Part 52

23.9K 1.5K 140
                                    

"Sesuatu yang halal pasti di ridhoi berbeda dengan yang haram. seperti pandanganku padamu dan pandangan perempuan itu padamu."

_Adiba Mumtaza

Hari ini selepas sholat ashar, Gus Haidar mengisi rutinan pengajian yang di terbuka untuk umum. Ning Adiba untuk pertama kalinya menemani sang suami yang menyampaikan ceramah di hadapan masyarakat.

Ning Adiba tersenyum sembari menatap ke depan. Ia memperhatikan dengan baik sosok suaminya yang Tengah menyampaikan ceramah.

Sebuah bising dari belakang membuat Ning Adiba menoleh dan terkejut tatkala melihat sosok Mila di sana.

“Eh tumben ada kamu,” celetuk Mila ketika tatapannya beradu dengan Ning Adiba.

Mendengar ucapan Mila, Ning Adiba hanya diam tak berniat menyahut ucapan Mila.

“Aku jamaah Gus Haidar paling istiqomah lo,” ucap Mila sengaja ingin membuat Ning Adiba panas.

Ning Adiba membalikkan badan kembali menghadap ke depan. Ia tak mau menggubris ucapan Mila yang ia yakini niatnya hanya ingin membuatnya kesal.

“Selama ini aku yang selalu ada buat Gus Haidar. Nggak kayak kamu yang cuma bisa nyusahin aja tanpa bisa bantu apa-apa,” ujar Mila dengan wajah sinis-nya. Ia sengaja mengeraskan suara agar Ning Adiba bisa mendengar ucapannya.

Ning Adiba menghela nafas. Ia mencoba tetap sabar dan tenang meskipun hatinya bergemuruh karena di landa cemburu dan kesal pada Mila.

Mila terus saja berceloteh tak jelas, membuat Ning Adiba risih mendengarnya karena posisinya benar-benar tepat berada di belakang Ning Adiba.

Karena tak ada respon dari Ning Adiba, Mila menyerukan hal lain.

"Senyuman Gus Haidar semangatku," ucapnya tak tahu malu.

Ning Adiba tak bergeming. Ia berusaha menahan diri dari celotehan Mila yang membuat Indera pendengarannya risih.

“Masyaallah, lelaki idaman,” gumam Mila kemudian mengangkat ponsel dan dengan lancang memotret foto Gus Haidar.

"Ganteng banget," puji Mila sambil tersenyum.

Ning Adiba bisa mendengar dan melihat apa yang di lakukan Mila. Hatinya panas seketika.

Tenang Adiba. Jangan ngamuk di depan umum. Jaga nama baik suami kamu

Ning Adiba menarik nafas dan membuangnya perlahan. Ia berusaha mengendalikan rasa cemburu dan kesalnya yang hampir membeludak.

Daripada aku ngurus perempuan aneh itu mending aku fokus dengerin Mas Haidar. Biar malaikat Atid aja yang pantau dia

Bagi Ning Adiba puncak kedewasaan dan kesabaran adalah diam dan tidak terbawa jebakan Mila. Meskipun dalam hati Ning Adiba benar-benar tidak ridho foto suaminya berada di galeri Mila.

Ya Allah aku nggak ridho foto suamiku ada di galeri perempuan itu

Ning Adiba memejamkan mata dan mencoba bersabar dengan perasaannya.

Ya Allah jangan biarkan foto suamiku menjadi objek mata nakal dia

Ning Adiba fokus berdoa sembari mengucapkan istighfar sesuai ajaran Gus Haidar. Ia yakin gelora cemburu di hatinya perlahan akan padam dan pertolongan Allah akan datang.

Tak berapa lama, Ning Adiba memutuskan untuk ke kamar mandi. Solusi meredakan amarah adalah wudhu. Ia ingin berwudhu dan menenangkan hatinya yang terusik karena perbuatan Mila.

Partner Syurga (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang