"Kamu itu bukti, kalau obat itu tidak hanya berbentuk pil. Doa dan cinta kamu bisa bikin aku lupa apa itu rasa sakit."
_Adiba Mumtaza
Gus Haidar menuju ke kamar. Matanya menatap sang istri yang terbaring di atas ranjang sembari memejamkan mata. Ia mendekat tepat di samping Ning Adiba dan menatap lekat wajah Ning Adiba yang tertidur pulas.
"Apa kamu beneran hamil Ning?" Gumam Gus Haidar sembari membelai pipi mulus Ning Adiba.
Tak berapa lama, terlihat Ning Adiba menggeliat karena sentuhan Gus Haidar. Ia mulai membuka mata perlahan dan terkejut melihat sang suami yang sibuk menatapnya.
"Mas, jam berapa?" Tanya Ning Adiba.
"Jam setengah dua," jawab Gus Haidar.
Ning Adiba bangkit duduk perlahan. Tangannya memegang perutnya yang masih terasa mual meski tidak separah tadi.
"Aku belum sholat," ucap Ning Adiba kemudian bangkit ke kamar mandi untuk wudhu.
Gus Haidar setia menunggu sang istri menyelesaikan sholat dhuhur sebelum mengajaknya berbicara perihal kehamilan.
Selesai sholat, Ning Adiba menghampiri Gus Haidar dan langsung memeluknya manja.
"Masih mual? Hm?" Tanya Gus Haidar lembut.
Ning Adiba mengangguk kecil. "Lumayan, tapi sekarang laper," jawab Ning Adiba manja.
Gus Haidar tersenyum lebar melihat sikap manja sang istri yang menggemaskan. Tangannya bergerak menangkup kedua pipi Ning Adiba menggunakan tangannya.
"Kamu telat haid Ning?" Tanya Gus Haidar.
Ning Adiba menatap wajah sang suami lekat. "Udah telat sepuluh hari di catatan," jawabnya.
"Jangan-jangan kamu mual karena hamil?" Kata Gus Haidar menebak.
Ning Adiba membelalakkan mata. Detik berikutnya, ia melepaskan diri dari pelukan Gus Haidar kemudian mengambil tiga jenis tespack yang sempat ia beli beberapa waktu lalu di dalam laci.
"Aku cek dulu ya Mas," kata Ning Adiba sebelum masuk ke dalam kamar mandi.
Gus Haidar tertawa kecil melihat tingkah Ning Adiba. "Gercep banget Ning," gumamnya.
Sembari menunggu, Gus Haidar tidak dapat menahan kegugupannya. Entah mengapa sangat mendebarkan baginya namun ia telah berjanji pada dirinya sendiri apapun hasilnya ia akan tetap mensupport Ning Adiba.
Cukup lama sampai akhirnya Ning Adiba keluar. Ketika pintu terbuka, Gus Haidar langsung bangkit berdiri dan berjalan mendekat ke arah Ning Adiba.
"Bagaimana hasilnya Ning?" Tanya Gus Haidar dengan wajah super penasaran.
Ning Adiba menunduk tanpa kata. Wajahnya terlihat menekuk membuat Gus Haidar mengira jika hasilnya masih negatif.
"Jangan sedih sayang. Kita bisa usaha lagi," ujar Gus Haidar sembari mengelus punggung Ning Adiba.
Detik berikutnya, Ning Adiba mendongak dan memasang senyum perlahan sembari menunjukkan hasil tespack pada Gus Haidar.
Kedua mata Gus Haidar membelalak melihat dua garis biru. Jantungnya langsung berdebar hebat. Perasaan bahagia kini membuncah tidak karuan.
Dengan hati gembira, Gus Haidar langsung memeluk tubuh sang istri sembari mencium keningnya berkali-kali.
"Alhamdulillah ya Allah," ucap Gus Haidar dengan mata berkaca-kaca. Baginya kehamilan pertama Ning Adiba sangat membahagiakan untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Partner Syurga (TERBIT)
Romansa"Aku memang bukan lelaki idaman para wanita tapi aku berjanji akan berusaha menjadi satu-satunya lelaki idamanmu." _Haidar Al-Faraby Menikah muda memang bukan impian Ning Adiba sama sekali tapi apa yang tidak di inginkan belum tentu menjadi hal terb...