Part 32

26.8K 1.6K 1.1K
                                    

"Mungkin bagi Allah sangat sepele menjodohkan kamu denganku tapi bagiku berjodoh denganmu adalah nikmat yang sangat luar biasa yang tidak akan pernah bisa ku ingkari."

_Haidar Al-Faraby


"Aku sudah memikirkan Mas, aku akan menemui Mila. Aku sendiri yang akan meminta dia menghapus foto itu," ucap Ning Adiba.

"Tapi Ning_"

"Tolong hargai keputusanku Mas," potong Ning Adiba cepat.

Gus Haidar terdiam sembari menatap kedua manik mata Ning Adiba. Istri kecilnya benar-benar sangat serius dan mantap dengan ucapannya. Ia sendiri tidak tahu harus senang atau sedih namun dalam hatinya terdapat kekhawatiran jika nantinya akan terjadi hal yang tidak di inginkan.

"Tugas Mas hanyalah jauhi perempuan itu. Jangan pernah temui dia lagi karena aku yang akan membereskan masalah itu," ucap Ning Adiba.

"Apa di mata Ning saya tidak berdaya sampai harus membuat Ning turun tangan?"

Sontak Ning Adiba tertawa mendengar ucapan Gus Haidar.

"Justru dengan menjaga jarak dari perempuan itu, Mas akan menjadi lelaki paling kuat."

"Kita sama-sama perempuan Mas. Aku yakin bisa mengatasi dia. Dan aku benar-benar nggak ridho kalau Mas menemui dia dan membujuk untuk menghapus fotonya karena aku yakin dia nggak akan mau semudah itu melakukan perintah Mas."

Gus Haidar mengangguk paham. Perlahan senyumnya mengembang mendengar semua penjelasan Ning Adiba. Ia benar-benar di buat kagum dengan sikap bijak dan penuh wibawa Ning Adiba. Bahkan cara memutuskan suatu perkara juga bagus.

"Setiap melihat kamu, Mas jadi ingat ayat Al-Qur'an surat Arrahman yang cukup masyhur itu," ucap Gus Haidar.

"Yang mana?" Sahut Ning Adiba sambil mengerutkan dahi.

"Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?"

Blush.

Kedua pipi Ning Adiba merona seketika. Ia mengalihkan pandangan sambil tersenyum sipu.

"Mungkin bagi Allah sangat sepele menjodohkan kamu denganku tapi bagiku berjodoh denganmu adalah nikmat yang sangat luar biasa yang tidak akan pernah bisa ku ingkari."

Ning Adiba tak dapat menyembunyikan semburat merah di wajahnya. Senyumnya benar-benar terpampang sempurna. Ucapan Gus Haidar benar-benar melelehkan hatinya.

"Pusing ya Allah," ucap Ning Adiba tiba-tiba.

"Ning masih sakit ya?" Sahut Gus Haidar panik.

"Pusing di baperin sama suami," kata Ning Adiba membuat Gus Haidar tertawa seketika.

"Masyaallah. Sholiha kamu, ilmu kamu, kebijakan kamu, sikap kamu, dan segala hal tentang kamu benar-benar membuatku ingin terus mengucapkan syukur pada Allah Ning," ucap Gus Haidar.

"Bisa nggak Mas, jangan terus-terusan berkata-kata kayak gitu? Aku nggak kuat," sahut Ning Adiba.

"Nggak kuat apa? Jangan bilang nggak kuat iman kamu," tuduh Gus Haidar.

Partner Syurga (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang