, tapi dunia dan seisinya terlihat begitu indah ketika kamu hadir."

_Haidar Al-Faraby

Hari ini merupakan hari yang bersejarah bagi Gus Albi dan Nana. Kediaman Bu Nyai Halwa ramai oleh tamu undangan yang ingin menyaksikan dan mendoakan kedua mempelai.

Saat ini, Nana terlihat sangat cantik dengan gaun pernikahan berwarna putih. Wajahnya di rias secantik mungkin. Perasaannya campur aduk, antara takut dan gugup.

Ning Adiba menemani Nana yang baru saja selesai di rias sementara Gus Albi sedang melaksanakan proses ijab Qabul.

"Selamat ya Mbak. Semoga bisa sabar ngadepin Mas Albi yang super nyebelin," ucap Ning Adiba.

"Terimakasih Ning. Mohon doanya," sahut Nana.

"Mulai sekarang, Mbak Nana panggil aku Dek Diba aja. Jangan panggil Ning, kan sekarang Mbak Nana jadi kakak ipar aku," ucap Ning Adiba sambil tersenyum.

"Iya Dek Diba," sahut Nana membalas senyum Ning Adiba. Dalam hati tak henti-hentinya bersyukur karena Ning Adiba dan seluruh keluarganya sangat menerimanya dengan baik meskipun latar belakangnya bukan dari putri Kyai juga.

Terdengar suara Gus Albi yang mengucapkan kalimat ijab dengan lantang. Hati Nana semakin berdebar hebat. Rasanya masih tidak menyangka jika sebentar lagi ia akan menjadi istri dari Gus Albi.

Sampai akhirnya waktu itu pun tiba. Waktu di mana Nana di pertemukan dengan Gus Albi dalam kondisi sudah halal.

Ning Adiba tersenyum lebar dengan mata berkaca-kaca bersama Bu Nyai Halwa.

"Semoga Masmu bisa jadi imam yang baik nduk," ucap Bu Nyai Halwa penuh harap.

"Amin Ya Rabb," sahut Ning Adiba.

Mereka memperhatikan Gus Albi yang di pertemukan dengan Nana. Sepasang pengantin baru itu terlihat sangat cocok dan serasi namun ada tatapan lain dari sorot mata Gus Albi maupun Nana yang menjadi misteri di benak Ning Adiba. Entah  apa makna tatapan itu.

👶👶👶👶👶

"Nggak nyangka Mas kalau sekarang kita udah jalan lima bulan pernikahan padahal rasanya baru aja kemarin kita nikah," ucap Ning Adiba pada sang suami.

"Maaf ya kalau awal-awal aku dingin sama kamu," sahut Gus Haidar mengingat momen awal pernikahan yang kurang menyenangkan untuk Ning Adiba.

"Nggak papa. Yang penting sekarang suamiku udah manis dan romantis sama aku," ucap Ning Adiba sambil tersenyum.

"Pelet kamu terlalu kuat," sahut Gus Haidar sambil terkekeh.

"Iiih dasar." Ning Adiba menepuk lengan Gus Haidar tak terima.

"Maaf tuan puteri," sahut Gus Haidar sambil tersenyum.

Blush.

Ibarat pacaran, Gus Haidar memang pawang bikin salting bagi Ning Adiba. Meskipun dengan gombalan dan godaan recehnya.

"Ujian Diniyah udah selesai dan lanjut ujian sekolah setelah itu liburan. Aku pengen liburan sama Mas," ucap Ning Adiba  mengalihkan pembicaraan karena salting.

Partner Syurga (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang