Part 58

19.5K 1.2K 3
                                    

"Jangan hapus seribu kebaikan cuma karena satu kesalahan."

_Haidar Al-Faraby

Gus Haidar meneguk ludah susah payah. Hati kecilnya meronta ingin mengiyakan namun pikirannya mencegahnya. Kini ia bingung harus bagaimana.

Tubuhnya semakin resah tatkala mendapat serangan ulti dari Ning Adiba dengan cara mengalungkan tangannya di leher sang suami sembari berjinjit karena tingginya memang tidak setara.

Masih dengan kebimbangan, Gus Haidar melepas kedua tangan Ning Adiba pelan. Tatapan mata mereka beradu dan Gus Haidar dapat membaca raut kecewa Ning Adiba.

"Kamu hamil muda dan tidak seharusnya melakukan hal itu," ucap Gus Haidar.

Mendengar itu, senyum Ning Adiba terbit sempurna. Dalam hati berbunga-bunga karena merasa Gus Haidar memperhatikannya.

"Ini yang bikin aku semangat PDKT ulang sama Mas. Aku yakin, Mas memang ada gangguan di ingatan pernikahan tapi rasa cinta Mas tetap utuh di hati Mas," kata Ning Adiba sembari memegang dada Gus Haidar.

Melihat wajah dan senyum Ning Adiba dari jarak sedekat ini membuat hati Gus Haidar nyaman. Ia merasa pernah atau bahkan sering merasakan perasaan nyaman ini tapi ia tidak bisa mengingat jelas pada momen apa saja dan kapan saja semua itu terjadi.

Ning Adiba yang peka pun langsung menarik tangan Gus Haidar untuk menarik perhatiannya yang tengah melamun.

"Jangan di paksakan Mas, aku lebih khawatir kalau kepala Mas sakit. Nggak papa kok Mas sikapnya beda, tapi aku yakin perasaan Mas masih sama," ucap Ning Adiba terdengar tulus.

Mendengar setiap kalimat dari bibir Ning Adiba membuat Gus Haidar kagum. Ia pun melawan kebimbangan hatinya dan meyakinkan diri jika ia adalah seorang suami yang sangat mencintai istrinya dan ia harus berusaha kuat mengingat memori indah bersama sang istri.

"Boleh aku mencium?"

Deg.

Kaget sudah pasti. Tubuh Ning Adiba menegang dan bibirnya terkatup rapat. Ia benar-benar seperti mengulang momen awal dirinya dan Gus Haidar saling mencintai satu sama lain.

"Boleh," ucap Ning Adiba pada akhirnya kemudian memejamkan mata sembari tersenyum.

Cup.

Satu kecupan membuat Ning Adiba merasakan kenyamanan berkali-kali lipat. Ia membuka mata kemudian tangannya bergerak menarik kedua sudut bibir Gus Haidar membentuk 'smile'.

"Senyum ini yang aku rindukan juga selain ciuman."

_______________

Hari ini Gus Haidar dan Ning Adiba berangkat bersama menghadiri acara pernikahan Gus Akhtar bersama Ning Khanza yang merupakan mahasiswi Gus Akhtar sendiri.

Di acara pernikahan Gus Akhtar, Ning Adiba bertemu dengan Ivan dan para grup munsyidahnya yang turut hadir.

"Apa Ning yakin tidak ingin kembali ke tim? Kami sangat terbuka kapanpun Ning mau kembali," ucap Ivan.

"Enggak Bang, makasih banyak," sahut Ning Adiba penuh keyakinan.

Gus Haidar yang berada di samping Ning Adiba terlihat menatap sinis ke arah Ivan. Ia merasa tidak suka pada Ivan. Ia tidak suka Ning Adiba berbicara dengan Ivan dan ia merasa ganjal melihat wajah Ivan.

"Gus masih hilang ingatan?" Tanya Ivan.

"Insyaallah secepatnya pulih, doakan saja Bang," sahut Ning Adiba kemudian mengajak Gus Haidar pergi menjauh dari Ivan.

Partner Syurga (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang