39. Masa Lalu

34 8 0
                                    

"Stttt... Tidurlah seperti biasa! Oke!"

"Tapi apa yang ingin kau lakukan? Kau mau pergi mencari pintu itu lagi? Bagaimana jika Profesor Donovan tahu?"

Tinggal menunggu saatnya mati saja! Daripada hidup seperti ini dan tidak jelas, aku lebih baik mati saja! Aku menyentuh wajahnya dan memiringkan wajahku untuk menciumnya. Dengan ini dia akan diam sampai mati! Aku menekan wajahku ke wajahnya dan mendorongnya menuju tempat tidur.

"Win-ter?"

"Jangan katakan pada siapapun! Kau dan aku... Harus merahasiakannya!" Aku menyentuh wajahnya dan menyentuh bibirnya yang terus bergetar.

Sangat mudah mempermainkannya. Aku tersenyum dan menciumnya lagi. Kali ini, adalah perasaan penyesalanku. Aku tidak tahu apakah aku akan kembali lagi atau tidak. Tapi aku ingin mencoba pergi ke tempat itu dan membuktikan teori ku.

Dia mengusap punggungku dan mendorongku untuk berada di bawahnya.

"Hah... Apa ini caramu meninggalkanku? Hmm? Apa kau kira aku bodoh Winter? Aku tahu kau akan pergi kesana dan melarikan diri. Jadi, ayo pergi sama-sama dan kita pergi! Aku sangat mencintaimu sampai tidak bisa melepaskanmu pergi."

"Kau..."

"Jangan salahkan aku! Kau yang memulainya lebih dulu!" Dia tersenyum dan menunduk untuk menciumku lagi.

Tubuhku mencoba memberontak tapi tidak bisa. Dia sangat kuat sampai terus menciumku tanpa membiarkanku bernapas. Tidak, ini terlalu jauh untuk kami berdua.

"Xxxx!!!" Teriakku saat dia mencium leherku.

"Hah?" Matanya begitu sayu sampai aku tahu otak mesumnya ini!

"Cukup! Kita pergi berdua, sekarang menyingkirlah atau aku akan memukul tempat itu!"

"Ini terlalu jauh! Kita bisa pergi besok!"

"Menjauh dariku!"

"Tidak!"

"Aku bisa gila! Aku akan marah seumur hidupku jika kau seperti ini padaku!!!"

Dia bangkit dan mengatur bajunya. Bajingan gila! Lain kali tidak ada lain kali untuknya menyentuhku lagi. Aku bangun dan mengambil senjataku.

"Kau sungguhan cantik saat wajahmu marah!" Godanya.

"Oh, benar! Sialan!" Aku membuka pintu dan mengendap-endap untuk pergi menuju pintu hitam di dekat pintu hijau. Kenapa aku tidak pernah membukanya? Aku selalu mencari pintu hijau selama ini!

"Siapa itu?"

Sialan!

Ini suara Profesor Donovan! Aku melihat kesana-kemari dan menarik tubuh anak ini padaku. Aku menciumnya lagi sampai seseorang datang melihat kami berdua.

"Apa-apaan ini Winter?" Tanya sebuah suara menghentikanku.

Wajah si bodoh begitu merah sampai rasanya hari ini adalah hari tersialku! Aku tersenyum canggung kepada Profesor Donovan.

"Maaf! A-ku..."

"Bukankah kalian memiliki kamar! Pergilah ke kamar kalian! Aku tidak mau melihat kalian lagi bermesraan di lorong ini!"

"Ba-ik!" Aku menarik tangan si bodoh pergi.

Kenapa? Kenapa dia harus datang? Aku menjambak rambutku dan melihat wajah si bodoh.

Clovis ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang