19. Penemuan Seorang Anak

41 8 0
                                    

"Kenapa kau melempar bom?" Tanya Hwan ikut berlari denganku.

"Untuk membuat mereka mati disana! Dimana empat orang itu?"

Apakah di bawah atau di atas? Tidak mungkin di atas kan? Aku menarik tangan Hwan ke atas, berjalan cepat menaiki eskalator yang mati dan bergerak mencari empat orang laki-laki. Dimana mereka? Aku mendorong tubuh Hwan ke atas dan menembaki Amo yang mendekat. Ternyata mereka Amo-Amo yang membutuhkan inang baru. Aku mengambil sabun cair dan menuangkannya kepada eskalator. Ini akan menghambat mereka untuk beberapa saat!

"Winter! Mereka di atas!" Teriak Hwan sudah menaiki tangga di atas.

"Ya!"

Untuk apa mereka pergi ke atas? Apakah mereka sudah menemukan anak itu? Aku berlari mengikuti Hwan menuju atas, tapi di atas mana lagi? Ini lantai teratas bangunan ini. Apakah mereka di atap? Sungguhan di sana? Sebuah tangga terlihat menuju ke atas. Hwan sudah memanjat sampai atas.

"Arghttt..." Sialan siapa yang menarik kakiku?

"Manusia! Manusia!" Seorang pria memegangi kakiku dengan tangan yang berubah menjadi cairan.

Sialan!

Wushhh...

Aku menaburinya dengan garam.

"Arghttt..." Dia mundur dan memegangi tubuhnya yang kepanasan.

Dasar manusia lendir!

Dorrr...

Satu tembakan bersarang pada kepalanya. Aku naik dengan cepat ke atas, sebuah tangan terulur padaku. Tanganku menyentuh tangannya dan tubuhku tertarik dengan sangat kuat.

"Tutup cepat!" Teriak Hwan menutup pintu menuju atap.

Aku menunduk setelah sebuah tarikan membuat tubuhku berada di atas seseorang. Siapa ini?

Isdor?

"Kenapa kau berteriak?" Tanya Isdor.

"Kakiku ditarik Amo!" Tubuhku bangkit dan melihat kakiku yang memerah.

Tarikan pria itu sangat kuat dikakiku. Sialan. Bisa-bisanya kami berada di atas atap ini!!! Bagaimana cara kami pergi? Aku mengusap-usap kakiku dan berdiri menuju tepi atap. Terlalu banyak Amo di bawah sana dan di dalam. Kami harusnya pergi ke bawah dan mencari gorong-gorong!

"Apakah kalian sudah temukan anak pemilik toko mainan itu?" Tanyaku dengan kaki tertatih.

"Tidak! Tapi kami temukan ini!" Minho menunjukan handphone dengan menyalahkan sinyal bahaya.

"Tidak ada seorangpun disana! Bahkan kami tidak menemukan jejak kehidupan di supermarket ini! Sepertinya seseorang menjebak kita!" Jelas Isdor.

"Sialan!" Aku sudah menduganya tapi tetap saja aku kesal.

Jadi siapa orang itu? Tidak mungkin dia Amo yang memiliki pemikiran untuk menjebak kami! Aku melihat seluruh wilayah tempat ini yang dikelilingi tembok besar. Tempat ini seperti distrik tapi dalam kondisi yang tidak membedakan antara miskin dan kaya. Mereka semua berada dalam satu tempat seperti sebuah kota besar. Tidak banyak yang berubah dari ingatan terakhirku. Hanya bangunan tinggi perkantoran telah menjadi bangunan perumahan. Tidak ada yang spesial dari tempat ini selain rumah itu! Aku menatap satu rumah yang memiliki kenangan buruk untukku. Kenapa rumah itu tetap ada disana? Dengan pohon besar di depan, sebuah taman bermain, dan tulisan besar. Yayasan.

Apa tempat itu masih sama seperti dulu?

Tidak, itu sudah sangat lama. Berpuluh-puluh tahun yang lalu sampai aku lupa bahwa tempat ini hanya ada Amo dimana-mana. Aku menyentuh leherku dan mengingat bagaimana tangan kiriku jadi seperti ini.

"Kita pulang! Kita harus memberitahu Caleb tentang tempat ini! Sebelum malam, kita harus pergi!"

"Kita akan pergi besok! Kau hanya akan jadi beban kami! Lihat kakimu itu!" Tunjuk Valrey pada kakiku.

"Biar kulihat!" Isdor menarik tubuhku dan memeriksa kakiku.

Aku tidak mungkin menjadi beban hanya karena kaki ini. Beberapa saat lagi kakiku akan kembali normal, mungkin. Isdor melepaskan sepatuku dan melihat kaki telanjangku. Ruam merah terlihat di pergelangan kaki. Mirip cengkraman binatang buas.

"Kakimu terkilir, kita akan pulang besok pagi! Kita juga harus menunggu para Amo pergi dari bangunan ini! Tahan Winter!"

"Arghttt... Isdor! Arghttt... Apa yang kau lakukan pada kakiku! Arghttt..."

Bunyi tulang bersahutan dengan suara teriakanku. Aku melirik Hwan yang justru merekam kejadian memalukan ini. Apa dia sengaja?

"Arghttt... Hey! Cepat hapus! Bajin... Arghttt... Sialan!" Napasku memburu.

Kakiku sangat sakit!

"Sudah, kakimu akan baik-baik saja besok!" Isdor melepaskan kakiku dan mengenakan kembali sepatuku dengan hati-hati.

"Kau bajingan, Isdor!" Aku terjatuh dengan langit biru menjadi pemandangan yang begitu indah terlihat.

"Heh, sangat menyenangkan melihat teriakan darimu itu! Kenapa kau tidak berteriak lagi seperti seekor kucing?"

"Jangan pegang kakiku lagi!" Larangku pada Isdor yang ingin menyentuh kakiku.

"Kenapa? Kau mau marah?"

"Isdor!"

Apakah dia ingin membuat keributan di saat seperti ini? Aku bisa membuat hinaan mengenai kepala botaknya. Tapi kondisiku tidak baik untuk bertarung!

"Kalian terlihat sangat akrab!" Tunjuk Minho padaku dan Isdor.

"Darimana?" Tanyaku menatap Isdor marah. Tapi dia hanya tersenyum dan memperlihatkan deretan gigi putihnya.

"Entahlah! Tapi saat ini, kita berenam harus saling akrab dan membantu! Maaf untuk perkataanku saat ada di pertandingan! Aku sudah keterlaluan." Minho tergeletak dan sepertiku yang melihat langit di atas sana.

"Ya aku juga! Walau aku tidak banyak bicara, aku juga minta maaf." Franco tertidur di atas pintu masuk ke bawah.

"Aku tidak memiliki kesalahan, jadi aku ingin istirahat!" Hwan tidur di sampingku.

Sebenarnya acara apa ini? Apakah ini kesempatan untuk mereka saling meminta maaf karena sedikit kemungkinan untuk kami hidup di dunia ini? Tidak buruk juga. Aku juga tidak tahu apakah kami akan hidup atau mati. Kami terjebak di atas atap dengan para Amo di bawah sana. Cara satu-satunya adalah melewati gorong-gorong.

"Aku hanya salah pada Winter, jadi untuk apa minta maaf?" Isdor menyentuh kakiku lagi seenaknya.

"Sialan! Apa maumu?" Aku tidak sanggup bergerak lagi.

Isdor tidur di atas kakiku sebagai bantalnya. Apakah dia tidak tahu kepala botaknya sangat berat? Valrey hanya diam disana dan memilih berada jauh dari kami semua. Di dalam kamusnya, maaf tidak pernah ada untuk diucapkan. Aku juga tidak berharap akan hal itu. Bahkan dia tidak mungkin memberitahu semua orang disini bahwa dia yang telah melakukan kecurangan.

Tubuhku terbangun dan menarik kakiku sebagai bantal Isdor.

"Arghttt... Kepalaku sakit sialan!" Isdor menyentuh kepalanya.

"Kita pulang sekarang! Ayo lewati atap dan temukan gorong-gorong sebelum malam! Aku harus cepat sampai ke rumah!"

Gawat aku lupa!

Aku lupa mengunci kamarku yang berisi makanan kecil! Diego akan memakannya sekarang! Fisaratku tiba-tiba buruk! Makananku untuk bermain game!

🔫🔫🔫

Salam ThunderCalp!🤗

Jangan lupa like, komen, dan share!

See you...

Clovis ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang