"Aku lebih suka di tatap sekilas olehmu daripada semua orang menatapku berlama-lama dengan sengaja."
_Haidar Al-Faraby
Pagi hari yang cerah. Ning Adiba dan Gus Haidar masih menginap di kediaman Kyai Ilzam.
Saat ini, Ning Adiba memandikan Afkhar seperti biasa. Perlahan, Afkhar mulai nyaman dan terbiasa dengan perhatian Ning Adiba.
Sembari memandikan keponakan tampannya itu, Ning Adiba terus mengajaknya dialog agar Afkhar bisa belajar dari pendengarannya tentang banyak kosakata.
Selesai memandikan, Ning Adiba membawa Afkhar ke atas ranjang dan mulai memakaikan baju. Di sela-sela aktifitasnya, tiba-tiba Gus Haidar datang dan duduk di samping Ning Adiba sembari menatapnya tak berkedip.
Karena tatapan intens Gus Haidar, Ning Adiba menjadi grogi dan tidak sadar jika ia memakaikan celana Afkhar terbalik.
“Sayang, celananya kebalik,” ujar Gus Haidar sambil tertawa.
“Astaghfirullah, iya,” sahut Ning Adiba. Ia langsung melepas celana Afkhar dan membalikkan celananya kemudian memakaikannya kembali.
Kedua pipi Ning Adiba merah merona karena malu. Ia merutuki dirinya sendiri yang tak bisa menahan salting ketika di pandang sang suami, padahal pernikahan mereka telah berjalan lama.
“Efek grogi di lihatin suami ya?” goda Gus Haidar sambil terkekeh.
“Iya, siapa suruh lihatin sampai nggak kedip gitu,” sahut Ning Adiba jujur.
“Siapa suruh cantik,” balas Gus Haidar enteng.
"Gombal," kata Ning Adiba malu-malu.
“Awas aja nanti aku balas,” ancam Ning Adiba.
“Balas ngapain?”
“Aku liatin sampai nggak kedip, pasti Mas jadi nggak fokus juga kan?”
Gus Haidar menyinggungkan senyum. “Kamu tahu nggak, aku lebih suka di tatap sekilas sama kamu daripada di tatap semua orang menatap aku berlama-lama dengan sengaja,” ujarnya.
Blush.
Kedua pipi Ning Adiba langsung merah merona. Ia semakin salting mendengar kalimat manis Gus Haidar.
"Kalau kamu mau memandang sampai jutaan jam pun, aku dengan senang hati akan tetap suka," ujar Gus Haidar terdengar bucin.
“Iih udah ah. Mending Mas mandi, aku mau main sama Afkhar,” ucap Ning Adiba sambil menggendong Afkhar.
“Iya sayang,” sahut Gus Haidar mengangguk patuh.
Detik berikutnya, Ning Adiba menemani Afkhar bermain mobil-mobilan di halaman rumah. Sementara Gus Haidar fokus mandi.
Ketika asyik bermain dengan Afkhar, sebuah panggilan mengagetkan Ning Adiba.
“Ning Adiba.”
Ning Adiba menoleh dan langsung terkejut melihat sosok yang memanggilnya. “K-kak Arzan?”
Arzan tersenyum lebar dengan wajah sumringah. Ia menatap Ning Adiba penuh cinta dan takjub dengan perubahan Ning Adiba yang semakin besar dan cantik.
“Masyaallah,” gumam Arzan mengagumi Ning Adiba.
Ning Adiba tidak bisa berkata-kata. Mulutnya terkunci rapat dengan perasaan gelisah.
"Saya datang Ning," ucap Arzan sambil tersenyum lebar.
Ning Adiba menggelengkan kepala. "Kak Arzan telat," ucapnya.
"Maksud Ning?"
Tiba-tiba Gus Haidar datang dan memanggil sang istri sambil tersenyum lebar. "Sayang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Partner Syurga (TERBIT)
Romance"Aku memang bukan lelaki idaman para wanita tapi aku berjanji akan berusaha menjadi satu-satunya lelaki idamanmu." _Haidar Al-Faraby Menikah muda memang bukan impian Ning Adiba sama sekali tapi apa yang tidak di inginkan belum tentu menjadi hal terb...