Chapter 32

26.6K 1.3K 30
                                    

SELAMAT MALAM!

Terima kasih untuk yang sudah vote dichapter sebelumnya💕

Yuk vote dan ramein komen, kalau perlu setiap paragraf komen

SELAMAT MEMBACA!


♥️Happy Reading♥️

¥¥¥¥¥

Marella kembali ke mansion dengan pikiran yang berkecamuk, didalam otaknya terus berputar apa maksud dari perkataan bocah tadi? Takdir? Merubah takdir? Menulis takdir?. Ah sudahlah semakin dipikirkan semakin pusing pula kepalanya.

Saat ingin memasuki mansion, ia terdiam sebentar sambil memandangi sebuah mobil asing yang terparkir di halaman mansionnya. Apakah ada tamu?

Dengan langkah pasti Marella memasuki mansion, dapat ia dengar suara ramai gelak tawa yang berasal dari ruang tamu. Melangkah lebih dekat, dapat ia lihat kedua orang tuanya beserta beberapa orang yang ada disana.

Pembicaraan mereka terhenti ketika menyadari kedatangan Marella, mereka semua menatap Marella dengan tatapan yang berbeda-beda.

"Sayang sini?" Ucap Citra sambil menepuk sofa disampingnya, menyuruh putrinya agar duduk di sana.

Marella pun hanya menurut, apalagi melihat tatapan penasaran dari orang-orang tersebut.

Seolah mengetahui keterbingungan putrinya, citra dengan lembut menjelaskan tentang mereka semua, "nah sayang, itu Opa dan Oma" Ucapnya sambil menunjuk kearah sepasang suami istri yang terlihat masih gagah dan cantik di umurnya yang sudah tidak muda lagi.

"Kalau itu Tante Diana, dia adalah adik papamu dan disampingnya ada Dara sepupumu" lanjutnya.

"Sini sayang peluk Oma, emang kamu nggak kangen dengan Oma?" Ucap Oma Gina sambil merentangkan tangannya tak lupa senyum tulus yang ditunjukkan kepada Marella.

Dengan ragu Marella bangkit dari duduknya dan berjalan menghampiri Oma Gina, seketika pelukan hangat nan erat ia rasakan. Tangannya juga terangkat untuk membalas pelukan sang Oma, "Marella rindu Oma" bisik Marella lirih namun masih bisa didengar oleh Gina.

"Oma juga rindu dengan cucu Oma ini, maafin Oma yang nggak sempat jenguk kamu saat kamu sakit" ucap gina dengan nada menyesal.

"Ehem, hanya Oma nih yang dipeluk? Kamu nggak rindu sama opa?" Ucap suara bariton itu terdengar namun dengan nada merajuk yang entah mengapa menurutnya lucu. Marella menguraikan pelukannya dari sang Oma dan kini beralih memeluk opa.

"Marella juga rindu Opa" ucapnya dengan perasaan hangat yang menjalar di hatinya.

Opa David hanya membalas ucapan Marella dengan elusan lembut dirambut cucunya. Tak lama kemudian Marella menguraikan pelukannya, memandang opa dan Oma nya dengan senyum tipis terukir di bibirnya.

"M-marella?" Panggil seorang gadis dengan nada tak percaya, Marella beralih memandang ke samping tepatnya kearah gadis yang ia perkirakan usianya tidak berbeda jauh dengannya. Namun alih-alih melihat tatapan rindu seperti yang opa dan Oma nya berikan, justru tatapan tak percaya dan tak suka yang dilayangkan oleh gadis itu.

Dara menatap Marella dari atas sampai bawah, melihat penampilan Marella yang begitu memukau walau sehabis olahraga membuatnya tanpa sadar mengepalkan tangannya, "sial kenapa dia berubah menjadi begitu cantik?" Batinnya iri, tak berbeda jauh dengan Diana yang ada disampingnya. Biasalah buah jatuh tidak jauh dari pohonnya.

Berbeda dengan kedua wanita itu, Marella malah berusaha mengingat-ingat nama dara dan Diana didalam novel. Setelah berhasil menemukan ingatannya tentang kedua wanita itu ia mengangguk-anggukkan kepalanya pelan, dara dan Diana adalah salah satu tokoh yang hanya muncul sekali di dalam novel. Keduanya memiliki sifat iri, dengki dan juga tamak. Dara selalu merebut apapun yang dimiliki Marella dan juga pernah menghasut Marella agar berpenampilan seperti jalang. Ibunya pun tak jauh berbeda, jika dihadapan Revan ia akan terlihat sangat perduli namun jika dibelakang, wanita itu akan seperti ular yang akan memberikan racun berbisa untuk menjatuhkan papanya. Untung saja Revan pintar dalam menyelesaikan semua masalahnya walaupun selama ini ia tidak tau bahwa sebagian masalah yang dialami oleh perusahaannya akibat adiknya sendiri. Topeng Diana terlalu tebal, wanita itu selalu bermain dengan sangat rapi.

Marella kembali duduk disalah satu sofa tanpa perlu repot-repot menyapa kedua wanita ular itu.

"Ah hai Marella lama tidak berjumpa ya?" Sapa dara dengan antusias namun Marella tau jika itu hanyalah topeng semata.

"Hemm ya lama tak berjumpa" balas Marella dengan penuh penekanan, membuat dara tanpa sadar merinding pelan.

"Oh ya katanya kamu sakit dan lupa ingatan? Tante menyesal waktu itu tidak bisa menjengukmu" kini giliran Diana yang bersuara.

"Aku juga menyesal Marella, seharusnya aku menjengukmu namun aku sedang sibuk dengan sekolah ku" ucap dara dengan raut wajah sendu.

Marella berdecih melihat sandiwara yang dilakukan oleh kedua wanita ular itu, andai bakat mereka disalurkan mungkin mereka sudah mendapatkan banyak penghargaan. Ingin rasanya ia menenggelamkan kedua wanita itu dilaut agar jadi santapan hiu sekalian, Marella mengangguk pelan sepertinya itu bukan ide yang buruk.

"Marella kekamar dulu ya" pamit Marella lalu beranjak dari sana mengabaikan ucapan dara dan Diana begitu saja.

"Iya sayang" jawab opa, Oma, dan kedua orang tua Marella dengan serempak.

Sementara itu baik Dara maupun Diana yang merasa diabaikan mengepalkan tangannya hingga buku-buku tangannya memutih, mereka cukup geram akan sikap baru Marella.

"Berani-beraninya anak itu" batin Diana sambil memandang tajam punggung Marella yang mulai menghilang.

"Sial kenapa dia sekarang begitu berani" batin Dara menggeram marah, kenyataan itu dapat mempersulitnya karena Marella sepertinya akan sulit dibodohi. Dirinya harus memikirkan rencana untuk memengendalikan Marella seperti dulu lagi, namun meskipun begitu ia masih meyakini kalau Marella masihkah gadis bodoh, ya ia yakin itu pikirnya percaya diri.
______________________________________

TBC


Mau ngomong apa sama Marella?

Mau ngomong apa sama Diana atau Dara?



#Tolong vote ya
#Tandai cerita atau bagian yang terdapat typo
#Terimakasih

~11 Juli 2023~

Who is the Antagonist?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang