-Putus.

9 2 0
                                    

Sasha memijat pelan pelipisnya, demi mengusir rasa pening yang menderanya kala Zey tiba tiba meneleponnya sambil menangis.

"Lo kenapa nangis?" tanya Sasha sambil menghembuskan nafas pelan. Sedangkan Zey diseberang sana hanya bergumam tidak jelas, membuat Sasha greget sendiri.

"Gue gak paham lo ngomong apa, Zey. Tenangin diri lo dulu, gue tunggu." Putusnya yang langsung disahut teriakan oleh Zey.

"BUKAIN PINTUNYA SHA! HUHU LO TEGA BANGET SIH!" Seru Zey yang makin kencang menangisnya.

Barulah Sasha sadar bahwa sedari tadi tangis yang ia dengar bukanlah suara mba kunti yang sedang menangis, melainkan dari Zey yang sudah sampai di depan rumahnya.

Sasha beranjak dari ruang tv dan segera membukakan pintu untuk Zey.

"Huhu lo tega banget gak dengerin isak tangis menyedihkan gue! Padahal udah kenceng..." rajuk Zey sesenggukan dan langsung memeluk Sasha begitu dibukakan pintu.

Sasha terhuyung sejenak. Kemudian langsung geleng geleng kepala. "Ya mana gue tau kalo yang nangis lo, Zey. Gue kira yang nangis kunti." Ujar Sasha santai membalas pelukan Zey.

Zey berdecih, ia menghapus air matanya kemudian langsung berjalan menuju kamar Sasha seolah tidak terjadi apa apa.

Sasha tidak mempermasalahkan. Setelah menutup pintunya dan sedang berjalan santai menyusul Zey ke kamar, ia berpapasan dengan Farzen yang dengan terkantuk-kantuk menyapanya.

"Siapa?" tanya Farzen sambil memeluk Sasha. Sasha membalasnya dengan hangat, memeluk dan merasakan aroma Farzen yang menguar mengelilinginya. "Zeyvana, dateng sambil nangis tadi." jawabnya kemudian melepaskan pelukan mereka.

Farzen mengkerutkan keningnya sebentar, kemudian kembali seperti semula ketika berhasil mengingat sesuatu. "Kemarin abang liat Reyhan jalan sama Caca," ungkapnya yang membuat Sasha terkejut.

"BUKAN JALAN AJA TAU BANG, UDAH SALING KOKOP-MENGOKOP MEREKA!" Teriakan Zey  yang menggelegar dari lantai dua, membuat kakak-beradik itu nyaris saja jantungan. Di susul dengan tangisan merana Zey, Sasha menghampiri gadis itu yang masih terus bergumam tidak jelas.

"Jangan nangis, Zey. Kan, akhirnya kontrak lo selesai sama kak Reyhan. Kok malah nangis gini sih?" Ujar Sasha menenangkan gadis itu dengan pelukan. Bukannya tenang, air mata gadis itu malah lebih deras lagi. "Gimana gue nggak nangis, shaa? Yang bilang putus atau kontrak selesai tuh bukan Kak Rey nya, tapi si Caca jamet itu! Di depan muka gue! Di saat kak Rey dari awal jalan sama gue! Di depan banyak orang! dia bongkar semuanya, terus ciuman! Brengsek, terus gue gimana buat menghadapi dunia luar nanti?! ada banyak anak BS di mall tadi.." jelas Zey sambil terus berderai air mata.

Hati nya sakit bukan karena ia suka pada Reyhan, bukan. Hati nya sakit karena Caca menginjak-injak harga dirinya di depan banyak orang dan sampai akhir Reyhan pun tak menoleh padanya, bahkan hanya untuk rasa terima kasih atau kemanusiaan. Ia merasa marah, makanya ia menangis.

Sasha tercengang, elusan tangannya pada rambut Zey terhenti seketika. Ia merasa tidak menyangka dengan apa yang ia dengar barusan. Namun belum sempat bereaksi apa-apa, terdengar pecahan gelas dari arah Farzen yang ternyata sedari tadi belum kembali ke kamarnya.

"Putus? Kontrak? Zey sama Reyhan selama ini pacaran?"

Habislah sudah. Keduanya telah sadar bahwa masalahnya bukan Reyhan dan Caca yang kurang ajar lagi, melainkan Farzen yang mengetahui kenyataan yang selama ini Zey dan teman-temannya sembunyikan.

Berhenti sudah mengalirnya air mata Zey, berganti kini jantungnya yang berdegup kencang ketika mendengar suara Farzen yang seakan denial dengan kenyataan yang baru saja ia dengar.

Zey buru buru turun dan menghampiri Farzen yang masih terdiam kaget di bawah, ia menarik ingusnya dan tersenyum panik hendak menenangkan pria itu. "Bang, Zey bukan nangisin kak Rey nya kok! Itu cuma..err cuma kaya ttm aja ttm! Bukan pacaran! serius, Zey cuma alay aja!" ujarnya panik sambil terus menyadarkan Farzen dari rasa terkejut.

Farzen mendengus kasar, merasa tidak percaya sekaligus marah dengan fakta barusan dan baru menyadari bahwa adik-adik mungilnya sudah berani melakukan hal hal di luar nalar tanpa berkonsultasi dengannya terlebih dahulu.

Mengeraskan rahangnya, Farzen bukannya mengomel seperti biasa, malah mengelus rambut Zey pelan sambil tersenyum tipis. Zey bukannya tenang malah semakin takut melihatnya. Ia menatap Sasha meminta bantuan, tapi jangankan menoleh ke Zey dan Farzen, Sasha masih termenung ditempatnya tanpa bergerak sedikitpun.

Dalam hati Zey berteriak kencang, bodohnya dia menangis nangis dengan kencang di rumah Sasha tentang Reyhan! Sekarang harus apa ia agar Farzen tenang?

Nyatanya, setelah selesai mengelus kepala Zey selama beberapa menit, Farzen langsung berbalik tanpa mengatakan sepatah katapun. Dan melihat hal itu, Zey seketika bernapas lega. Namun, kelegaannya hilang ketika mendengar gumaman Farzen yang sengaja dikeraskan tepat sebelum pria itu memasuki kamarnya sendiri.

"Setelah Fatar, sekarang Reyhan? angkatan brengsek itu emang harusnya nggak ku luluskan aja."

Sial sial sial!

*****

#

BacotanShaa
YA ALLAH BERDEBU AMAT ENIH LAPAK
wkwkwk gimana gimana gais? brutal jgk yh cara putus Zey-Rey ini. Bryan utiwi party nih atas putusnya pasangan sedeng itu.

HAHAHAHA, mari bersama sama mengucapkan "Congrats, Zey!" 🤭🤭🤭

see u next chap, bèbee🤍
xoxo,
shaa♡!


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 18 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Class Of Absurd [S.2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang