"Aku ataupun kamu itu milik Allah. Kita di persatukan karena takdir tapi kita harus siap di pisahkan oleh takdir."
Pasar. Di sinilah Gus Haidar dan Ning Adiba berada. Lucunya Gus Haidar seperti bodyguard Ning Adiba yang terus mengikuti sang istri kemanapun Ning Adiba melangkah. Dan lebih parahnya, Gus Haidar menggandeng tangan Ning Adiba erat seolah mengisyaratkan kepada seluruh makhluk hidup di muka bumi jika Ning Adiba adalah miliknya seorang.Ning Adiba jelas sangat senang dan tersanjung. Ia tak berhenti tersenyum di balik masker.
"Emang boleh sebucin ini?" Goda Ning Adiba.
"Biar bocilnya nggak hilang," ucap Gus Haidar membuat Ning Adiba berdesis seketika.
Saat ini, Ning Adiba dan Gus Haidar berjalan ke arah penjual bumbu dapur. Ning Adiba berniat beberapa bumbu dapur yang sudah habis namun karena beberapa orang berdesakan membuat Gus Haidar ekstra ketat penjagaannya.
Tangan Gus Haidar berada di belakang punggung Ning Adiba untuk melindungi agar tubuh Ning Adiba tidak bersentuhan dengan lawan jenis namun tangan Gus Haidar malah tak sengaja mengenai salah seorang wanita paruh baya.
"Ning, bagaimana kalau kita minta tolong seseorang untuk membelanjakan keperluan Ning?" Ujar Gus Haidar.
"Mas, sejak kecil Umma dan Abi selalu mengajarkan sikap mandiri ke aku. Kalau selagi aku bisa, kenapa harus menyuruh orang lain? Meskipun putri Kyai, aku di ajarkan untuk tidak semena-mena pada siapapun," tutur Ning Adiba.
Apa yang di ucapkan Ning Adiba memang benar tapi bagaimana jika posisinya seperti ini. Orang-orang berjalan seenak jidat. Semuanya berdesakan dan tidak mau sabar.
"Mas nggak nyaman ya?" Tanya Ning Adiba peka.
"Sabar ya Mas. Atau Mas tunggu parkiran aja, aku bisa kok belanja sendiri," ucap Ning Adiba kembali.
"Enggak. Nggak bisa aku biarin istriku belanja sendirian!"
"Meskipun aku kecil, aku nggak akan hilang kok."
"Nggak! Aku nggak akan pergi!"
Ning Adiba mengangguk saja. Ia melanjutkan aktifitasnya berbelanja namun ketika sampai di depan penjual bahan dapur, Gus Haidar masih memegang erat tangannya.
"Mas, bisa lepasin bentar nggak? Aku mau milih-milih," ucap Ning Adiba.
Gus Haidar langsung melepaskan tangan Ning Adiba. Ia sampai tak sadar jika terlalu overprotektif pada istrinya.
"Pengantin baru ya?" Tanya penjual bahan dapur.
"Iya Bu," jawab Ning Adiba apa adanya.
"Loh, suaranya kok kayak Ning Adiba ya?" Kata wanita paruh baya itu dengan tatapan menyelidik.
"Hehe iya Bu," ucap Ning Adiba. Ia memang sudah berlangganan beli di sini.
"Masyaallah Ning. Saya nggak ngenali. Kok tumben pakai masker?"
"Iya lagi pengen aja Bu."
"Ya udah silahkan milih Ning."
"Iya Bu."
Gus Haidar memantau istrinya yang sedang memilih beberapa bahan dapur. Setelah selesai, mereka berdua menuju penjual daging ayam.
![](https://img.wattpad.com/cover/339798413-288-k347206.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Partner Syurga (TERBIT)
Romance"Aku memang bukan lelaki idaman para wanita tapi aku berjanji akan berusaha menjadi satu-satunya lelaki idamanmu." _Haidar Al-Faraby Menikah muda memang bukan impian Ning Adiba sama sekali tapi apa yang tidak di inginkan belum tentu menjadi hal terb...