Hari ini di adakan outing classs khusus kelas satu Madrasah Aliyah dan Madrasah Tsanawiyah. Seluruh jejeran pengajar Madrasah Aliyah maupun Madrasah Tsanawiyah di anjurkan ikut menemani para siswa.
Beberapa Ustad dan Ustadzah izin tidak ikut termasuk Gus Haidar karena hari ini Gus Haidar memiliki kepentingan di kampus.
Ning Adiba mengikuti kegiatan outing class bersama teman-temannya. Semua murid Madrasah Aliyah maupun Madrasah Tsanawiyah berangkat menggunakan Bus.
Ada empat Bus besar yang berisi siswa Madrasah Aliyah putra, siswa Madrasah Aliyah putri, siswa Madrasah Tsanawiyah putra, dan siswa Madrasah Tsanawiyah putri.
Setiap Bus di huni oleh beberapa Ustad dan Ustadzah dan kebetulan di Bus Madrasah Aliyah putri terdapat Ustad Abyan.
Ustad Abyan dengan terang-terangan memberikan perhatian pada Ning Adiba.
“Ini permen buat menemani perjalanan Ning Adiba,” ucap Ustad Abyan sembari menyodorkan satu permen yupi.
“Mohon maaf Ustad, saya nggak suka permen yupi,” sahut Ning Adiba tetap sopan.
“Oh, saya kira suka.”
“Kalau gitu buat saya aja Ustad,” sahut Lili dengan senyum tengilnya.
“Ya sudah, silahkan. Jangan lupa bagi ke teman-teman,” ucap Ustad Abyan sambil menyodorkan satu pack permen ke arah Dina.
“Makasih Ustad. Saya doain punya istri Sholiha,” ujar Lili dengan wajah tengilnya.
“Ini ada minuman buat menemani perjalanan Ning Adiba,” ucap Ustad Abyan sambil menyodorkan sebotol air mineral.
Ning Adiba tidak mengerti kenapa Ustad Abyan tidak menyerah memberinya sesuatu.
“Terimakasih Ustad,” ucap Ning Adiba sambil menerima sebotol air mineral.
Jika bukan karena Ustad Abyan guru yang telah memberi suntikan ilmu, pastilah Ning Adiba menolaknya. Ia hanya teringat pesan Umma-nya jika seorang murid harus selalu beradab baik pada guru.
“Sama-sama. Saya ke depan dulu ya Ning,” ucap Ustad Abyan sambil tersenyum.
“Iya Ustad,” sahut Ning Adiba.
Ustad Abyan berjalan ke tempat duduknya di depan bersama para Ustad lainnya. Dan Ning Adiba kini bisa bernafas lega.
“Ning, Ustad Abyan kayaknya gagal move on sama Ning,” ucap Lili yang duduk di sebelah Ning Adiba.
“Jangan sembarang Li,” sahut Ning Adiba.
“Lihat aja tingkahnya. Pesona Ning memang sangat kuat sih,” kata Lili.
Beberapa saat kemudian, beberapa siswa lainnya mulai muntah. Para Ustad dan Ustadzah segera mengurusnya.
Sampai akhirnya Ning Adiba menyumpal mulutnya dengan kedua mata yang memerah. Perutnya terasa di aduk dan kepalanya sangat pusing.
“Mau muntah Ning?” Tanya Lili.
Ning Adiba tidak menjawab namun mengangguk mantap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Partner Syurga (TERBIT)
Romance"Aku memang bukan lelaki idaman para wanita tapi aku berjanji akan berusaha menjadi satu-satunya lelaki idamanmu." _Haidar Al-Faraby Menikah muda memang bukan impian Ning Adiba sama sekali tapi apa yang tidak di inginkan belum tentu menjadi hal terb...