"Aku mencintai permasalahanku karena aku tahu yang memberikan masalah juga mencintaiku."
_Jalaludin RumiGus Haidar mengecek ponselnya berkali-kali namun tidak ada pesan masuk dari Ning Adiba. Akhirnya ia memutuskan mengirim pesan dahulu barangkali Ning Adiba lupa mengabarinya namun Ning Adiba tidak aktif.
"Tumben banget nggak aktif," gumam Gus Haidar.
Pikiran Gus Haidar menjadi resah karena tidak biasanya Ning Adiba tidak mengirim kabar padanya.
"Ya udahlah, mungkin dia lagi fokus record. Lagian perginya sama Mbak Nana pasti di jagain," kata Gus Haidar menenangkan dirinya sendiri.
Selanjutnya ia memutuskan untuk melanjutkan aktifitasnya. Beberapa jam berlalu. Gus Haidar tidak henti-hentinya membuka pesan barangkali Ning Adiba sudah aktif dan mulai mengirim pesan padanya namun sayangnya Ning Adiba sama sekali belum aktif.
Langit di atas tampak mendung. Gus Haidar kembali menghubungi Ning Adiba ketika jam menunjukkan pukul lima sore. Kegelisahannya semakin menggelora ketika hujan lebat turun di sertai petir.
"Ya Allah Ning, kamu sesibuk ini sampai nggak aktif dari siang sampai hampir malam begini," kata Gus Haidar resah.
Tak berapa lama, adzan Maghrib berkumandang. Gus Haidar mengambil wudhu dan berniat akan menyusul Ning Adiba setelah sholat Maghrib berjamaah.
Setelah selesai wudhu, ia mengambil payung dan beranjak ke masjid. Ia menenangkan diri dari berbagai keresahan dengan bermunajat semoga sang istri di lindungi oleh sang pencipta.
Tepat setelah sholat Maghrib, hujan masih turun dan di tambah lagi lampu padam. Gus Haidar tak dapat mengendalikan kegelisahannya.
"Mas, Mbak Nana sama Adiba belum pulang," ucap Gus Haidar menghampiri Gus Albi.
"Nana sudah pulang dari siang tadi Dar," sahut Gus Albi.
"Apa?" Kaget Gus Haidar.
"Ada apa Dar? Bukannya Adiba juga pulang tadi siang?" Tanya Gus Albi.
"Adiba belum pulang sampai detik ini Mas," jawab Gus Haidar panik.
Gus Albi pun memanggil sang istrinya.
"Na, kamu ninggalin Adiba?" Sentak Gus Albi tersulut emosi.
Dalam kondisi hujan lebat dan lampu padam seperti ini, pikirannya tidak bisa tenang memikirkan bagaimana nasib adiknya.
"Astaghfirullah, aku sampai lupa," ucap Nana sembari mengecek ponselnya namun tidak ada pesan masuk sama sekali dari Ning Adiba.
"Keterlaluan kamu Na! Maksud kamu apa ninggalin Adiba?" Sentak Gus Albi tak dapat mengendalikan diri. Ia benar-benar kesal dengan Nana.
Nana sakit hati mendengar suara tinggi sang suami namun ia tetap bersalah karena teledor.
"Dengarkan penjelasanku dulu Mas," ucap Nana dengan mata memerah.
"Tadi Dek Diba nyuruh aku pulang dulu karena tahu aku ada kerjaan di rumah Mas. Dia bilang mau hubungin kalau udah selesai tapi sampai sekarang belum ada pesan masuk," kata Nana menjelaskan. Nadanya terlihat bergetar dan takut pada sang suami.
"Adiba juga nggak ada ngabarin dari siang. Aku jadi khawatir banget," sahut Gus Haidar.
"Terus kenapa kamu ninggalin dia Na? Kenapa nggak kamu tunggu? Apa susahnya nunggu?" Ujar Gus Albi menyalahkan Nana.
"Aku minta maaf Mas. Aku akui ini salah aku tapi aku beneran nggak bermaksud_"
"Udah! Aku nggak mau dengerin ucapan kamu lagi," potong Gus Albi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Partner Syurga (TERBIT)
Romance"Aku memang bukan lelaki idaman para wanita tapi aku berjanji akan berusaha menjadi satu-satunya lelaki idamanmu." _Haidar Al-Faraby Menikah muda memang bukan impian Ning Adiba sama sekali tapi apa yang tidak di inginkan belum tentu menjadi hal terb...