"Aku akan tetap mencintaimu sampai kapanpun. Meski ragamu tidak mampu ku gapai karena cinta ini lebih panjang dari nafasmu."
_Haidar Al-Faraby
Gus Haidar telah sampai di rumah sakit. Ia segera menuju ruangan Ning Adiba dan langsung mencium keningnya dengan wajah panik.
Melihat kondisi sang istri yang lemah membuat Gus Haidar tidak berhenti membacakan doa.
"Mas, aku mau setor hafalan," ucap Ning Adiba.
"Habis lahiran aja ya?" Kata Gus Haidar tidak tega.
"Aku masih kuat," ucap Ning Adiba.
"Ma, gimana?" Tanya Gus Haidar meminta pendapat sang Mama.
"Melahirkan pertama itu biasanya pembukaan agak lama Dar. Mending kamu turuti aja keinginan istri kamu," jawab Bu Nyai Sayyida.
"Tapi Haidar nggak tega Ma," kata Gus Haidar jujur.
"Tenang Dar. Adiba perempuan kuat," kata Bu Nyai Sayyida menenangkan.
Gus Haidar tidak punya pilihan lain selain menurut. Ia menyimak Ning Adiba yang menghafalkan juz tiga puluh dengan suara lemah. Sesekali berhenti dan memejamkan mata karena merasakan sakit yang luar biasa.
Pada akhirnya, ia pun menyelesaikan hafalannya. Ia tersenyum lega dan merasa senang karena bisa menyelesaikan hafalannya seperti janjinya pada almarhum mertua.
Setelah itu, Gus Haidar membacakan doa. Bahkan ia menelpon salah seorang Khadimah untuk membuatkan syukuran kecil-kecilan untuk mensyukuri pencapaian Ning Adiba.
Tak lama setelah itu, ketuban Ning Adiba mulai pecah. Ia beberapa kali mengerang kesakitan di temani Gus Haidar yang berada di sampingnya.
"Ma, ini gimana?" Tanya Gus Haidar panik. Rasanya tidak tega melihat Ning Adiba terlihat lemas dan mengerang kesakitan.
"Sabar Dar. Kontraksi sebelum melahirkan memang rasanya sakit," jawab Bu Nyai Sayyida menenangkan.
"Mas," panggil Ning Adiba lemas.
"Iya, sayang?" Sahut Gus Haidar mendekat dan memegang tangan Ning Adiba.
"Aku pengen Mbak Nana dan Mas Albi datang," ujar Ning Adiba.
Gus Haidar mengerutkan dahi mendengar ucapan sang istri.
"Nantinya putri kita kan akan jadi calon menantu mereka. Aku pengen mereka hadir lihat," ujar Ning Adiba.
"Tapi Mbak Nana juga hamil besar Ning. Apa bisa datang?"
Ning Adiba memasang raut kecewa. "Ya udah kalau nggak bisa Mas," ujarnya.
"Mas coba hubungi dulu ya," kata Gus Haidar.
Selanjutnya ia segera menghubungi Gus Albi dan Nana. Beruntung mereka bersedia datang ke Jombang dan menuju ke rumah sakit untuk melihat kondisi Ning Adiba. Sementara Bu Nyai Halwa dan Kyai Ilzam telah sampai di rumah sakit terlebih dahulu.
"Diba, kamu yang kuat ya Nak," ujar Bu Nyai Halwa.
Sebagai seorang ibu yang dulu pernah melahirkan lima anak, jelas Bu Nyai Halwa persis bagaimana rasanya melahirkan seorang bayi. Penuh perjuangan karena harus bertaruh nyawa.
"Diba kuat kok Ma. Maaf kalau selama ini Diba pernah bikin Umma sakit hati atau belum bisa jadi anak yang sholiha selama ini," ujar Ning Adiba.
"Kamu anak sholiha Umma dan Abi. Kami sayang sama kamu Diba," ucap Bu Nyai Halwa kemudian mencium kening Ning Adiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
Partner Syurga (TERBIT)
Romance"Aku memang bukan lelaki idaman para wanita tapi aku berjanji akan berusaha menjadi satu-satunya lelaki idamanmu." _Haidar Al-Faraby Menikah muda memang bukan impian Ning Adiba sama sekali tapi apa yang tidak di inginkan belum tentu menjadi hal terb...