Chapter 47

20.3K 947 84
                                    

SELAMAT SIANG!

Terima kasih untuk yang sudah vote dichapter sebelumnya💕

Yuk vote dan ramein komen, kalau perlu setiap paragraf komen

SELAMAT MEMBACA!


♥️Happy Reading♥️

¥¥¥¥¥

Mata seorang gadis yang dinanti terbuka akhirnya terbuka secara perlahan. berusaha memperbaiki jarak pandangnya, memfokuskan pada cahaya lampu yang menusuk retina.

Sampai akhirnya seorang dokter datang dan tersenyum lega ketika pasiennya telah bangun dari pingsannya yang hampir 12 jam lamanya. Lekaslah dia memeriksa kondisi pasien lalu mengucapkan syukur ketika keadaannya sudah membaik.

"D-devan?" Gumam Marella lirih membuat sang dokter yang sedang melakukan pemeriksaan padanya menoleh dengan raut wajah bingung.

"Ya nona, anda bicara sesuatu?" Tanya dokter ramah, gumaman gadis itu tadi sangatlah lirih membuatnya kurang jelas mendengarnya.

Marella mengerjapkan matanya pelan, seolah tersadar ia menggelengkan kepalanya pelan. Dirinya yang barusaja sadar dengan keadaan mata masih buram menyangka bahwa dokter tersebut adalah Devan, musuh bebuyutannya sekaligus orang yang memenuhi pikirannya karena pengakuannya tadi ketika ia masih menjadi arwah.

Melihat Marella menggelengkan kepalanya dokter itu tersenyum ramah, senyum khasnya tak pernah luntur dari bibirnya. "Apakah kepala nona sakit?" Ujarnya dengan nada lembut.

Marella menjawab dengan gelengan singkat, "tidak" ia bangkit mengubah posisinya menjadi bersandar pada brankar.

"Mengenai kondisi nona.... Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, nona hanya kelelahan dan dehidrasi ringan. Nona hanya perlu minum air putih yang banyak dan istirahat yang cukup maka kondisi nona akan baik" terangnya, Marella mengangguk mengerti

"Baiklah kalau begitu saya permisi nona" lanjut dokter itu sopan sebelum berlalu dari sana bersama perawat yang menemaninya, meninggalkan Marella sendiri diruang rawat VVIP itu.

Sesaat setelah pintu tertutup gadis itu menghela nafas panjang, pandangannya mengarah pada langit malam yang terlihat indah dibalik kaca. Pikirannya semakin rumit akan kebenaran yang barusaja ia dengar, dari banyaknya orang didunia kenapa harus Devan yang selalu terlibat dengannya, tak cukup dengan pria itu menjadi musuhnya sekarang malah menjadi orang yang akan melindunginya. Lucu sekali!

"Ehem" deheman keras dari sampingnya membuat Marella mengalihkan pandang, seketika alisnya mengkerut menatap kehadiran pemuda yang tak dia sangka.

"Kondisi?" Pertanyaan yang terucap dari bibir pemuda itu membuat kerutan pada alisnya semakin dalam,

"Ni orang ngomong apa sih?" Batin Marella bingung, bagaimana tidak jika dewa berbicara hanya menggunakan satu kata saja. Memangnya dia cenayang yang bisa paham begitu saja batin gadis itu kesal. Agaknya Marella tidak bercermin, dirinya saja selalu berbicara singkat.

Tak mendapat jawaban dari gadis didepannya, dewa menatap aneh Marella yang malah menatapnya dengan tatapan bingung. Dia menghela nafas pelan, "lupakan" ucapnya dengan tiba-tiba berbalik dan berjalan keluar dari ruangan.

Marella yang lagi-lagi ditinggalkan menatap pintu yang baru saja tertutup dengan wajah cengo, "apa? Memangnya ada yang salah, kenapa pria itu pergi begitu saja? Dasar pria aneh" batinnya sambil menggaruk pelipisnya bingung lalu mengangkat bahunya acuh. "Tidak perduli toh dia bukan siapa-siapa"

♡♡♥️♡♡

Disebuah kamar gadis yang tak lain adalah Vera sedang sibuk berkutat dengan buku-buku tebal yang ada didepannya, gadis itu berusaha fokus untuk mengerjakan pekerjaan rumah yang terlihat menggunung. Tangannya bergerak lincah menulis angka-angka pada sebuah buku catatan namun sesekali ia mengacak rambutnya ketika pikirannya malah tertuju pada ucapan gadis asing saat disekolah siang tadi. 

"Apa yang udah aku lakuin? Seharusnya aku nggak terima tawaran itu tapi....aku juga takut kalau beasiswa ku benar-benar dicabut, aku nggak sanggup liat bapak dan ibu kecewa" monolog nya dengan rasa bersalah, sungguh ia sangat menyesalinya namun bagaimana lagi ia tak punya pilihan lain selain menerima tawaran itu, "maafin aku kak Marella" lanjutnya lirih.

Tok tok tok

Perhatian gadis itu teralihkan ketika mendengar suara ketukan pintu kamarnya, dengan langkah gontai ia berjalan lalu membuka pintu.

Cklek

Begitu pintu terbuka nampak seorang bocah laki-laki berdiri didepan pintu kamarnya sambil menunjukkan senyum manis yang akan membuat siapa saja meleleh dan gemas dibuatnya.

"Kak Vera ayo kita main!" Ucap bocah itu dengan antusias sambil menunjukkan mobil mainan yang dia bawa.

Untuk sejenak Vera terdiam memandang kearah meja belajarnya yang masih berantakan, tugasnya belum selesai. Vera menatap sang adik lalu berjongkok untuk menyamakan tingginya dengan bocah berusia 5 tahun itu.

"Kakak mau tapi kakak masih ngerjain tugas, kita bermain besok aja ya" nyatanya kata-kata itu hanya bisa ia ucapkan didalam hati, mana mungkin ia tak tega membuat adik tersayangnya bersedih, "hah baiklah" jawabnya kemudian, membuat Dino adik Vera melompat-lompat gembira, "asyik! Ayo kak!" Ucapnya dengan berteriak.

Uhuk uhuk

Vera menatap cemas sang adik yang terbatuk-batuk sambil memegangi dadanya, dengan cekatan gadis itu mengelus punggung Dino pelan "Jangan teriak-teriak dek" nasihatnya yang dibalas senyum lebar Dino seolah memberitahu kakaknya agar tidak khawatir.

"Kakak tenang aja kan Dino kuat" jawab Dino.

Vera mengacak rambut Dino dengan gemas. "Aku tunggu di taman ya kak, dadah!" Dino berlalu dari sana sambil melambaikan tangannya riang.

Melihat punggung Dino yang kian menjauh. Vera melunturkan senyumnya, pandangannya menatap sendu. sedari kecil Dino sudah sakit-sakitan, keluarga mereka juga tak bisa memberikan perawatan yang terbaik karena keterbatasan ekonominya. Ia mengepalkan tangannya bertekad suatu saat nanti akan menjadi orang yang sukses dan ia akan membawa Dino berobat di rumah sakit terbaik. Itu janjinya.

Ting

Bunyi notifikasi ponsel dari dalam sakunya membuatnya tersadar, sebuah pesan singkat yang membuat perasaannya campur aduk antara marah, benci, dan kecewa secara bersamaan.

+62 8233 *******

||Gue tau Lo punya adik yang penyakitan. ingat ucapan gue, rencananya harus berhasil atau Lo akan tau akibatnya.

Vera langsung mematikan ponselnya tanpa membalas pesan tersebut, dirinya benci karena tak bisa berbuat apa-apa, terlebih orang itu menggunakan adiknya untuk mengancamnya.
______________________________________

TBC



Gila jaringannya jelek banget, buat up chapter ini aja susah😡

Maaf aku baru up, beberapa hari ini aku sibuk hehe

Segitu dulu ya ....jangan lupa spam next sebanyak-banyaknya 🥰


#Tolong vote ya
#Tandai cerita atau bagian yang terdapat typo
#Terimakasih

~03 September 2023~

Who is the Antagonist?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang