Part 21

31.6K 1.9K 1K
                                    

"Insyaallah, aku akan jadikan kamu seperti Sayyida Khadijah yang selama hidupnya tidak pernah di poligami oleh Rasulullah dan menjadi pemenang hati Rasulullah."

Jam sepuluh malam. Ning Adiba telah selesai melakukan kegiatan ngaji Diniyah. Ia kembali pulang dan menuju ke kamar.

Ning Adiba membuka ponsel dan mengirimkan pesan pada Gus Haidar yang entah di mana dia berada.

{Mas, kamu di mana?}

Selesai mengirimkan pesan, Ning Adiba terdiam sambil mengulangi hafalan Alfiyah-nya karena sebentar lagi, ia akan menjalani wisuda.

Ting.

Tiba-tiba terdengar bunyi pesan dari ponsel Ning Adiba. Dengan segera, Ning Adiba langsung membuka pesan tersebut.

{Lagi ngopi sama Mas Albi di gazebo asrama putra}

Ning Adiba menghela nafas. Menurutnya sang suami terlalu jarang berduaan bersamanya. Waktu mereka terpotong sangat banyak dengan segala kegiatan padat Gus Haidar, dan lagi di tambah kebiasaan sang suami yang suka berbincang sambil menyeruput kopi bersama Gus Albi dan Gus Afiq di gazebo.

{Pulang Mas, istrimu lagi kangen}

Setelah mengetik pesan tersebut, Ning Adiba bangkit ke kamar mandi untuk mencuci muka dan sikat gigi. Tak lupa mengganti pakaian dengan piyama tidur.

Tidak berapa lama, terdengar bunyi knop pintu terbuka dan muncullah sosok Gus Haidar yang langsung di sambut hangat oleh istrinya.

"Kangen Mas," kata Ning Adiba sambil bergelayut manja.

Gus Haidar terkekeh pelan melihat sikap manja dan menggemaskan istrinya.

"Baru berapa jam nggak lihat wajah Mas, tapi udah kangen aja," celetuk Gus Haidar.

"Soalnya Mas terlalu sibuk sama dunianya sendiri, sampai lupa kalau ada istri yang selalu pengen berduaan," ceplos Ning Adiba memecahkan tawa suaminya.

"Kamu juga termasuk bagian dalam duniaku Adiba," sahut Gus Haidar sambil merengkuh pinggang ramping istrinya.

"Oh ya Mas, aku mau bilang sama Mas kalau perlombaan Qiro'ah," ucap Ning Adiba.

"Kamu pengen ikut?" Tanya Gus Haidar peka.

"Iya, kalau di izinkan," jawab Ning Adiba jujur.

"Apa kamu nggak bosan jadi juara?" Ucap Gus Haidar.

"Maksudnya?"

"Juara sekolah, juara tilawah, juara Diniyah dan juara di hatiku."

Blush.

Kedua pipi Ning Adiba merona seketika. Ia tersenyum lebar menampakkan gigi gingsul-nya yang menambah kesan manis pada wajahnya.

"Jadi boleh nggak Mas?" Kata Ning Adiba kembali.

"Boleh. Asal kamu nggak lalai di pelajaran sekolah dan Diniyah. Ulangan Diniyah dan sekolah harus di perhatikan dengan baik," tutur Gus Haidar seperti menasehati anak sendiri.

Partner Syurga (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang