"Cinta itu bisa di pelajari. Karena itu jangan takut menikah dengan seseorang yang belum kita cinta."
Langit di atas terlihat cerah. Cahaya matahari bersinar dengan terang dan sempurna.
Tampak seorang lelaki berpeci hitam dan dengan kemeja putih tengah menjabat tangan Kyai Ilzam dengan wajah gugup. Siapa lagi kalau bukan Haidar Muhammad Zubay Al-Faraby. Atau sebut saja Haidar Al-Faraby.
"Qabiltu nikahaha wa tazwijaha bil mahril madzkur halan."
Satu kalimat sakral itu mampu merubah statusnya dan kehidupannya. Kini Haidar resmi menjadi seorang suami yang berhak atas istrinya. Memikul tanggung jawab besar atas keberlangsungan rumah tangga.
Para hadirin terlihat tersenyum sumringah ketika proses akad telah selesai di langsungkan. Para penghuni bumi yang hadir di kediaman Adiba menjadi saksi bahwa dua insan telah halal menjadi sepasang suami istri.
Doa dari para masyasyikh dan habaib menyertai Adiba dan Haidar. Doa guru-guru dan teman-teman serta seluruh tamu undangan juga di sematkan pada sepasang suami istri itu.
Di balik semua tumpah ruah kebahagiaan, ada beberapa kaum Adam yang menatap nanar kenyataan jika perempuan idaman mereka telah sah menjadi milik Haidar.
Adiba tidak dapat mendeskripsikan bagaimana perasaannya saat ini. Begitu campur aduk dan ada beberapa rasa yang tidak ia pahami apa maksudnya.
Yang jelas Ning Adiba bahagia melihat kedua orangtuanya tersenyum senang. Ia bahagia melihat seluruh tamu undangan yang bersuka cita atas terlaksananya pernikahan agung ini.
Setelah akad, Haidar dan Adiba di pertemukan. Langkah demi langkah keduanya membawa mereka pada kedekatan yang memicu debaran jantung tak biasa.
Haidar menoleh ke arah Adiba yang sengaja memasang senyum lebar meskipun jantungnya berdegup kencang. Tidak bisa ia pungkiri, kecantikan Adiba mengalihkan dunianya dalam sekejap. Paras cantiknya membuat Haidar terpesona sampai tidak kuasa berkedip dalam beberapa detik.
Kedua mata Haidar bertemu dengan dua mata Ning Adiba yang juga menatapnya dengan di iringi senyuman dan wajah penuh keceriaan.
Hari ini, Adiba tampak cantik bagai ratu di kerajaan. Dan ratu cantik itu kini resmi menjadi istri Haidar.
Haidar mulai menyentuh puncak kepala Adiba untuk mendoakannya. Sementara Adiba menunduk sambil mengamini dalam hati doa yang Haidar ucapkan.
Momen tersebut membuat Haidar dan Adiba sama-sama berdebar dan merasa gugup satu sama lain.
Detik selanjutnya, Adiba meraih tangan kekar Haidar dan menciumnya lembut. Haidar pun tampak tersenyum dan tangannya bergerak pelan menyentuh bahu Adiba.
Setelah itu, tatapan keduanya beradu kembali. Saling menikmati pahatan wajah masing-masing dengan debaran jantung yang sama-sama memburu.
"Cium le," bisik Bu Nyai Sayyida pada putranya.
Deg.
Debaran jantung Haidar semakin berpacu cepat ketika mendengar bisikan dari Mamanya. Pandangannya mengarah pada sosok cantik Adiba yang terlihat menatapnya juga.
Dengan gerakan perlahan yang terlihat sangat kikuk, Haidar meraih dagu Adiba kemudian mencium keningnya cukup lama.
Adiba memejamkan mata menikmati ciuman hangat Haidar. Ciuman pertama dalam hidupnya untuk seseorang yang bukan berasal dari keluarganya. Hangat dan nyaman.
Setelah ciuman itu lepas dari kening Adiba, muncul intruksi baru dari Bu Nyai Sayyida.
Selanjutnya, Haidar memasangkan cincin pernikahan di jari manis Adiba. Tangannya terlihat gemetar ketika meraih tangan mungil Adiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
Partner Syurga (TERBIT)
Romance"Aku memang bukan lelaki idaman para wanita tapi aku berjanji akan berusaha menjadi satu-satunya lelaki idamanmu." _Haidar Al-Faraby Menikah muda memang bukan impian Ning Adiba sama sekali tapi apa yang tidak di inginkan belum tentu menjadi hal terb...