Usia kandungan Ning Adiba sudah masuk lima bulan. Ia lebih kuat menjalani aktifitas dan sudah jarang mual.
Pagi ini, Ning Adiba membuatkan teh hangat untuk mertuanya dan mengantarkannya di kamar.
"Assalamualaikum Abah," ucap Ning Adiba sambil tersenyum ceria.
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarokatuh," sahut Kyai Arham.
"Diba bikinin teh hangat buat Abah," ucap Ning Adiba.
"Alhamdulillah, makasih nak. Tapi sebenarnya kamu nggak perlu repot-repot," sahut Kyai Arham.
Ning Adiba meletakkan di atas meja dan duduk di kursi. "Adiba nggak repot kok Bah," ujarnya.
"Jangan capek-capek, di jaga kandungannya," pesan Kyai Arham.
"Iya Abah," sahut Ning Adiba.
"Usia kandungan kamu udah tujuh bulan ya?" Tanya Kyai Arham.
"Belum Abah. Baru lima bulan," jawab Ning Adiba.
"Udah kelihatan besar banget. Abah kira tujuh bulan," ucap Kyai Arham.
"Iya Bah. Apa karena bayinya gendut ya? Diba juga mikir aneh banget," sahut Ning Adiba.
Kyai Arham bangkit duduk perlahan. Wajah pucatnya itu tersenyum perlahan. "Jangan-jangan kembar," ujarnya.
"Amin deh Bah. Adiba juga nggak sabar pengen USG sama Mas Haidar," ucap Ning Adiba sambil tersenyum.
Keakraban Ning Adiba dan Kyai Arham memang terbangun sejak awal pernikahan. Karena itu, Ning Adiba lebih sering menjenguk Kyai Arham yang akhir-akhir ini kondisinya semakin lemah.
"Abah, sendiri gimana kabarnya?" Tanya Ning Adiba perhatian.
"Alhamdulillah," jawab Kyai Arham singkat.
"Abah kenapa nggak mau ke rumah sakit sih?" Tanya Ning Adiba lagi.
Pasalnya beberapa hari ini Bu Nyai Sayyida sering menawarkan Kyai Arham untuk berangkat ke rumah sakit namun Kyai Arham menolaknya.
"Oh ya, hafalan kamu gimana kabarnya?" Tanya Kyai Arham mengalihkan pembicaraan.
"Alhamdulillah, udah sepuluh juz Bah. Insyaallah sebelum lahiran, Adiba pengen khatam," jawab Ning Adiba.
"Kata Haidar dulu, kamu gampang hafalan."
"Iya Bah tapi tanpa muroja'ah, nambah hafalan lagi pun juga nggak efektif kan?"
"Sering simak an sama Haidar?"
"Jarang Bah, lebih sering sama Mama soalnya Mas Haidar sibuk."
Kyai Arham tersenyum kecil. "Maafin Haidar ya, ini semua karena Abah yang lemah gini jadi Haidar yang harus sibuk handle semuanya," ujarnya merasa bersalah.
"Abah jangan gitu, Adiba senang kok kalau Mas Haidar sibuk karena urusan pesantren," sahut Ning Adiba.
"Masyaallah, Abah yakin calon anak kamu ini nantinya akan bangga sekali punya Umma kayak kamu," ucap Kyai Arham sambil tersenyum.
"Amin, semoga anak Adiba lebih baik dari Adiba Bah," sahut Ning Adiba.
"Abah dukung kamu khatam sebelum lahiran nak. Yang rajin ya," pesan Kyai Arham.
"Iya Bah."
"Yang rukun sama Haidar," pesan Kyai Arham lagi.
"Iya Bah."
Setelah mengatakan itu, Kyai Arham memejamkan mata seperti menahan sakit kemudian membuka mata kembali sambil tersenyum pada Ning Adiba.
"Abah mau tidur dulu ya," ucap Kyai Arham sambil tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Partner Syurga (TERBIT)
Romance"Aku memang bukan lelaki idaman para wanita tapi aku berjanji akan berusaha menjadi satu-satunya lelaki idamanmu." _Haidar Al-Faraby Menikah muda memang bukan impian Ning Adiba sama sekali tapi apa yang tidak di inginkan belum tentu menjadi hal terb...