Part 3

48.5K 2.6K 40
                                    

"Carilah sosok suami yang umurnya terpaut lebih jauh dari umurmu agar kelak jika kamu tua dan kecantikanmu memudar, penglihatan suamimu sudah kabur."

Malam ini bulan bersinar dengan sempurna. Bulat dan terang menyoroti isi bumi. Cahaya bintang yang berkelip seperti titik-titik di langit hitam juga memamerkan pesona cantiknya.

Di halaman Madrasah Tsanawiyah telah di siapkan panggung dan berjejer kursi untuk para wali yang akan menyaksikan putra putrinya menaiki panggung dengan toga kelulusan.

Pra acara di awali dengan grup munsyidah yang membawakan lagu religi dan sholawat yang sangat merdu dan menggelegar. Seluruh tamu undangan segera duduk di tempat yang telah di sediakan.

Di sisi lain, sebuah mobil berwarna putih baru saja datang ke halaman pesantren. Tak lama keluarlah sesosok lelaki muda nan tampan dengan wajah tawadhu' dan penuh kharisma bersama sepasang suami-istri paruh baya yang tidak lain adalah orang tua dari lelaki muda itu.

Haidar di sambut oleh para Khadimah dan di arahkan ke ruang tamu ndhalem dulu sebelum menuju tempat acara.

Kyai Ilzam dan Bu Nyai Halwa kompak menyambut kedatangan Haidar bersama Kyai Arham dan Bu Nyai Sayyida dengan wajah sumringah.

"Masyaallah auranya masyaallah banget Gus," puji Kyai Ilzam pada calon menantunya.

Mendengar itu, Haidar hanya tersenyum tipis. Ia menundukkan wajah takzim pada Kyai Ilzam.

"Nanti yang nyampein mauidhoh hasanah-nya Gus Haidar kan ya?" Tanya Bu Nyai Halwa.

"Iya, yang request calon istrimu langsung Lo Gus," ujar Kyai Ilzam sambil tersenyum ke arah Haidar.

Mendengar itu, Haidar tersenyum kecil.

"Sejak dari kediaman Gus Haidar kemarin, Adiba antusias banget dan tanya-tanya tentang Gus Haidar. Kayaknya dia memang tertarik sama Gus Haidar," ujar Bu Nyai Halwa.

"Bagus kalau begitu," komentar Bu Nyai Sayyida.

Beberapa saat kemudian, Haidar segera menuju ke tempat di gelarnya wisuda setelah menikmati jamuan secara singkat.

Haidar jelas menjadi pusat perhatian karena mubaligh muda itu memang cukup populer di kalangan milenial.

"Itu bukannya Gus Haidar yang viral itu?" Celetuk Lili sambil menatap Gus Haidar dari kejauhan.

Mendengar nama calon suaminya di sebut, Adiba langsung menoleh dan matanya membelalak melihat Haidar duduk di jejeran tamu agung.

"Iya, kan Gus Haidar memang yang nyampein mauidhoh Hasanah," ujar Adiba.

"Ya ampun Ning, jadi Gus Faraby yang di maksud itu Gus Haidar?" Tanya Lili memperjelas.

"Iya namanya kan Haidar Faraby," jawab Adiba.

"Demi apa? Di lihat secara langsung ternyata ganteng banget meski dari kejauhan," puji Lili.

Adiba diam tidak bergeming. Calon suaminya itu memang tampak mempesona.

"Li, kalau aku bilang Gus Haidar itu calon suamiku kamu percaya nggak?" Tanya Adiba.

"Demi apa? Serius Ning? Nggak mustahil sih karena Ning Adiba kan putrinya Kyai Ilzam tapi Ning Adiba kan masih remaja," jawab Lili panjang lebar.

"Aku serius Li. Sebentar lagi aku akan nikah," sahut Adiba.

"Brati bener kasak kusuk di kalangan santri, kalau Ning mau nikah?" Ujar Lili memastikan.

Adiba menganggukkan kepala sebagai jawaban.

"Dan calonnya mubaligh kondang spek Gus Haidar?" Tanya Lili lagi.

Partner Syurga (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang