Malam ini, Bu Nyai Sayyida mencoba menelpon Bu Nyai Halwa untuk meminta tolong ke rumah sakit terlebih dahulu melihat kondisi Gus Haidar dan mengurusnya.
Setelah mendapat kabar dari Bu Nyai Sayyida tentang Gus Haidar, Bu Nyai Halwa pun segera berangkat ke rumah sakit bersama Kyai Ilzam untuk melihat kondisinya dan mengurus administrasi.
"Alhamdulillah Haidar bisa di selamatkan kok nak. Dia masih pingsan dan belum sadarkan diri."
Ucapan Bu Nyai Halwa dari balik telepon mampu meredakan sedikit kekhawatiran Ning Adiba karena telah mendapat info tentang suaminya.
"Kamu tenang aja ya nak. Mending sekarang istirahat dulu, besok baru datang ke sini. Ingat jaga kandungan kamu baik-baik."
Ning Adiba mengangguk sembari mengusap air matanya. Ia mencoba kuat dan tenang karena mau bagaimana pun ia harus menjaga kandungannya.
Setelah itu, Bu Nyai Sayyida mengantar Ning Adiba ke kamarnya.
"Kalau nanti Mas Haidar sadar gimana Ma?" Tanya Ning Adiba pada sang mertua.
"Di sana kan ada Umma dan Abi nak. Haidar lelaki yang kuat, Mama yakin itu karena dia penerus Abah memimpin Pondok pesantren Darul Qur'an," jawab Bu Nyai Sayyida menenangkan menantunya.
"Mending kamu istirahat ya. Jangan terlalu cemas. Ingat, kalau ada janin yang harus kamu pikirkan juga," tutur Bu Nyai Sayyida.
"Kamu nggak masalah kan tidur sendiri? Atau Mama temenin?" Kata Bu Nyai Sayyida menawarkan.
"Nggak papa Ma. Adiba dulunya juga terbiasa tidur sendiri waktu LDR sama Mas Haidar," sahut Ning Adiba.
"Kamu serius Nak? Kalau kamu butuh apa-apa gimana?"
"Mama nggak perlu khawatir. Adiba kuat kok."
Bu Nyai Sayyida mengangguk kemudian segera pamit meninggalkan kamar Ning Adiba.
Setelah kepergian Bu Nyai Sayyida, hanya keheningan yang tersisa. Salah satu alasan mengapa Ning Adiba tidak mau Bu Nyai Sayyida menemaninya adalah karena kondisi Kyai Arham yang terkadang lemah dan pastinya membutuhkan Bu Nyai Sayyida di sampingnya.
"Biasanya tidur di peluk Mas tapi sekarang harus tidur sendiri lagi," ujar Ning Adiba.
Meski berat, Ning Adiba berusaha memejamkan mata dan menenangkan diri. Rasanya sudah tak sabar menyambut mentari pagi agar ia bisa segera pergi ke Kediri menemui suaminya.
👶👶👶👶👶👶
Pagi hari yang cerah. Mobil Gus Albi telah sampai di halaman rumah Kyai Arham. Hari ini, Gus Albi menjemput Ning Adiba untuk pergi ke Kediri karena kondisi Kyai Arham yang tidak memungkinkan. Sementara Bu Nyai Sayyida sendiri harus mengurus berbagai kesibukan di pesantren.
"Mama beneran minta maaf ya nak," kata Bu Nyai Sayyida meminta maaf.
"Nggak papa Ma. Insyaallah Mas Haidar akan segera pulang kok," sahut Ning Adiba sambil tersenyum.
Setelah berpamitan, Ning Adiba pun berangkat bersama Gus Albi ke rumah sakit Bhayangkara, Kediri. Sesampainya di sana, ia langsung memeluk Bu Nyai Halwa dengan mata berkaca-kaca.
"Ma, apa Mas Haidar udah sadar?" Tanya Ning Adiba.
"Semalam kata Dokter sempat bangun tapi pingsan lagi," jawab Bu Nyai Halwa.
"Astaghfirullah," gumam Ning Adiba.
"Aku boleh ke ruangannya Ma?" Tanya Ning Adiba.
"Boleh sayang," jawab Bu Nyai Halwa.
Ning Adiba sudah tak sabar melihat dengan indera penglihatannya kondisi Gus Haidar. Ia segera melangkah masuk ke ruangan di mana Gus Haidar berbaring sembari memejamkan mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Partner Syurga (TERBIT)
Romance"Aku memang bukan lelaki idaman para wanita tapi aku berjanji akan berusaha menjadi satu-satunya lelaki idamanmu." _Haidar Al-Faraby Menikah muda memang bukan impian Ning Adiba sama sekali tapi apa yang tidak di inginkan belum tentu menjadi hal terb...