SELAMAT SIANG!
Terima kasih untuk yang sudah vote dichapter sebelumnya💕
Yuk vote dan ramein komen, kalau perlu setiap paragraf komen
SELAMAT MEMBACA!
•
•
♥️Happy Reading♥️¥¥¥¥¥
"kakak mau sekolah?" Pertanyaan bodoh, pasalnya Vera jelas-jelas melihat kedatangan Revaldo yang sudah rapi dengan seragam sekolahnya.
Pemuda itu mendudukkan dirinya lalu menggenggam tangan sang gadis dengan lembut, " iya hari ini aku mau sekolah, kamu nggakpapa kan aku tinggal sebentar? Nanti pulang sekolah aku langsung kesini" tak mungkin Revaldo absen lagi, dirinya sudah dua hari tidak masuk sekolah. Bisa habis jika pihak sekolah memberitahukan kepada kedua orang tuanya.
Vera yang mendengar itu mengerucutkan bibirnya pasti ia akan merasa bosan dan kesepian jika Revaldo tidak ada, "nggak mau, aku ikut sekolah aja ya?" Pintanya penuh harap, matanya mengerjap pelan memperlihatkan ekspresi seimut mungkin berharap Revaldo luluh.
Seketika Revaldo menggeleng tidak setuju, "nggak, kamu kan baru sembuh kamu masih harus banyak istirahat" tolaknya halus berusaha memberi pengertian kepada Vera tanpa menyakiti perasaannya, namun jawaban itu justru membuat mata gadis itu seketika berkaca-kaca.
Revaldo yang tak tega menghela nafas panjang membuat pemuda itu tak memiliki pilihan lain selain mengajak Vera masuk sekolah, dirinya sempat khawatir akan kesehatan Vera yang belum sembuh total tapi apa boleh buat, gadis itu memang keras kepala.
Setelah hampir setengah jam berkendara motor Revaldo sampai disekolah, kedatangannya tentu langsung disambut wajah kedua temannya yang seperti biasa akan kepo dengan bertanya banyak hal. Sampai perbincangan mereka terhenti saat sebuah mobil membawa ketiga gadis primadona sekolah datang.
Revaldo menatap lekat seorang gadis yang berjalan beriringan bersama kedua sahabatnya, entah kenapa melihat wajah itu masih ada rasa tak rela jika gadis itu sudah tidak mengharapkannya lagi. Seketika ia mengenyahkan pemikirannya, sekarang ia memiliki seorang kekasih tak pantas jika masih mengharapkan gadis lain.
"Kelas" ucap dewa tanpa repot menoleh dan langsung berlalu dari sana diikuti vino, Bagas, dan Revaldo yang menarik tangan Vera.
Yang tidak Revaldo sadari, Vera sedari tadi mengamati ekspresi pemuda itu ketika menatap marella.
"Entah kenapa aku nggak suka situasi ini" batinnya bingung.
****
Prang
Segelas Jus berakhir mengenaskan di lantai, suara nyaring itu membuat perhatian semua murid teralihkan ke asal suara. Vera, gadis yang membawa jus itu hampir terjatuh jika Revaldo tak segera menahan tubuhnya dari belakang.
Sementara itu marella yang terkena tumpahan jus memejamkan matanya berusaha menahan emosi, seragamnya sudah basah menjiplak tanktop yang ia kenakan membuat siswa-siswa yang menyaksikan itu ternganga tak berkedip.
"S-sakit hiks...kenapa kakak nabrak aku?" Suara lemah itu terdengar mengalun ditengah kantin yang masih hening.
"Shit! Bisa diem nggak!" Sentak Marella yang sudah hilang kesabaran, moodnya langsung hancur saat gadis itu datang dan mencari gara-gara. Dirinya tentu tidak bodoh Vera jelas-jelas sengaja menabrakkan diri dan membuat drama seolah disini dirinyalah yang salah.
Vera tersentak tak menyangka yang hal itu membuat Revaldo memandang marella tak suka.
Oliv yang memang memiliki kesabaran setipis tissue langsung menimpali, dan memberikan perlindungan di garda terdepan untuk marella, "Heh jelas-jelas Lo yang nabrak marella ya bangsat!"
"Ja...."
"Nggak usah ikut campur bangsat ini itu urusan gue sana pacar lo yang menyenye-nyenye itu" sebelum Revaldo berucap untuk membela Vera, Oliv sudah terlebih dulu menyela. "Lagian ya kantin luas loh, dia kan bisa aja lewat sisi kanan sana ngapain malah kesini? mau caper Lo? Gila ya nggak ada malu banget, gue kira karena kejadian kemarin buat Lo tobat eh nyatanya masih gitu aja sifat Lo? Apa jangan-jangan emang sifat asli Lo kayak gitu playing victim?" Oliv berucap keras agar semua murid dikantin dapat mendengarnya, ia memberondong Vera dengan berbagai pertanyaan bahkan tak memberikan ruang untuk Revaldo untuk membela gadis itu.
Diam-diam Vera mengeram tertahan, "hiks n-nggak kak aku...."
"Alah modal his his has his aja bangga" Oliv mencibir lalu mengibaskan tangannya tak perduli, "yuk la kita cabut aja" namun sebelum pergi marella menghentikan langkahnya. Dirinya mencondongkan tubuhnya lalu berbisik tepat disamping telinga Vera, bisikan singkat namun berhasil membuat Vera terdiam mematung.
Dewa mencekal pergelangan tangan marella, ketika gadis itu hendak beranjak dari sana. tanpa kata pemuda dengan ekspresi datar itu langsung memakaikan jaket miliknya untuk menutupi baju marella yang basah, "pake, nanti Lo sakit" ucapnya dan langsung berlalu dari sana tanpa memperdulikan pandangan terkejut dari semua siswa.
Melihat siluet dewa yang sudah semakin menjauh Oliv yang sebelumnya mengangga tak percaya langsung bertanya heboh, "what itu tadi dewa? Gue nggak salah liat kan?".
Marella mengendikkan bahunya acuh dan langsung berlalu dari sana tanpa memperdulikan Oliv yang berusaha mengejar sembari melontarkan banyak pertanyaan.
Sementara itu Vera yang merasa diabaikan menatap tak suka, "kak" cicit Vera menatap Revaldo yang masih terdiam, terlebih saat mendapati sorot tak biasa dari pemuda itu dadanya langsung bergemuruh hebat. "Kenapa?"
"Eh ini ada apa?" Vino datang bersama Bagas dengan raut wajah bingung, keduanya tadi memang tidak ikut ke kantin bersama Vera dan Revaldo karena harus membersihkan toilet sebagai hukuman dari pak Bandi karena tidak mengumpulkan tugas.
"K-kak marella tadi nabrak aku" jawab Vera sedih.
"Udah, kita obatin tangan kamu dulu" Revaldo menatap Vera dengan lembut sekaligus memberi peringatan agar Vera tidak memperkeruh keadaan dan mengatakan yang tidak-tidak tentang marella, karena menurutnya kejadian barusan murni ketidaksengajaan saja. Revaldo yang tak sengaja melihat tangan kanan Vera yang terluka langsung membawanya pergi dari sana.
Setibanya di UKS, Revaldo menuntun Vera agar duduk di brankar sembari menunggunya mengambil kotak p3k. Setelah mendapatkan apa yang ia cari, Revaldo segera mendudukkan dirinya dan dengan telaten mengobati luka gores ditangan Vera. Sebenarnya ia sedikit bingung darimana Vera mendapatkan luka itu, tidak mungkin karena gelas tadi kan? Sedangkan ia sepenuhnya yakin bahwa vera sama sekali tidak menyentuh gelas yang jatuh.
"Kenapa bisa luka?" Tanyanya ketika selesai memasangkan plaster ditangan Vera.
Vera yang mendapat pertanyaan itu gugup lalu mengedarkan pandangannya kearah lain, "t-tadi nggak sengaja kena pecalan g-gelas" jawabnya.
Walaupun jawaban Vera terasa janggal Revaldo tetap menganggukkan kepala berusaha percaya, "lain kali hati-hati" peringatnya yang dijawab gumaman pelan oleh Vera.
______________________________________TBC
Hallo semuanya, aku minta maaf ya 3 bulan ini nggak up...dan aku juga sangat² berterimakasih buat kalian yang selalu nunggu aku up sampe ada yang komen, spam, dan DM aku hehe...
Dan terimakasih untuk semuanya yang udah support dengan vote, komen dan follow
Sampai jumpa di chapter berikutnya 🤗🥰
#Tolong vote ya
#Tandai cerita atau bagian yang terdapat typo
#Terimakasih~02 September 2024~
KAMU SEDANG MEMBACA
Who is the Antagonist?
Fantasy[𝐇𝐚𝐫𝐚𝐩 𝐟𝐨𝐥𝐥𝐨𝐰 𝐬𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐜𝐚] [𝐂𝐞𝐫𝐢𝐭𝐚 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧𝐝𝐮𝐧𝐠 𝐛𝐢𝐛𝐢𝐭-𝐛𝐢𝐛𝐢𝐭 𝐩𝐞𝐥𝐚𝐤𝐨𝐫] [𝐓𝐞𝐫𝐝𝐚𝐩𝐚𝐭 𝐚𝐝𝐞𝐠𝐚𝐧 𝐤𝐞𝐤𝐞𝐫𝐚𝐬𝐚𝐧 𝐝𝐚𝐧 𝐤𝐚𝐭𝐚-𝐤𝐚𝐭𝐚 𝐤𝐚𝐬𝐚𝐫 𝐡𝐚𝐫𝐚𝐩 𝐛𝐢𝐣𝐚𝐤 �...