-Breaking Down

28 11 5
                                    

Ugh, sakit...

Badannya rasanya remuk sekali. pandangannya sedikit memburam dengan nyeri di seluruh wajahnya.

jam berapa sekarang?

4 sore?

Jam yang ia pakai ternyata pecah, menusuk-nusuk pergelangan tangannya. jarumnya berhenti di angka 4, padahal matahari sudah setengah tenggelam.

berusaha bangkit, Sasha meraih apapun didekatnya agar bisa membantunya berdiri.

apakah ini karma untuknya yang suka keras kepala membantah semua orang yang khawatir padanya?

kenapa juga ia harus memilih berjalan di gang sempit untuk cepat pulang?

bodoh!

menjijikkan!

kepalanya pening sekali. rasanya ia ingin jatuh dan tertidur selamanya saja daripada memaksakan berjalan seperti ini.

apa dia meminta bantuan?

tapi kan, dia sudah sering menyusahkan banyak orang?

hawa dingin menusuk kulitnya. membuatnya tersadar bahwa seragamnya robek-robek, lusuh, serta berdarah.

ternyata bertengkar memang merepotkan dan menyakitkan.

ia bersumpah tidak akan pernah bertengkar ataupun baku hantam dengan siapapun lagi.

jika keadaanya seperti ini, lebih baik dia mati saja dan membiarkan bajingan itu menyentuhnya dimana-mana.

baiklah, waktunya pulang kan?

gue bisa. semangat, Natasha!

****

sementara Farzen mulai gusar karena sang adik belum kunjung menunjukkan batang hidungnya dirumah.

padahal ia sengaja pulang cepat agar bisa memasakkan sebuah makanan untuk gadis itu.

berkali-kali menelpon nomor Sasha yang tidak aktif, mondar-mandir mengunjungi Senja -Ibunda Bagas- yang ikut panik. Bagas juga mulai panik, namun ia ada urusan bersama Silvya yang tidak bisa ia tinggal.

"Farzen izin balik dulu ya bun, takutnya hape Sasha hilang tapi udah sampe rumah" pamitnya kemudian salim ke Senja.

Senja menganguk, "kabarin bunda langsung ya! biar bunda jewer nanti Bagas kalo ada apa-apa! bisa-bisanya ninggalin Sasha gitu aja!" omelnya tidak habis pikir.

Farzen tersenyum tipis, "biar aja bun. gimanapun Bagas punya dunianya sendiri. masa disuruh ngurusin Sasha terus? pamit ya bunda, assalamu'alaikum" pamitnya keluar dari rumah Bagas.

segera ia berjalan cepat karena perasaannya tiba-tiba berantakan dan sakit.

Sasha kamu nggak papa kan?

****

Satu jam lamanya berjalan, hari pun mulai gelap, namun Sasha baru bisa sampai didepan pintu mewah minimalis ini dengan langkah terseok.

menghela nafas, tiba-tiba hatinya tercubit sakit.

Abang malu ga ya?

kecewa ga ya?

pikiran dimana Farzen kecewa dan akan mengusirnya membuatnya takut untuk mengetuk pintu didepannya.

rasa sakit yang ia rasakan kalah dengan rasa takut tentang reaksi yang Farzen liat ketika melihatnya yang berantakan.

"Natasha?"

suara bariton itu membuatnya mengangkat kepalanya yang sedari tadi menunduk.

bahkan tanpa sadar Farzen melangkah kan kakinya maju dengan wajah shock.

Class Of Absurd [S.2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang