Part 22

30.1K 1.8K 1K
                                    

"Doa adalah hal terbaik ketika dua insan saling merindukan. Karena di dalam doa, kita bisa memeluk dan menjaga dari kejauhan."

Gus Haidar bersama Ning Adiba menemui Kyai Ilzam dan Bu Nyai Halwa. Gus Haidar menjelaskan semua yang terjadi sekaligus meminta izin dan pamit untuk pulang ke Jombang.

"Syafakallah untuk Kyai Arham. Beliau orang alim dan sangat baik. Abi yakin, Allah akan memberikan jalan terbaik," ujar Kyai Ilzam ketika mendengar semua penjelasan Gus Haidar.

"Rencana Haidar akan pulang ke Darul Qur'an untuk menggantikan tanggung jawab Abah. Jadi Haidar meminta izin dan restu dari Abi untuk pergi," ujar Gus Haidar.

"Sebenarnya Abi cukup kasihan pada Adiba yang kelihatan mode sayang-sayangnya sama kamu. Tapi ada yang lebih penting dari itu, jadi Abi hanya bisa memberikan restu dan mendoakan yang terbaik untuk semuanya," ujar Kyai Ilzam.

"Maafkan Haidar Bi. Padahal pernikahan kami masih terbilang baru, tapi Haidar dengan lancang meninggalkan Ning Diba," sahut Gus Haidar.

"Sudah nggak perlu minta maaf nak. Umma yakin kamu juga berat berpisah dengan Adiba, tapi mau gimana lagi. Ini sudah jalannya," kata Bu Nyai Halwa ikut angkat bicara.

"Haidar janji akan berkunjung kalau ada waktu senggang," ujar Gus Haidar sambil melirik sang istri yang hanya diam dan menunduk saja.

"Jangan sedih ya Adiba. Sebentar lagi kan kamu akan menjalani wisuda Alfiyah Ibnu Malik. Terus sekitar empat bulan ke depan kamu juga akan menjalani ujian kelulusan. Setelah itu, kamu bisa ikut pulang Gus Haidar ke Jombang," ujar Bu Nyai Halwa menghibur putrinya yang terlihat murung.

Beberapa saat kemudian, Gus Haidar segera bersiap untuk berangkat ke kediamannya di Jombang. Sang istri turut mengantar sampai di depan mobil yang akan di kendarai Gus Haidar.

“Kalau Mas pergi nanti siapa yang aku peluk kalau mau tidur?” kata Ning Adiba manja.

Mendengar itu, Gus Haidar tersenyum sambil merangkul pundak sang istri.

"Istri Mas selain cantik ternyata sangat menggemaskan," puji Gus Haidar membuat rona merah di pipi istrinya.

"Mas ih," kata Ning Adiba sambil tersenyum sipu.

“Benar kata Abah, perempuan itu suka di puji oleh seseorang yang di cintai,” ucap Gus Haidar sambil menatap lekat wajah menggemaskan Ning Adiba.

"Pokoknya sebelum tidur harus sleep call dulu," ujar Ning Adiba.

"Insyaallah, Mas nggak bisa menjanjikan itu sayang. Soalnya kegiatan di Darul Qur'an padat banget," sahut Gus Haidar membuat Ning Adiba langsung menekuk wajahnya.

"Tapi tetep Mas usahakan," lanjut Gus Haidar.

“Oh ya, sementara waktu kamu pegang ATM Mas yang ada di laci ya. Di sana ada tabungan yang insyaallah bisa buat keperluan kamu sebagai tanggung jawab nafkah. Meskipun Mas nggak bisa mendampingi kamu, tapi kewajiban memberikan nafkah akan tetap Mas penuhi,” ujar Gus Haidar.

Ning Adiba tersenyum lebar. Sebenarnya selama ini, ia menerima uang saku yang di berikan Gus Haidar sebagai bentuk rasa hormat pada sang suami. Ia sendiri telah memiliki penghasilan dari konten yang di upload di YouTube. Ia sengaja menabungnya agar kelak bisa ia pergunakan untuk hal-hal bermanfaat di masa depan.

Partner Syurga (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang