-Positif?

20 2 0
                                    

"WOY INI SIAPA YANG NUMPAHIN AER DI LANTAI ASU?! BISA BISANYA GA DI PEL!? SINI BERANTEM! KEPLESET GUE WOY!"

Baru dua jam yang lalu bel masuk berbunyi, sudah ada teriakan manja milik Zeyvana dengan bumbu kata kata kasar nya untuk memulai hari sekolah yang penuh dengan suka dan duka ini. walaupun aslinya lebih banyak dukanya, sih.

"Astaghfirullah Zey, masih pagi udah misuh aja. Mulut lo apa ngga pait misuh mulu?" Abel yang entah sejak kapan berubah menjadi lebih kalem, sederhana, dan anggunly menasehati Zey yang masih mencak-mencak.

Bila yang sedang mengabsen alat make up di dompet khusus milik Abel langsung menutup mulutnya syok mendengar ucapan Abel.

"Hanjir. . ." Bila sampai tidak bisa berkata-kata. Apalagi mengetahui bahwa alat make up Abel hanya tersisa sunscreen, lipbalm, dan liptint bewarna soft.

"Abel beneran habis dapet hidayah kayanya gais..." Ujar Bila kurang ajar. Dengan wajah syok dan terharu, ia memeluk Abel yang sudah geleng geleng.

"Gue harap waktu gue masuk neraka, lo narik gue ke surga bareng lo ya bel.." Ucap Bila semakin ngawur.

Dirasa kepalanya nyeri dan berkedut-kedut akibat lemparan spidol papan tulis yang dilakukan oleh Indy, ia melepas pelukan drama nya pada Abel yang sudah istighfar.

"Emang gila dia Bel. Jangan ditanggepin, musnahin aja langsung."

Menghiraukan Zey yang masih terus mencak mencak karena bokongnya sakit, Indy dan Bila telah memulai perang dunia yang entah sudah ke berapa kalinya di cerita ini.

Ga abis-abis, woy!

****

Sasha menenggelamkan kepalanya dalam tumpukan lengannya sendiri kala dirasa ada yang tidak beres pada dirinya. Namun karena kelewat malas mikir, apalagi semenjak sang mama mulai repot ikut campur dalam kehidupannya yang bikin dia canggung serta merasa tidak enak, ia tidak tahu apa yang salah pada dirinya.

Tanpa merasa terganggu oleh barang barang yang berjatuhan di kelas yang disebabkan oleh perang Bila-Indy, ia berusaha tertidur walau Mela yang disampingnya sudah istighfar dengan rasa ingin meruqyah mereka sangatlah meletup-letup.

"Astaghfirullahaladzim... Astaghfirullahaladzim..." dzikir Mela sambil mengelus dadanya.

"Mereka kapan warasnya sih?!" seru Alya geram karena Bila-Indy masih seperti bocah sekolah dasar yang kekanak-kanakan.

"Ampe mereka punya cicit juga bakal gitu terus itu mah," sahut Zey yang sudah balik ke mode kalem akibat stres soal percintaannya yang rumit.

Tidak pula menanggapi obrolan ketiga temannya yang lain di sampingnya, Sasha mulai meremat kuat perutnya yang semakin bergejolak.

sudahlah, Sasha tidak sanggup.

Bagas yang berada tidak jauh dari tempat duduk SMAZ, telah memperhatikan gerak gerik aneh Sasha yang terlihat tidak nyaman dalam usahanya untuk tertidur.

"Natasha?"

Berlari secepat tenaga menyusul Sasha yang tiba-tiba berdiri dan keluar kelas dengan kecepatan berlari yang bikin ia sendiri tercengang, Sasha terdengar menahan suara mual yang tidak wajar.

****

Dengan cemas menunggu depan toilet siswi, Bagas berusaha tidak bersikap implusif walau terdengar dari dalam suara ribut Sasha yang muntah-muntah.

Sambil berusaha menenangkan diri, Bagas mulai mengingat-ingat apa saja yang Sasha lakukan setengah hari ini. Dengan harapan ia menemukan penyebab kenapa Sasha muntah-muntah, dan menemukan pula solusi terbaik untuk mengobati gadisnya.

Suara ribut muntahan itu berhenti. Bagas mulai mendengar Sasha yang menarik ingusnya dan menahan isakan nya. Tak lama, langkah kaki Sasha terdengar keluar dari kamar mandi.

Walau aslinya gemas dengan wajah kemerahan Sasha yang lemas, Bagas juga sangat khawatir dengan gadis lempeng kesayangannya itu.

"Bagas," Panggil Sasha lemah.

Bagas segera memeluk Sasha lembut. Sambil mengusap kepala Sasha pelan, ia menyahuti, "hm?"

Mendongakkan kepalanya agar dapat melihat wajah Bagas, Sasha kemudian menipiskan bibirnya menjadi satu garis datar sambil mengerjap pelan. "Kaya nya gue positif. . ." Ucapnya ambigu.

Bagas tercenung sesaat, tangannya yang berada di pinggang Sasha terjatuh dengan cepat. "Hah. . .?"

Dengan wajah tidak berdosa, Sasha mengangguk polos.

"Iya, gue positif--"

"Sha, jangan bercanda. Gue ga pernah ngapa-ngapain lo, darimana lo bisa positif coba?!" Dengan wajah panik serta gusar, Bagas meremas kedua bahu Sasha yang justru menatapnya dengan bingung.

"Sha, jangan bilang lo. . .?" dengan wajah kecewa dan curiga, remasan Bagas melemah. Membuat Sasha antara bingung dan ingin tertawa.

"Aduh, kok lo jadi lebay gini sih? Makanya kalo orang ngomong tuh jangan dipotong, bego. Gue tuh positif, positif magh." jelas Sasha sambil tertawa karena melihat wajah melas dan pucat Bagas.

Bagas mengerjapkan mata, masih syok akibat kata 'positif' yang keluar dari mulut Sasha terngiang-ngiang di kepalanya.

"Udah, mending lo bantuin gue jalan. Lemes, kaya lagi sakaratul maut gue rasanya," ucap Sasha santai menyadarkan Bagas.

Bagas dengan kesadaran yang masih setengah-setengah, dengan sigap mengantar Sasha kembali ke kelas dengan Sasha yang lemas-lemas namun dengan menyebalkan menahan tawanya.

****

#BacotanShaa

yeuu dasar kapal gajelas!
minimal satset kaya ArNdy dong anjazs😋🤟

HAHAHA BTW KANGEN GAA SAMA STORY SUPER TOXIC + GAJELAS INII??
MAAF YA SHAPWENDS KU TERCINTA, AK SIBUK awikawok #heleh

pls keep enjoy this story dann jangan lupaa votement nyaa!!

thank u very much cintaah🤍

luv, Shaa

Class Of Absurd [S.2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang