"Di bully karena kebenaran itu seribu kali lebih baik daripada di sanjung karena kesalahan,"
_Haidar Al-Faraby
Malam ini Ning Adiba belajar cukup keras karena besok ia harus menjalani ujian Diniyah.
Saat ini, ia sibuk mengumpulkan seluruh kitab yang besok akan di cek karena jadwal pelaksanaan ujian Diniyah di awali dengan cek kitab, cek fashohah bacaan Al-Qur'an dan Muhafadzoh.
"Mas, bisa bacain maknanya nggak? Aku ada tiga kitab yang bolong," pinta Ning Adiba pada Gus Haidar.
"Kenapa bisa bolong?" Sahut Gus Haidar.
"Waktu aku sakit sama waktu bolpoin jatuh," kata Ning Adiba.
"Ya udah, ayo," ucap Gus Haidar setuju.
Gus Haidar membantu Ning Adiba menambal makna kitab yang bolong sampai selesai. Selanjutnya, ia menyimak bacaan fashohah Al-Qur'an Ning Adiba.
Sesekali Gus Haidar tersenyum ketika mendengar suara merdu sang istri.
"Terakhir simak hafalan," ucap Ning Adiba.
Gus Haidar mengangguk. Detik berikutnya, Ning Adiba segera menghafal dan di simak oleh Gus Haidar sampai selesai lima ratus nadzom.
Selesai menyimak, Gus Haidar langsung berkutat dengan pekerjaan dan tugasnya sendiri.
Jam telah menunjukkan pukul sebelas malam. Ning Adiba masih melihat sosok suaminya bersemayam mengerjakan pekerjaannya.
"Mas, masih lama ya?" Tanya Ning Adiba seraya menghampiri Gus Haidar.
"Lumayan Ning," jawab Gus Haidar seadanya.
"Ya udah aku tungguin atau aku bantuin, barangkali bisa bantu," ucap Ning Adiba pengertian.
"Nggak perlu Ning. Kamu tidur duluan biar nggak ngantuk ngaji paginya," sahut Gus Haidar.
"Nggak bisa tidur kalau nggak di peluk," ucap Ning Adiba.
"Peluk guling."
"Nggak mempan! Udah terbiasa memeluk makhluk hidup."
Gus Haidar tertawa renyah mendengar ucapan Ning Adiba.
"Ya udah, aku percepat," ucap Gus Haidar memutuskan.
Ning Adiba mengangguk. Ia berjalan ke atas ranjang dan memainkan ponsel sejenak kemudian memutuskan membaca buku untuk mengatasi kebosanan.
Gus Haidar tak kunjung selesai sampai akhirnya Ning Adiba merasa lelah menunggu sang suami.
"Mas Haidar lama banget sih. Kan jadi lelah hati ini menunggu," gerutu Ning Adiba.
"Eh tapi ingat Adiba. Katanya kamu mau kayak Sayyidah Khadijah yang akan terus membuat Rasulullah merasa bahagia menikah dengannya. Kamu harus ingat impian kamu itu! Kalau kamu ngeluh dan rusuhin Mas Haidar yang lagi sibuk itu namanya kamu perempuan nggak tahu diri," tutur Ning Adiba pada dirinya sendiri.
"Sayyidah Khadijah aja nggak pernah ngeluh sedikitpun kalau di tinggal Rasulullah jihad memperjuangkan agama Allah. Malah Sayyidah Khadijah selalu menjadi penyemangat dan support sistem terbaik untuk Rasullullah," ucap Ning Adiba kembali berbicara sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Partner Syurga (TERBIT)
Romance"Aku memang bukan lelaki idaman para wanita tapi aku berjanji akan berusaha menjadi satu-satunya lelaki idamanmu." _Haidar Al-Faraby Menikah muda memang bukan impian Ning Adiba sama sekali tapi apa yang tidak di inginkan belum tentu menjadi hal terb...