Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
🌹🌹🌹
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Chapter 100 | Dunia Hancur
"Tidak mungkin ...," desis Andru dengan suara yang amat sangat lirih. Tertahan dengan mata yang membulat dan sedikit bergetar.
Sungguh, pemandangan di depannya kini jauh lebih mengerikan daripada kematian!
"Siapa kau?" sarkas penjaga pintu dan siap untuk menyerang Andru.
Bugh ...!
Kraaakh ...!
Dengan cepat Andru memutar tubuhnya, memukul ulung hati pria itu lalu mematahkan lehernya dalam sekali gerakan. Ia juga langsung melempar tubuh pria yang menyerangnya itu ke sembarang, karena sudah menjadi seonggok mayat. Setelahnya Andru melanjutkan jalannya menuju istrinya.
Tatapannya masih tertuju pada Aura yang sudah tergeletak di atas tanah gudang yang kotor.
Tak sampai di situ. Beberapa penjaga lainnya juga ikut menyerang namun dicegah oleh Gavino. Karena hal itu, saat ini Gavino menghadapi tiga penjaga itu sendiri, sedangkan Andru masih tak melepaskan pandangannya kepada istrinya.
Aura, Istrinya!
Kini tubuh yang seksi, putih seputih susu, dan yang selalu didekapnya dalam tidur itu telah tergeletak tak berdaya di lantai gudang yang dingin. Gaun hitam secantik malam hari, yang dia banggakan saat akan berangkat tadi pagi telah terkoyak compang camping.
Tubuh istrinya yang selalu ia jaga. Aura yang selalu dirawat dan dijaga Andru dengan begitu hati-hati. Tetapi kini ....
Rambut cokelat yang indah bergelombang itu, kini telah kusut tergerai di lantai. Wajah itu! Wajah cantik istrinya yang tanpa sadar selalu dirindukan oleh Andru, kini penuh dengan lebam. Kedua pipi yang merah seolah ditampar berkali-kali. Sudut mata dan bibir melebam dan mengeluarkan darah segar disana.
Dahi dan pipi sebelah kanannya telah tercetak bekas sebuah cakaran yang panjang. Kulit mulus istrinya yang tanpa cacat penuh dengan luka. Mulai dari luka lebam hingga luka sobekkan, seperti sebuah luka tampar dari sebuah tali.
