Pagi hari yang cerah. Setelah mandi dan sarapan, Afkhar menangis mencari sosok Nana. Ia terus merengek meminta bertemu dengan Nana.
Ning Adiba berusaha membujuknya sebisa mungkin namun Afkhar tetap saja menangis tidak mau diam.
Sejam berlalu dan tangis Afkhar tak mau berhenti. Bocah kecil itu terus saja menangis karena mencari sosok Nana. Maklum saja karena Afkhar terbiasa bersama Nana dan kini ia sama sekali tidak dapat menyentuh bahkan melihat sosok Nana.
Ning Adiba terus berusaha menenangkannya namun tetap saja ia menangis.
"Ganteng, udah dong jangan nangis terus. Mata kamu jadi merah begini," ucap Ning Adiba masih berusaha menenangkan tangis Afkhar.
Tangis Afkhar memancing Bu Nyai Sayyida untuk menghampirinya ke kamar Ning Adiba.
"Masih nangis terus ya nak?" Tanya Bu Nyai Sayyida.
"Iya Ma. Tapi Mama jangan khawatir, insyaallah Diba bisa nanganin kok," jawab Ning Adiba.
"Nggak Mama gantiin aja?" Kata Bu Nyai Sayyida menawarkan.
"Nggak usah Ma. Insyaallah Diba bisa atasin kok. Atau kalau kuwalahan nanti bisa minta tolong ke Mbak Khadimah," ucap Ning Adiba menolak secara halus. Ia tidak mau merepotkan mertuanya karena kondisi sang Mama sangat sibuk apalagi kondisi Kyai Arham sedang drop.
"Gimana kalau kamu ajak jalan-jalan lihat apa gitu. Siapa tahu mau nak," kata Bu Nyai Sayyida memberikan saran.
Ning Adiba mengangguk setuju. Ia memutuskan untuk keluar rumah dan membawa Afkhar ke kolam ikan. Ia membujuk Afkhar dengan menunjukkan ikan yang beragam bentuknya.
"Lihat Af, itu ikannya ganteng banget kayak Afkhar," ucap Ning Adiba.
Indera penglihatan bocah kecil itu menoleh ke kolam ikan yang berisi banyak ikan beragam bentuk. Sedikit tertarik dari sorot matanya namun bibirnya masih merengek.
Tangis Afkhar semakin mereda dan pelan dan itu membuat Ning Adiba senang tidak karuan. Ia terus berceloteh menenangkan Afkhar dengan menunjukkan bentuk ikan di dalam kolam.
"Ternyata kamu cuma kurang kreatif aja Diba," ujar Ning Adiba pada dirinya sendiri.
Ning Adiba mulai tersenyum sembari mencium pipi gembul Afkhar karena gemas.
Tak berapa lama, datanglah sosok Gus Haidar yang baru saja selesai mengajar. Ia menghampiri Ning Adiba dan Afkhar yang masih merengek pelan.
"Assalamualaikum," ucap Gus Haidar.
"Waalaikumsalam," sahut Ning Adiba sambil tersenyum senang.
"Hallo Afkhar, lagi lihat ikan ya?" Kata Gus Haidar sembari tersenyum dan mengelus pipi gembul Afkhar.
"Kan," ucap Afkhar sembari menunjuk kolam ikan.
"Iya, ikannya banyak ya?" Sahut Gus Haidar.
"Kan nyak," ujar Afkhar terdengar menggemaskan.
Gus Haidar tersenyum. Tangannya kini berganti merangkul pundak Ning Adiba dan mengelusnya lembut. "Capek ya?" Tanyanya.
"Nggak Mas. Cuma bingung aja tadi ngadepin Afkhar yang nangis nggak mau berhenti. Beruntung ada Mama yang kasih saran," jawab Ning Adiba.
"Ayo ikut Om," ucap Gus Haidar sembari merentangkan tangan.
Afkhar diam menatap wajah tersenyum Gus Haidar kemudian detik berikutnya ia bersedia berada di gendongan Gus Haidar.
"Mas kan juga pasti capek biar aku aja yang gendong," ucap Ning Adiba.
Gus Haidar tak menyahut. Ia memanggil salah satu Khidmah lelaki dan meminta tolong untuk mengajak Afkhar berkeliling.
KAMU SEDANG MEMBACA
Partner Syurga (TERBIT)
Romance"Aku memang bukan lelaki idaman para wanita tapi aku berjanji akan berusaha menjadi satu-satunya lelaki idamanmu." _Haidar Al-Faraby Menikah muda memang bukan impian Ning Adiba sama sekali tapi apa yang tidak di inginkan belum tentu menjadi hal terb...