"Cepat! Kau tidak mau lompat?" Tanyaku pada Hwan yang masih berada di atas sana.
Kenapa dia tidak lompat saja? Tempatnya tidak semenakutkan itu! Dasar Hwan! Aku harus pulang menyelamatkan cemilan untuk bermain gameku dari Diego!
"Ini tinggi! Aku takut ketinggian!" Teriak Hwan dari atas.
"Tutup matamu dan lompat! Isdor yang akan menangkapmu!" Teriakku.
"Kenapa aku? Aku tidak mau menangkapnya!" Isdor menggeleng cepat.
"Biar aku saja! Ayo!" Franco bersiap menerima tubuh Hwan dari atas sana.
Dia serius? Menangkap orang seperti Hwan? Hwan menutup matanya dan melompat begitu saja ke bawah. Dia memang laki-laki bodoh! Hwan jatuh dengan sangat indah karena Franco berhasil menangkapnya walau langsung dijatuhkan.
"Ughhh... Aku tidak mau lagi terjun seperti itu!" Hwan mengusap bagian belakang tubuhnya.
"Kenapa kau sangat takut ketinggian?" Tanyaku ingin tahu.
"Memangnya seseorang butuh alasan? Winter, jangan biarkan aku jatuh seperti itu lagi! Aku takut!" Hwan berdiri dan memeluk tangan robotku.
"Jangan mengeluh padaku! Aku bukan orangtuamu! Lepaskan tanganku!" Aku mendorong tubuh Hwan pergi dariku.
"Aku tidak memiliki orang tua Winter, aku hanya memiliki kakek nenek." Jelas Hwan dengan wajah sedih.
"Aku juga tidak memilikinya! Bahkan kakek atau nenek, jadi jangan manja padaku! Kau bukan adik, saudara, keluarga, atau seseorang yang dekat denganku!"
"Aku temanmu yang paling baik di antara merek!" Tunjuk Hwan kepada empat orang.
"Kau bukan temanku dan mereka juga. Jadi cukup! Ayo pulang dan jangan merengek!" Aku menginjak kaki Hwan.
Lain kali aku tidak akan membawa orang-orang tidak berguna ini. Bahkan Diego yang suka makanan lebih baik dari mereka berlima. Aku melihat ke bawah dan menemukan beberapa Amo di sekitar lubang penutup gorong-gorong.
Dorrr... Dorrr...
Dorrr... Dorrr...
Valrey menembaki mereka dan turun ke bawah dengan cepat. Dia membuka penutup dan melihat kami di atas.
"Ayo!" Teriaknya lebih dulu masuk.
Anak itu benar-benar!
"Mungkin dia ingin segera buang air besar!" Isdor turun melewati tangga.
"Seorang Valrey? Aku tidak yakin!" Aku melirik Minho yang wajahnya sangat merah. Aku sangat ingat saat dia menahan sakit perut dan kentut tiap ingin memukulku.
"Apa?" Tanya Minho turun dan berlari kencang.
"Cepat, Winter! Semua Amo mendekat!" Hwan melihat kesana-kemari.
"Cepat turun lebih dulu!" Perintahku.
Dorrr... Dorrr...
Dorrr... Dorrr...
Mereka akan terus berdatangan kepada manusia hidup. Aku mundur setelah semua orang masuk ke dalam gorong-gorong. Tanganku mengambil piringan dan memutarnya sekuat mungkin dari dalam. Semoga saja mereka tidak mengejar kami.
Dorrr... Dorrr...
"Winter! Ayo!" Teriak Hwan.
Apakah di bawah juga penuh Amo? Aku turun lebih cepat dan melompat cukup jauh. Sialan. Kenapa tempat ini dipenuhi Amo?
Dorrr... Dorrr...
"Bergerak Hwan!"
Kami berlari sekencang mungkin melewati jalanan yang penuh dengan air. Aku berbalik dan menembaki mereka yang mengikuti kami. Dimana jalan keluarnya? Aku tidak ingat rutenya!
Dorrr... Dorrr...
"Kenapa kau sangat lama?!" Isdor mengangkat tubuhku layaknya karung beras.
"Bagus, Isdor! Aku akan menembaki mereka untuk kalian!" Aku fokus pada Amo yang mendekat dan terus mengisi amunisi.
"Sialan! Kita tersesat!" Teriak Valrey.
Apa? Apa yang dia katakan? Aku perlu pulang! Sialan, para Amo datang kemari! Aku menepuk punggung Isdor untuk menurunkanku. Tidak mungkin kami tersesat! Ini hanya gorong-gorong air! Pasti alirannya hanya menuju satu tempat.
"Bagaimana sekarang? Tidak ada jalan lagi disini!!" Hwan mulai ketakutan.
Jalan? Aku menatap mereka berlima, apakah mereka buta? Jelas-jelas ada lubang air! Aku menghela napas dan masuk ke dalam air yang penuh kotoran. Lebih baik kotor daripada mati karena Amo.
"Hey! Ayo! Kalian laki-laki atau perempuan?" Tanyaku mulai masuk melewati lubang kecil.
"Menjijikan! Aku tidak akan pernah masuk ke dalam air seperti ini lagi! Hoekkk..." Isdor mengikutiku.
"Bajingan!" Suara Valrey turun ke dalam air.
Silahkan saja keluarkan seluruh kata-kata mutiara kalian. Karena jika mati itu salah mereka yang tidak bisa menyelamatkan diri. Dimana jalan keluarnya? Tidak mungkin kami akan tersesat. Kami terus berjalan melewati genangan air yang mencapai lutut kami. Baunya memang menyengat dan menusuk hidung, bukan itu saja kakiku seperti menyentuh benda keras di bawah entah apa itu. Mungkin saja tengkorak manusia.
Aku berpikir bahwa orang-orang mati akan berakhir di tempat ini jika mereka tidak bisa hidup di atas sana.
"Hoekkk... Bisakah kita keluar lebih cepat?" Tanya Isdor.
"Aku sedang mencari jalan! Apa kau tidak bisa melihat?" Tanyaku.
"Mataku tertutup bau busuk ini!" Jawab Isdor menahan muntahnya lagi.
"Ck, kau ini seorang laki-laki. Kenapa kalian bisa menjadi seorang Clovis jika memiliki kekuatan mental seperti ini? Hmm? Dulu Clovis terbentuk dengan seleksi ketat, tidak semua orang bisa menjadi Clovis. Mereka harus bertahan dari banyak situasi bahkan membunuh teman atau rekan diperlukan jika salah satunya terdeteksi Amo. Siapapun itu keluarga, saudara, teman, atau kekasih, semuanya bisa saja menjadi Amo. Saat itu apakah kalian hanya akan diam saja? Amo tidak akan mendengar jeritan keputusasaan kalian. Terbunuh atau membunuh adalah dasar Clovis. Otot atau kemampuan bertarung kalian hanyalah dasar pekerjaan. Tapi kekuatan mental dan emosi kalian adalah cara bertahan menjadi seorang Clovis. Maka dari itu jika kalian seperti ini saja mengeluh, keluar saja dari Clovis." Aku melihat sebuah cahaya di ujung sana.
Kami berhasil selamat! Aku melihat ke arah mereka di belakangku. Yang kulihat pertama kalinya adalah wajah Isdor yang menatapku lekat.
"Lihat, kita bisa keluar!" Aku berjalan lebih cepat.
Aku harus segera menutup jalan ini dan tidak membiarkan Amo keluar. Cahaya matahari sore terlihat begitu indah menyambut kami. Pemandangan tanah lapang dan angin kencang membuatku semakin bergairah untuk cepat pulang ke rumah. Cemilanku, semoga kalian aman dari tangan Diego!
🔫🔫🔫
Salam ThunderCalp!🤗
Emang Winter lebih takut makanannya di curi Diego daripada Amo!
Jangan lupa like, komen, dan share!
See you...
KAMU SEDANG MEMBACA
Clovis ( END )
Science FictionMasa depan yang begitu menyeramkan untuk seluruh umat manusia, kawanan Amo datang dan membuat banyak manusia menjadi kehilangan kesadaran atas dirinya. Setiap distrik akan mengirimkan perwakilan mereka yang telah terlatih untuk menghabisi para Amo...