"Kabar adalah sesuatu yang sangat berharga ketika sepasang kekasih terhalang jarak dan waktu."
_Adiba MumtazaHari ini hari Jumat. Ning Adiba telah menyiapkan diri dengan penuh semangat namun keempat abangnya ternyata sibuk dengan urusan masing-masing.
Gus Albi yang sibuk mengurus bisnis rumah makan. Gus Akhtar yang sudah di rekrut menjadi dosen di Yogyakarta. Gus Amjad yang sibuk mengajar di pesantren. Dan Gus Afiq yang sibuk kuliah di kampus.
Keempat abangnya memiliki kesibukan masing-masing dan hanya datang berkumpul ketika ada waktu luang.
Nana menawarkan diri untuk mengantar bersama Kang Fachri namun Ning Adiba tolak demi menjaga perasaan Gus Haidar. Ia juga takut terjadi salah paham meskipun niatnya hanya sekedar mengantar. Mau bagaimana pun Kang Fachri pernah memiliki rasa padanya, dan sesuai amanah dari sang suami ia harus menjauhi lelaki dan menjaga diri.
Ning Adiba menerima kenyataan jika hari ini ia gagal bertemu dengan Gus Haidar.
Ning Adiba mengirim pesan permohonan maaf kepada Gus Haidar maupun kedua mertuanya. Ia yakin kedatangannya sangat di tunggu namun waktu memang belum memungkinkan.
Untuk mengobati rasa bersalahnya dan rasa rindu yang membuncah, Ning Adiba menghubungi Gus Haidar lewat video call namun Gus Haidar tak kunjung mengangkat panggilan video call darinya.
"Padahal berdering. Apa karena Mas Haidar lagi sibuk dan lupa naruh hp?" Gumam Ning Adiba.
Ia dan Gus Haidar telah sepakat untuk terus mengaktifkan data agar bisa saling berkomunikasi jika ada waktu luang. Dan kini Ning Adiba gelisah sendiri karena panggilan video call-nya tidak terjawab.
Tak dapat di bohongi, perasaan resah dan gelisah menyelimuti Ning Adiba saat ini.
Antara rindu dan cemas yang berkolaborasi menjadi sebuah rasa sakit yang sulit di definisikan
Ning Adiba memejamkan mata sembari mengingat wajah tampan dan senyum manis suaminya kala mereka masih bersama. Tak lupa mengingat untaian nasihat dan momen ketika mereka saling bermesraan.
"Gagal bikin anak kan," ceplos Ning Adiba dengan polosnya.
👶👶👶👶👶👶
Drrrtt
Benda pipih dengan case kuda poni itu bergetar menandakan ada telepon masuk.
Pemilik ponsel yang bersantai membaca buku sontak meraihnya dengan wajah gembira namun detik berikutnya wajahnya menekuk karena telepon yang masuk bukan dari seseorang yang ia harapkan.
"Dih, kok malah Bang Ivan yang nelpon," ujar Ning Adiba kecewa.
Ia memutuskan mengangkat telepon dari Ivan karena sejak kejadian malam itu, ia tidak pernah datang ke basecamp grup munsyidah. Ia tak pernah membuka chat Ivan dan bahkan selalu menolak panggilan Ivan. Semua ia lakukan karena masih trauma dengan kejadian malam yang menegangkan itu. Di mana dalam lubuk hatinya merasa ganjal dengan adegan yang benar-benar seperti di rekayasa namun Ning Adiba mencoba tetap husnudzon karena ia kenal baik dengan Ivan.
"Assalamualaikum Ning comel. Akhirnya setelah berabad-abad, Ning comel mau merespon."
"Waalaikumsalam, ada apa Bang?"
"Saya dari kemarin nggak enak aja Ning. Apa setelah itu Ning dan Gus Haidar bertengkar?"
"Maaf Bang. Itu bukan urusan Bang Ivan."
"Iya maaf Ning comel kalau tidak nyaman dengan pertanyaan saya. Tapi kenapa selama ini Ning comel mengabaikan saya? Apa salah saya Ning?"
"Tidak ada salah Bang. Dan kalau bisa, tolong berhenti panggil saya Ning comel. Panggil saja Adiba."
KAMU SEDANG MEMBACA
Partner Syurga (TERBIT)
Romance"Aku memang bukan lelaki idaman para wanita tapi aku berjanji akan berusaha menjadi satu-satunya lelaki idamanmu." _Haidar Al-Faraby Menikah muda memang bukan impian Ning Adiba sama sekali tapi apa yang tidak di inginkan belum tentu menjadi hal terb...