SELAMAT SORE!
Terima kasih untuk yang sudah vote dichapter sebelumnya💕
Yuk vote dan ramein komen, kalau perlu setiap paragraf komen
SELAMAT MEMBACA!
•
•
♥️Happy Reading♥️¥¥¥¥¥
*Perusahaan Mahardika
Revan sedang berkutat dengan laptopnya, jari-jarinya menekan keyboard dengan cepat. Diruangan itu ia tak sendiri, ada citra yang menunggu sambil membaca majalah diatas sofa.
Druttt drutttt
Ponsel diatas meja berbunyi, tanpa melihat nama si penelepon ia langsung mengangkatnya.
"Hallo?" Ucapnya ketika panggilan sudah terhubung.
"Hallo tuan" mendengar suara pria dari sebrang sana ia mengenyitkan keningnya, namun setelah mengingat-ingat siapa yang memanggilnya dengan sebutan tuan ia menganggukkan kepalanya. Salah satu bawahannya yang menghubunginya.
"Begini tuan, tadi nona sempat diserang oleh beberapa orang beruntung saat itu kami datang tepat waktu"
"APA!" Pekik Revan keras bahkan saking terkejutnya ia sampai berdiri dari duduknya, tak berbeda jauh dengan citra yang juga terkejut mendengar pekikan dari sang suami.
"Kenapa pa? ada apa?" Tanya Citra beruntun ketika melihat raut khawatir suaminya.
"Kalian tidak becus menjaga putriku, tunggu hukuman apa yang akan kalian dapatkan" ucap Revan dingin membuat seseorang disebrang sana meneguk ludahnya susah payah.
Tut
Tanpa mendengar jawaban dari lawan bicaranya Revan mematikan sambungan telepon nya secara sepihak.
"Ada apa pa?" Tanya Citra untuk kesekian kalinya, ia memandang suaminya dengan perasaan campur aduk apalagi sang suami sampai membawa-bawa nama putrinya. Hatinya resah dan tidak tenang berharap tidak terjadi apa-apa kepada putrinya, tapi bukannya firasat seorang ibu tidak pernah salah?.
Revan menghela nafas, menatap sang istri dengan tatapan bersalah, "Marella hampir celaka ma, tadi dikepung oleh beberapa orang musuh papa" terang Revan menjelaskan.
Bagai disembar petir di siang bolong, citra menyentuh dadanya terkejut. Rasa khawatir akan keselamatan sang putri seperti naik ke permukaan. Ibu mana yang tidak khawatir ketika mendengar sang anak hampir celaka.
"Ayo kita pulang pa, mama ingin tau keadaan Marella" ucap Citra tak terasa air matanya turun deras membasahi pipinya, Revan yang melihat itu segera menghampiri Citra dan menghapus air matanya.
"Mama tenang dulu oke? Iya kita akan pulang" kata itu yang hanya bisa Revan ucapan.
Segera setelah itu, kedua wanita dan pria paruh baya tersebut bergegas pergi dari perusahaan untuk menuju pulang ke mansionnya.
Sementara di dalam kamar, niat hati Marella ingin tidur sampai sore harus pupus akibat ketokan pintu secara beruntun atau mungkin sebuah gedoran?.
Dorr dorr dorr
"Marella sayang buka pintunya ini mama nak!" Teriakan itu berasal dari luar kamarnya.
"Marella!"
Sang pemilik nama yang sedari tadi dipanggil mulai mengerjapkan matanya, menarik dirinya dari dalam mimpi. Dengan kesadaran yang belum sepenuhnya terkumpul ia bangkit dari tempat tidurnya dan melangkahkan kakinya untuk membuka pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who is the Antagonist?
Fantasia[𝐇𝐚𝐫𝐚𝐩 𝐟𝐨𝐥𝐥𝐨𝐰 𝐬𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐜𝐚] [𝐂𝐞𝐫𝐢𝐭𝐚 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧𝐝𝐮𝐧𝐠 𝐛𝐢𝐛𝐢𝐭-𝐛𝐢𝐛𝐢𝐭 𝐩𝐞𝐥𝐚𝐤𝐨𝐫] [𝐓𝐞𝐫𝐝𝐚𝐩𝐚𝐭 𝐚𝐝𝐞𝐠𝐚𝐧 𝐤𝐞𝐤𝐞𝐫𝐚𝐬𝐚𝐧 𝐝𝐚𝐧 𝐤𝐚𝐭𝐚-𝐤𝐚𝐭𝐚 𝐤𝐚𝐬𝐚𝐫 𝐡𝐚𝐫𝐚𝐩 𝐛𝐢𝐣𝐚𝐤 �...