"Kenapa kalian masih disini?" Tanyaku pada semua orang di depan gerbang distrik enam.
Amunisi dan bom ku sudah habis tidak tersisa. Kupikir mereka sudah masuk ke dalam sejak tadi. Tapi apa ini? Kenapa gerbangnya masih tertutup? Aku melirik Jisoo yang menggelengkan kepalanya. Begitu juga yang lain.
"Hey! Buka pintunya, kami diserang Amo! Hey! Buka! Kalian tidak lihat kami disini? Hey! Buka!" Teriakku memukuli gerbang.
Dughhh... Dughhh...
"Hey! Buka pintunya! Kami akan mati jika kalian tidak membukanya! Bajingan buka pintunya! Hey!" Aku menunjuk para penjaga di atas sana. Tapi mereka tetap diam saja tanpa mau membuka gerbang.
Apa ini?
"Kapten, sejak tadi kami memberitahu mereka tapi mereka tetap seperti ini! Mereka tidak mau membuka gerbang! Pimpinan Distrik Enam melarang kita masuk. Bagaimana ini?" Tanya Jisoo mulai ketakutan.
"Sialan! Kenapa kalian tidak mau membukanya? Kami juga warga sipil!" Teriak Isaac keras.
"Kapten para Amo sudah memasuki wilayah aman disana!" Diego menunjuk bendera peringatan yang kubuat.
Mereka sudah sampai disana?
Aku tertawa dan menatap pintu gerbang yang tidak juga dibuka. Malam ini sangat gila sampai otakku menjadi kosong. Mereka benar-benar tidak mau membukanya untuk kami? Serius?
"Buka bunker!" Perintahku.
"Bunker? Kau serius tapi tempat itu..." Isaac kehilangan kata-katanya.
"Buka saja! Tempat itu juga tidak memiliki seseorang yang tinggal lagi disana. Ayo, buka sekarang!"
Tidak ada cara lagi!
Satu-satunya tempat aman adalah banker itu. Toh disana sudah tidak ada apapun lagi selain kenangan masa lalu. Mereka semua menurut dan pergi banker. Tempatnya memang tidak seluas itu tapi cukup menampung para anak-anak, wanita, dan orang tua. Aku melihat pintu banker dan memasukkan kode untuk membukanya dari luar.
"Anak-anak, wanita, dan orangtua cepat masuk! Para laki-laki berjaga di luar, berikan tubuh kalian garam dan siapkan senjata kalian. Raon, Diego berjagalah di tempat ini. Jisoo, Isaac, buka berangkas bom!"
"Bom? Kapten ingin mengebom tempat ini?" Tanya Jisoo.
"Tidak ada cara lain! Yang paling penting adalah keselamatan mereka, kita bisa membangun rumah-rumah lagi seperti dulu. Lakukan sekarang dan aku akan membawa para Amo ke tempat lain! Cepat lakukan!" Aku mengambil senjata dan amunisi. Sebanyak mungkin!
Kami bisa membangun lagi rumah-rumah seperti dulu! Aku sudah pernah melaluinya jadi tidak masalah untuk itu! Tanganku membawa dua senjata api. Aku harus membuat mereka menjauhi tempat banker.
"Hey! Amo! Aku disini!" Teriakku pada gerombolan Amo.
Mereka melihatku dan berjalan mengikutiku. Dimana lubang raksasa itu? Aku terus berlari dari kejaran para Amo yang telah mencapai batas mereka. Aku akan memanfaatkan lubang besar untuk membunuh mereka semua. Tanganku tanpa henti menembaki mereka, membunuh mereka, dan membuat mereka hilang dari dunia ini. Jauh lebih mudah membunuh Amo yang telah mencapai batas karena kesadaran mereka mulai hilang digantikan hasrat untuk hidup di tempat lain.
Dorrr...
Dorrr...
"Beraninya kalian berada di wilayah ini! Sialan!"
Tidak peduli berapa amunisi yang aku keluarkan yang jelas aku akan mendapatkannya lagi dengan merampok seseorang nantinya.
Dorrr...
KAMU SEDANG MEMBACA
Clovis ( END )
Science FictionMasa depan yang begitu menyeramkan untuk seluruh umat manusia, kawanan Amo datang dan membuat banyak manusia menjadi kehilangan kesadaran atas dirinya. Setiap distrik akan mengirimkan perwakilan mereka yang telah terlatih untuk menghabisi para Amo...