Pukul sebelas malam. Gus Haidar memasuki kamar dengan keringat bercucuran. Terlihat wajahnya lelah dan letih. Ia menghela nafas mengingat ternyata banyak sekali hal yang harus ia urus.
Gus Haidar meraih ponselnya dari saku kemejanya dan menghidupkan data. Seketika spam chat masuk dari istri kecilnya. Tanpa basa-basi, ia langsung menghubungi Ning Adiba lewat video call. Tak bisa di bohongi, hatinya benar-benar sangat merindukan istri kecilnya itu.
Tak berapa lama, video call terangkat. Tampaklah Ning Adiba yang tidak memakai jilbab di dalam kamar. Ia sengaja menggerai rambutnya sambil memakai jepit rambut lucu pemberian Gus Haidar.
Senyum Gus Haidar terbit seketika melihat wajah imut dan lucu Ning Adiba. Rasanya hatinya menghangat menatap senyuman mungil istrinya meskipun hanya dari layar ponsel.
"Assalamualaikum Ning," ujar Gus Haidar sambil tersenyum.
"Waalaikumsalam Mas."
"Maaf ya nggak balas chat kamu. Soalnya seharian sibuk banget," ujar Gus Haidar merasa bersalah.
"Oalah. Maaf ya Mas kalau tadi sempat overthinking. Aku kira Mas udah lupa punya istri hehe."
"Maaf ya," kata Gus Haidar. Hanya itu yang bisa ia sampaikan.
"Seharian aku galau mikirin Mas tahu. Mikir Mas lagi ngapain? Terus Mas lagi ada di mana? Pokoknya galau banget karena kangen."
"Jangan sampai karena rindu kamu jadi nggak fokus sekolah sama ngaji," tutur Gus Haidar.
"Minggu depan aku wisuda Alfiyah Mas. Mas bisa datang?"
"Mas usahakan ya. Belum ngecek jadwal di Kang Zain. Semoga aja kosong," ujar Gus Haidar penuh harap.
"Mas udah ngantuk ya?"
"Capek Ning," jujur Gus Haidar sambil tersenyum lebar.
"Kasihan banget suami aku. Andai aku di sana pasti udah aku pijitin."
"Cukup kasih senyuman kamu aja karena senyuman kamu bisa jadi energi," ujar Gus Haidar.
"Ah masa sih? Padahal cuma dari layar hp."
"Senyum kamu itu nikmat yang indah walaupun cuma dari layar hp," kata Gus Haidar kembali membuat sang istri tersipu.
"Maaf ya Mas hari ini nggak bisa datang ke Darul Qur'an dulu."
"Nggak papa. Mending kamu fokus sama kegiatan kamu aja di sana," ujar Gus Haidar tidak keberatan.
"Gimana bisa fokus, fokus aku di ambil alih sama Haidar Al-Faraby."
"Oh ya, kamu sekarang kunciran sendiri kan? Rajin sisiran kan?" Kata Gus Haidar memastikan.
"Hehe Mas bikin malu aja. Aku minta di kuncirin Mbak Nana. Terus kadang juga minta sisirin Umma."
"Ya Allah sayang, sampai kapan kayak gitu? Belajar dong Diba. Katanya pengen segera punya anak, terus apa kabar kalau anak kita cewek?" Ujar Gus Haidar sambil geleng-geleng kepala.
"Di kuncirin Abahnya lah haha."
"Sebelum bisa kunciran sendiri, aku nggak mau bikin baby sama kamu," ancam Gus Haidar.
"Iiih kok gitu."
"Makanya belajar ya sayang. Itukan juga demi kebaikan anak-anak kita nanti," ujar Gus Haidar lembut.
"Tapi katanya, Mas mau mencintai kekurangan aku."
"Itu bukan kekurangan Ning. Itu kemalasan," kata Gus Haidar sambil terkikik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Partner Syurga (TERBIT)
Romance"Aku memang bukan lelaki idaman para wanita tapi aku berjanji akan berusaha menjadi satu-satunya lelaki idamanmu." _Haidar Al-Faraby Menikah muda memang bukan impian Ning Adiba sama sekali tapi apa yang tidak di inginkan belum tentu menjadi hal terb...