Pagi hari yang cerah. Gus Haidar telah siap kembali ke Jombang. Ia tersenyum tegar menatap Ning Adiba yang terlihat sedih. Mereka terlihat masih merindukan satu sama lain namun demi kebaikan bersama mereka harus berpisah terlebih dahulu.
"Yang pinter ya. Jaga diri baik-baik," ucap Gus Haidar sembari mengelus puncak kepala Ning Adiba.
"Mas juga. Titip salam buat Abah dan Mama," sahut Ning Adiba.
Gus Haidar mengangguk. Ia merangkul leher Ning Adiba kemudian mencium pipinya sangat lembut dan cukup lama.
Ning Adiba terkekeh pelan ketika merasakan kuatnya ciuman Gus Haidar di pipinya. Tangannya refleks bergerak mengelus pipi Gus Haidar.
Hati keduanya menghangat dan bahagia meskipun detik selanjutnya perpisahan akan menyapa.
Gus Haidar melepas ciumannya. Matanya masih fokus menatap wajah cantik Ning Adiba sembari tersenyum. "Aku berangkat ya," pamitnya.
Ning Adiba mengangguk pelan. Setelah mencium punggung tangan Gus Haidar, tatapannya mengikuti langkah Gus Haidar menuju mobil.
Setelah masuk mobil, Gus Haidar membuka jendela mobil dan menatap Ning Adiba sambil tersenyum kemudian melambaikan tangan sebelum melajukan mobil meninggalkan halaman rumah.
"Rasanya ingin mempercepat waktu agar bisa kembali bertemu dengan Mas Haidar," gumam Ning Adiba.
Tak ingin berlama-lama bersedih dan galau, ia segera menuju ke rumah Nana.
"Cie, di tinggal merantau sama suami langsung galau," goda Gus Albi yang terlihat puas melihat wajah galau Ning Adiba.
"Mas Al, jangan usil!" Tegur Nana.
"Oke, siap sayang," kata Gus Albi langsung patuh.
Ning Adiba memutar bola mata melihat kebucinan Gus Albi. Ia yakin sang kakak sengaja bucin di depannya agar ia semakin galau.
"Mbak Na, kesabaran Mbak setinggi gunung Fuji," puji Ning Adiba pada kakak iparnya.
"Lebih tinggi Nana malah," sahut Gus Albi.
"Dan sialnya dapat suami minus akhlak begini," kata Ning Adiba blak-blakkan.
Gus Albi tak segan-segan langsung menarik kepala Ning Adiba dan menjepitnya di bawah ketiaknya.
"Aawww, Mas Albi lepas!" Teriak Ning Adiba sembari berontak.
Gus Albi tertawa puas mendengar teriakan tersiksa adiknya. Sementara Nana hanya bisa menggeleng melihat perlakuan keji sang suami.
Setelah berusaha sekuat tenaga, Ning Adiba berhasil melepaskan kepalanya dari jepitan ketika Gus Albi. Sebagai pembalasan dendam ia menggigit lengan Gus Albi sekeras mungkin sampai pemiliknya mengerang kesakitan.
"Rasain tuh," kata Ning Adiba dengan wajah penuh kemenangan.
"Rese banget jadi adek," sahut Gus Albi.
"Siapa suruh kejam jadi Abang?" Balas Ning Adiba.
"Kamu bikin_"
"Mas, udah ah. Berantem sama adek terus, nanti telat kerjanya," potong Nana.
Gus Albi berubah jinak seketika mendengar ucapan lembut sang istri.
"Ya udah, aku berangkat ya sayang. Assalamualaikum," pamit Gus Albi. Tak lupa mencium kening Nana sebelum beranjak pergi.
"Benar-benar lelaki itu akan menjadi good boy kalau sama pawangnya," celetuk Ning Adiba.
👶👶👶👶👶👶
KAMU SEDANG MEMBACA
Partner Syurga (TERBIT)
Romansa"Aku memang bukan lelaki idaman para wanita tapi aku berjanji akan berusaha menjadi satu-satunya lelaki idamanmu." _Haidar Al-Faraby Menikah muda memang bukan impian Ning Adiba sama sekali tapi apa yang tidak di inginkan belum tentu menjadi hal terb...