Chapter 36

27.6K 1.2K 13
                                    

¥¥¥¥¥

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

¥¥¥¥¥

Marella sampai dikamar langsung menuju kamar mandi, Dia berkeringat dan butuh untuk membersihkan diri. Sebelum itu ia mengisi bathtub dengan air hangat dan sabun hingga bathtub penuh busa dengan wangi aroma lavender yang menguar memenuhi ruangan.
Dirasa sudah siap, ia lalu menanggalkan pakaiannya. Melangkahkan kakinya memasuki bathtub dan perlahan merendam tubuhnya didalamnya.

"Hah~" helaan nafas lega terdengar saat tubuhnya terendam sempurna pada air hangat mengantarkan rasa rileks pada tubuhnya yang penat, matanya pun mulai terpejam tak terasa menghantarkannya untuk memasuki alam mimpi.

Ruangan serba putih tanpa ujung yang ia lihat, mencoba berjalan kesana-kemari pun percuma seolah tempat itu adalah ruangan hampa dan kosong tanpa celah.

Ditengah rasa bingung yang melanda, secercah titik terlihat semakin lama semakin membesar dan menarik tubuh Marella kedalamnya, tanpa sedikitpun memberikan kesempatan untuk dirinya berbicara.

Ruangan pun berganti, jika sebelumnya ia berada diruangan serba putih, maka sekarang ruangan yang gelap gulita tanpa ada dititikpun cahaya.

"Sebenarnya ini dimana?" Tanyanya kepada dirinya sendiri.

"Berhati-hatilah karena sebentar lagi semua masalahmu akan segera dimulai" suara misterius itu tiba-tiba terdengar membuat Marella menolehkan kepalanya ke sekeliling, berusaha mencari asal datangnya suara tersebut. Tapi nihil karena yang kembali ia dapatkan adalah kegelapan dan kesunyian.

"Lo siapa!?" Tanya Marella sambil berteriak berusaha mencari jawaban atas keterbingungannya.

"Lo..... Arghhh" belum sempat kembali membuka suaranya, tiba-tiba jiwanya terasa tertarik lalu menghantam permukaan air yang dalam.

Byurrr

Uhuk uhuk

Marella seketika membuka mata dan terbatuk hebat saat sebagian air memasuki pernapasannya, mengusap wajahnya dengan kasar ia langsung menegakkan tubuhnya dan beranjak dari bathtub ketika merasakan air yang ada didalamnya mulai mendingin, "Sudah berapa lama gue disana" batinnya bertanya-tanya, lalu mengambil bathrobe untuk membalut tubuh polosnya.

Marella keluar kamar mandi, pandangannya langsung jatuh kepada jam digital diatas nakas. Seketika dahinya mengkerut saat Jam menunjukkan pukul 19:25 itu tandanya ia sudah mandi hampir empat jam lamanya. Padahal ia yakin kalau ia hanya mandi sebentar, atau karena mimpi itu yang mempengaruhi waktu? Batinnya bertanya-tanya.

Setelah Menganti bajunya dengan baju santai ia berjalan menuju meja belajar, membuka salah satu laci dan mengambil buku diary miliknya. Ia mulai menggerakkan Bolpoin diatas kertas menciptakan sebuah tulisan rapi nan indah.

-pertama dunia ini ternyata adalah cermin waktu yang artinya semua yang ada disini benar-benar nyata dan tugasnya sekarang harus menulis takdirnya sendiri.

-kedua dalam mimpi beberapa menit yang lalu suara misterius memberitahunya bahwa masalah akan segera dimulai, masalah apa itu ia pun tak tau karena sekarang ia tak bisa berpatokan kepada alur novel seperti dulu.

Marella menatap tulisan tersebut dengan tatapan rumit berusaha berfikir kembali apa yang akan ia lakukan. Namun didalam otaknya hanya ada jalan buntu, ia menghembuskan nafasnya frustasi.

"Kenapa semuanya semakin rumit" batinnya memijat pangkal hidungnya pelan, menutup buku tersebut lalu mengembalikannya ketempat semula.

Beranjak dari meja belajar ia menuju kasur King sizenya, mendesah lega karena rasa nyaman yang langsung menyergap kepunggung. Marella memiringkan tubuhnya mengambil ponsel dan memilih untuk menonton drama melalui layar ponselnya.

Karena bosan ia mematikan ponselnya dan menghempaskannya begitu saja, lagi-lagi ia menghela nafas pelan, kira-kira apa yang akan ia lakukan. Terus berdiam diri di mansion? Tidak, hal itu sangat membosankan apalagi saat ada kedua wanita itu didalamnya dan pasti akan menciptakan drama yang akan semakin membuatnya bosan. Lama terdiam ia menjentikkan jarinya ketika sebuah ide terbesit dalam pikirannya, kenapa ia tak pergi keluar saja, kemanapun asal tidak hanya berada didalam mansion.

Segera ia bangkit dari posisi berbaringnya menuju walk in closed untuk mengganti bajunya. Pilihannya jatuh pada Hoddle berwarna ungu tanpa basa-basi ia langsung memakainya.

Menyambar ponsel diatas kasur, dengan semangat ia menuruni anak tangga untuk sampai dilantai dasar. Namun sepertinya takdir memang tidak membiarkan mood baiknya bertahan lama sebab lagi-lagi ia bertemu dengan Diana dan anaknya.

"Marella kamu mau kemana?" Pertanyaan itu berasal dari Diana yang kembali menunjukkan wajah baiknya, itu karena disana juga terdapat Revan dan Citra yang duduk diruang keluarga.

"Ma pa, aku ke minimarket depan ya" izin Marella sambil menghampiri kedua orang tuanya.

"Ini udah malem loh, nggak baik anak cewek keluyuran malem-malem" dengan tak sopan Diana kembali menyela.

"Boleh ya pa, aku mau beli sesuatu sekalian jalan-jalan juga. Marella bosen tau pa dirumah terus apalagi ada hama, lagian ini belum terlalu malem kok" ucap Marella dengan menampilkan wajah memohon.

"Yaudah tapi cepat pulang ya soalnya udah mau malam juga" ucap Revan sambil menatap putrinya dengan tatapan lembut.

"Siap pa!" Jawab Marella berpose hormat yang dibalas kekehan gemas oleh Revan maupun citra.

Setelah berhasil mengantongi izin dari kedua orang tuanya Marella segera pergi dari sana, meninggalkan sepasang ibu dan anak yang kesal karena lagi-lagi diabaikan.

"Kak kenapa sih kamu biarin Marella pergi, nanti kalau terjadi apa-apa gimana?" Ucap Diana protes walaupun kekesalannya kian menumpuk di permukaan tapi ia masih mempertahankan wajah baiknya dihadapan Revan.

"Biarin dong lagian kan nggak jauh juga, mas Revan aja bolehin kok kamu yang ribet" jawab Citra sarkes memandang Diana dengan tatapan sinis.

"Tapi...."

"Sudahlah Di, yang diucapkan Citra benar lagian minimarket nya cuma deket kok" bela Revan yang berhasil membungkam mulut Diana.

"Ma" panggil Dara pelan sambil memegang lengan Diana yang bergetar emosi, tanpa memperdulikan semua orang Diana menepis tangan Dara dan berlalu dari sana.

Disisi lain Marella akhirnya bisa menghirup udara segar, karena jarak minimarket dengan mansion tidak terlalu jauh ia memutuskan untuk berjalan kaki menyusuri trotoar sambil menikmati suasana jalan dimalam hari. Mendongakkan kepalanya dapat ia lihat taburan bintang yang mulai menghiasi langit seolah ingin menemani sang bulan agar tidak merasa kesepian.

Ia semakin mengeratkan Hoddle nya ketika angin malam terasa berhembus menghantarkan rasa dingin pada permukaan kulit hingga ketulang.

Lama berjalan akhirnya ia sampai didepan sebuah minimarket, saat sudah berada didalam Ia mengedarkan pandangannya. kakinya melangkah menuju kejajaran lemari pendingin dan membukanya, niat awal ia mengambil satu botol minuman soda untuk mengatasi rasa bosan, tetapi entah kenapa kakinya malah terus melangkah hingga berhenti di tempat makanan ringan seperti cokelat, Snack, dan yang lainnya. Matanya mengedar dan jatuh kearah berbagai macam cokelat yang ada disana. Perlu diketahui Marella sangat suka dengan cokelat apalagi cokelat berwarna putih. Badannya mendekati rak cokelat tangannya meraih cokelat dirak atas. Setelah mendapatkannya Marella beralih kerak kedua dan seterusnya, matanya tak lepas dari berbagai Snack yang terlihat lezat meski dari kemasan. Tapi......

Brak!
______________________________________

TBC






#Tolong vote ya
#Tandai cerita atau bagian yang terdapat typo
#Terimakasih

~28 Juli 2023~

Who is the Antagonist?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang