SELAMAT PAGI!
Terima kasih untuk yang sudah vote dichapter sebelumnya💕
Yuk vote dan ramein komen, kalau perlu setiap paragraf komen
SELAMAT MEMBACA!
•
•
♥️Happy Reading♥️¥¥¥¥¥
"MARELLA!"
Plak!
Belum saja Marella menolehkan wajahnya tamparan keras itu mengenai pipi mulus Marella, ia masih terdiam mencerna apa yang tengah terjadi.
"Lo udah keterlaluan Marella, gue kira Lo udah berubah tapi ternyata sekalinya iblis tetaplah iblis!" Ucap Revaldo tajam, giginya gemertak ketika melihat kondisi Vera yang mengenaskan.
Sementara itu, Marella masih mengumpulkan kesadarannya lalu balik memandang Revaldo dengan tajam.
"Kalau Lo nggak tau apa-apa lebih baik diem, mulut Lo busuk!" Desis Marella tajam. Namun bukannya mendengarkan perkataan Marella barusan, Revaldo semakin marah terbukti dengan muka yang memerah padam.
"Cih, bukti udah di depan mata tapi Lo masih mau ngelak. B.i.t.c.h!" Revaldo berdecih sinis sambil menekankan kata diakhir kalimatnya.
Sudah cukup, Marella mengepalkan tangannya kuat hingga buku-buku tangannya memutih. pemuda didepannya itu telah menguji kesabarannya. Jika dulu ia akan diam atau hanya memberikan pukulan ringan namun tidak untuk kali ini. Ia melirik kedua tangan Revaldo, sebelah sudut bibirnya terangkat membentuk seringai menyeramkan membuat mereka semua yang melihat itu tanpa sadar bergidik ngeri, aura intimidasi disana sangat pekat membuat mereka semua merasa sesak.
"Sebelah mana dulu yang akan ia patahkan?" Batinnya sambil menyeringai.
Happ
Tampa aba-aba, Marella langsung meraih tangan Revaldo dengan kuat dan memelintir tangannya ke belakang sehingga Revaldo berteriak kesakitan. Semua orang yang menyaksikan itu terbelalak seolah tak percaya dengan gerakan Marella yang tiba-tiba.
"Arghhhhh" tak memberikan kesempatan Revaldo untuk melepaskan tangannya, Marella lebih dulu menendang punggung Revaldo hingga jatuh tertunduk. seolah belum juga merasa puas ia kembali menendang punggung Revaldo hingga tubuh pemuda itu hampir membentur dinding.
Seringainya semakin lebar saat melihat Revaldo tergeletak sambil meringis kesakitan, "ah ini sungguh menyenangkan" batinnya
Berjalan beberapa langkah, ia lalu berjongkok mendekatkan dirinya dengan Revaldo.
"Sampah" ejek Marella sambil memandang remeh kearah Revaldo.
Setelah mengucapkan kata-kata itu, Marella berlalu meninggalkan Revaldo yang masih meringis kesakitan, sebelum benar-benar pergi ia menginjak tangan Revaldo dengan kuat hingga terdengar bunyi patahan tulang yang sangat memilukan.
Krekkkk
"Arghhh"
Saat hampir mencapai depan pintu ia menghentikan langkahnya, "oh ya ini juga buat peringatan buat kalian semua, kalau gue nggak akan segan-segan buat matahin tangan ataupun.....leher kalian" ucapnya dengan penuh penekanan lalu segera beranjak dari sana, mengabaikan tatapan ngeri dari Bagas, vino dan semua murid yang melihat nya.
♡♡♥️♡♡
Disebuah ruangan luas, terdapat beberapa orang berjas rapi tengah duduk pada kursi dengan meja panjang ditengah sebagai pembatasnya.
Mereka tengah serius memperhatikan satu titik dimana salah seorang sedang melakukan presentasi untuk membahas proyek besar yang akan mereka kerjakan.
Tak lama kemudian tepat saat jarum jam menunjukkan pukul 14.00 mereka baru saja menyelesaikan rapat direksi bersama perusahaan yang melakukan kerjasama dengan perusahaan D* Company. Pria dengan tinggi 187 cm itu berjalan menuju ruangan seperti biasa dengan wajah dingin tak tersentuh.
Baru saja mendudukkan dirinya diatas kursi kebesarannya, sang sekertaris sekaligus asisten pribadinya memasuki ruangan dengan setumpuk berkas dokumen yang melelahkan.
"Ini semua berkas yang harus anda tanda tangani tuan" ucap sang asisten yang dibalas deheman singkat oleh sang empu.
"Bacakan jadwal ku" ucap Mr.D setelah lama terdiam dengan dokumen-dokumennya.
Kevin yang mendengar itu mengangguk paham lalu merogoh ponsel disaku celananya dan mulai membuka jadwal agenda apa saja yang harus dilakukan bosnya. sebagai asisten pribadi ia harus selalu siap siaga akan apa saja yang menyangkut urusan bosnya.
"Nanti malam akan ada pertemuan penting diluar, tepatnya di kafe Jasmine dengan perusahaan Cina membahas masalah pembangunan proyek cabang baru diluar negeri" ucap kevin setelah membaca agenda kegiatan bosnya.
Mr. D hanya mengangguk sekilas saat mendengar hal itu.
♡♡♥️♡♡
Disisi lain, Marella yang keluar dari toilet dengan tenang dan langsung disambut tatapan khawatir dari kedua sahabatnya.
"Lo nggakpapa kan la? Ada yang sakit? Ya ampun pipi Lo merah ayo ke UKS" tanya Sofya beruntun
"Ini pasti karena Revaldo kan, bocah itu benar-benar ya harus gue kasih dia pelajaran" ucap Oliv menggebu-gebu.
"Nggak usah gue udah kasih dia pelajaran kok, mungkin untuk beberapa minggu kedepan tangannya tidak akan bisa digunakan" jawab Marella santai sambil menunjukkan senyum miringnya.
Sofya dan Oliv berpandangan lalu melototkan matanya ketika sebuah asumsi terlintas di pikiran mereka.
"Lo patahin tangan Revaldo?" Tanya Oliv memastikan yang dibalas gendikan bahu acuh oleh Marella.
"What! Wah keren sih ini baru sahabat gue" ucap Oliv bangga dan langsung merangkul semua Marella.
Mereka bertiga akhirnya memutuskan untuk menuju ke UKS. namun barusaja pintu terbuka ternyata disana sudah ada Bagas, vino, Vera dan Revaldo yang tengah ditangani oleh dokter yang ada disana. jika kalian bertanya kenapa Revaldo tidak dibawa ke rumah sakit saja bukannya tadi tangannya patah? Jawabannya karena ia tidak mau dan ingin menemani Vera yang tengah pingsan ketika dibawa ke UKS.
"Brengsek!, Lo apain Marella lagi hah! Nggak cukup Lo buat Marella menderita selama ini?" Ucap Oliv menggebu-gebu, rasanya ia ingin melenyapkan Revaldo sekarang juga. Berani-beraninya pemuda itu melakukan kekerasan fisik terhadap sahabatnya, orang tua Marella saja tidak pernah dan sekarang Revaldo yang notabenenya bukan siapa-siapa berani main tangan.
Revaldo tak memperdulikan kemarahan Oliv ia mendengus sinis, ternyata Marella masih mempertahankan drama murahannya. Menurutnya Marella itu munafik sampai kapanpun ia tak akan pernah percaya kalau gadis itu akan berubah, ya walaupun tadi ia sempat goyah dengan pemikirannya.
Sofya dan Oliv langsung mendudukkan Marella disalah satu brankar dan langsung mengobati pipi Marella yang memerah, kontres dengan kulit wajahnya yang putih. Mereka mengabaikan keberadaan orang-orang yang ada disana, seolah makhluk halus yang tak terlihat.
Kring kring
Sesaat setelah bel sekolah berbunyi, mereka semua langsung pergi dari sana untuk pulang ke rumahnya masing-masing.
______________________________________
TBC
#Tolong vote ya
#Tandai cerita atau bagian yang terdapat typo
#Terimakasih~13 Juni 2023~
KAMU SEDANG MEMBACA
Who is the Antagonist?
Fantasy[𝐇𝐚𝐫𝐚𝐩 𝐟𝐨𝐥𝐥𝐨𝐰 𝐬𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐜𝐚] [𝐂𝐞𝐫𝐢𝐭𝐚 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧𝐝𝐮𝐧𝐠 𝐛𝐢𝐛𝐢𝐭-𝐛𝐢𝐛𝐢𝐭 𝐩𝐞𝐥𝐚𝐤𝐨𝐫] [𝐓𝐞𝐫𝐝𝐚𝐩𝐚𝐭 𝐚𝐝𝐞𝐠𝐚𝐧 𝐤𝐞𝐤𝐞𝐫𝐚𝐬𝐚𝐧 𝐝𝐚𝐧 𝐤𝐚𝐭𝐚-𝐤𝐚𝐭𝐚 𝐤𝐚𝐬𝐚𝐫 𝐡𝐚𝐫𝐚𝐩 𝐛𝐢𝐣𝐚𝐤 �...