Part 2

54.9K 3K 44
                                    

"Ibu adalah Madrasah pertama bagi anak dan Ayah adalah kurikulumnya."

Selesai sholat isya', Ning Adiba menyampaikan keputusan yang telah ia pikirkan selama ini.

"Adiba setuju di jodohkan," ucap Ning Adiba tiba-tiba.

Seluruh pasang mata kompak menatap ke arah Ning Adiba dengan tatapan terkejut.

"Kamu serius nduk?" tanya Kyai Ilzam memastikan.

"Iya. Adiba setuju di jodohkan," jawab Ning Adiba berusaha memaksakan senyum.

Entah bagaimana kehidupannya ke depan. Ia tidak ingin memikirkan banyak hal karena yang ada di pikirannya saat ini adalah patuh pada kedua orangtua. Hanya itu!

"Terimakasih nduk," ucap Kyai Ilzam dengan mata berkaca-kaca.

"Siapa lelaki yang akan Abi dan Umma pilih?" tanya Adiba penasaran dengan lelaki pilihan orang tuanya.

Kyai Ilzam dan Bu Nyai Halwa saling memandang kemudian tersenyum bersama.

"Gus Haidar," jawab Bu Nyai Halwa pada akhirnya.

"Siapa Gus Haidar?" Tanya Adiba sambil mengerutkan dahi.

"Putra Kyai Arham dan Bu Nyai Sayyida, pengasuh Pondok Pesantren Darul Qur'an," jawab Bu Nyai Halwa.

Seketika kedua mata Adiba membelalak. Bukankah Pondok Pesantren Darul Qur'an adalah Pondok impiannya? Rasanya semakin mantap menerima perjodohan dengan Gus Haidar.

"Umma serius?" kini Albi ikut membuka suara.

Siapa yang tak kenal Gus Haidar? Mubaligh muda yang tampan dan memiliki senyum tawadhu'. Putra tunggal Kyai Arham dan Bu Nyai Sayyida.

"Bu Nyai Sayyida yang meminta Adiba," ucap Kyai Ilzam.

Keempat saudara Ning Adiba mematung seketika. Mereka kompak menatap ke arah Ning Adiba.

"Pesona apa yang kamu miliki bocil? Sampai Bu Nyai ternama meminta kamu jadi menantunya," ucap Albi sembari menggelengkan kepala.

_____________

Edisi makan bersama keluarga besar Kyai Ilzam telah usai. Kini momen berbincang yang biasanya riang dan penuh candaan menjadi sedikit berbeda karena Adiba yang terlihat sedikit pendiam.

"Kamu kenapa nduk?" tanya Bu Nyai Halwa perhatian.

"Nggak papa ma," jawab Adiba seadanya.

"Bilang aja nduk kalau ada yang mengganjal. Apa kamu nggak sreg sama Gus Haidar?" tanya Bu Nyai Halwa.

"Jangan aneh-aneh dek. Gus Haidar ganteng, pinter dan putra pengasuh Pondok Pesantren tahfidz yang kamu impikan. Masa mau kamu skip?" Kata Albi ikut menyahut.

"Justru Adiba mikir, apa Gus Haidar mau sama bocah kecil lulusan MTS?" ucap Adiba mengungkapkan isi pikirannya.

"Gus Haidar itu sangat penurut dan Sholih nduk. Abi yakin beliau tidak akan menolak permintaan kedua orang tuanya," sahut Kyai Ilzam.

"Tapi aku masih nggak habis fikir kenapa Bu Nyai Sayyida menginginkan Adiba menjadi menantunya," ucap Albi menyuarakan keheranan hatinya.

"Sama Mas. Aku juga bingung karena Adiba kan kecil dan manja. Apa yang membuatnya menarik untuk di jadikan menantu," sahut Akhtar cukup blak-blakkan.

"Mungkin karena Adiba pintar," ujar Afiq berpendapat.

"Tapi Ning-Ning di luaran sana pasti banyak yang pintar, kenapa harus menginginkan Adiba," sangkal Albi.

Partner Syurga (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang