59. Epilog

68 11 1
                                    

"Hari ini siapa yang ingin roti?" Tanyaku.

"Mom, aku tidak mau! Aku ingin sereal!" Tolak Stella.

"Aku saja!" Bryan mengangkat tangannya.

Anak laki-lakiku memang terbaik! Aku menaruh roti bakar ke piring Bryan dan membuat sereal untuk Stella. Dua anak ini harus banyak makan agar seperti empat kakaknya yang lain! Aku tersenyum dan melihat ke arah tangga. Dimana Caleb? Apakah dia masih berkutat untuk membangunkan Isaac? Anak kuliahan sepertinya tidak memiliki waktu bersenang-senang di luar. Dia akan terus mengurung dirinya di dalam kamar dan tidak pernah keluar selain makan dan menerima paket.

"Arghttt... Aku sudah besar! Umurku sudah 20 tahun! Jangan anggap aku seperti anak kecil!" Teriak Isaac yang dibawa oleh Caleb secara paksa.

"Tapi aku sudah 45 tahun! Kau masih kecil di depanku!" Caleb menurunkan Isaac di kursi.

"Aku sedang sibuk membuat drone untuk tugas kuliah! Kenapa papa membuatku seperti anak umur 10 tahun. Aku bukan Bryan!"

"Diam kau dasar bau!" Sindir Stella memasukan roti Bryan ke dalam mulut Isaac.

"Mom, roti lagi!" Bryan mengangkat piringnya padaku.

Sebuah rutinitas pagi yang sangat menyenangkan untuk dilakukan! Aku menaruh roti untuk Bryan dan juga Caleb. Hari ini adalah hari yang sangat spesial untuk Raon! Dia akan menghadiri acara penghargaan dan kami mendapatkan undangan! Kami semua! Aku harap Diego bisa menyempatkan waktu datang juga Jisoo yang sibuk dengan urusannya.

"Isaac, malam ini kau tidak boleh menolaknya! Ini pertama kalinya film Raon menjadi nominasi penghargaan! Juga ini karya pertamanya sebagai produser!" Aku menatap Isaac yang mengunyah rotinya malas.

"Hah, apa aku bisa? Mama, aku harus membuat drone! Profesor Taylor ingin aku membuatnya besok! Besok!"

"Apa itu tugas dari sebulan yang lalu?" Tanyaku.

"Bukan! Tapi ini tugas akhirku! Jika aku bisa membuatnya, aku bisa lulus lebih cepat!"

Sebenarnya drone apa yang dia buat? Kenapa tugas itu menjadi sangat penting?

"Jangan memaksanya, Mom! Dia lebih sibuk mengurus tugasnya daripada menghadiri penghargaan saudaranya. Kita pergi saja meninggalkannya disini!" Stella menatap tajam Isaac.

"Winter, kopiku mana?" Tanya Caleb.

"Aku hampir lupa!"

Bagaimana aku bisa membuat makanan tanpa minuman?

"Mama! Papa! Aku pulang! Hey! Siapa laki-laki dekil itu?" Sebuah suara nyaring masuk ke dalam telingaku.

Sebentar lagi akan memasuki perang dunia. Aku membuat kopi untuk Caleb dan susu untuk anak-anak. Jisoo muncul dengan membawa benda dipundaknya.

"Diam kau!" Teriak Isaac.

"Kau yang diam! Apa hidupmu hanya itu disana saja? Lihat wajah tidak terurus ini? Pria kacamata sepertimu harusnya merawat diri agar para gadis tertarik padamu! Pantas saja kehidupan SMA mu sangat suram! Stella, kau jangan sepertinya. Di SMA nanti kau harus sama sepertiku! Okey!"

"Okey!" Stella mengangkat jempolnya.

"Aku tidak butuh gadis! Aku hanya butuh uang banyak untuk biaya proyek besarku! Awas saja jika aku bisa menjadi orang kaya di dunia. Kau tidak akan pernah bisa menjadi seorang desainer impianmu! Aku akan membuat orang-orang tidak tertarik pada seleramu itu!"

"Oh iya? Kau mau apa? Menjadi Steve Jobs? Tidak mungkin, bodoh! Kau itu hanya bisa membuat barang aneh tidak berguna!" Teriak Jisoo.

"Apa? Jadi kau meragukan karyaku? Bahkan papa menggunakannya! Mama juga! Hanya kau yang tidak tahu manfaat teknologi!"

Clovis ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang