Chapter 57

11.3K 516 35
                                    

SELAMAT PAGI!

Terima kasih untuk yang sudah vote dichapter sebelumnya💕

Yuk vote dan ramein komen, kalau perlu setiap paragraf komen

SELAMAT MEMBACA!


♥️Happy Reading♥️

¥¥¥¥¥

Tut Tut Tut

Nomer yang anda tuju tidak dapat dihubungi cobalah beberapa saat lagi....

Gadis berseragam SMA itu memandang ponsel yang ada digenggamnya dengan kesal, sudah beberapa kali berusaha menghubungi nomor yang sama namun terus saja suara operator yang menjawab.

"Sialan, Kemana gadis itu" gerutunya membuat sesosok gadis yang juga berada disana mengernyit bingung.

"Lo kenapa?" Tanya gadis itu kemudian, Jessica hanya melirik sekilas tanpa berniat untuk menjawab membuat Mila yang merasa diacuhkan memilih untuk diam.

Ya kedua gadis itu adalah Jessica dan Mila, mereka sendiri sedang berdiri di rooftop menunggu dara untuk membahas kelanjutan rencananya. Namun apa? Orang yang sedari tadi ditunggu tidak juga memunculkan batang hidungnya bahkan nomernya pun tidak aktif membuat Jessica kesal.

Ditengah rasa kesal, dari tempatnya berdiri ia dapat melihat dengan jelas para murid berlalu lalang memasuki gerbang sekolah, namun bukan itu yang menjadi titik fokusnya. Seorang gadis yang berjalan di koridor sekolah dengan ekspresi datar, Jessica menyorot tajam seolah ingin menghancurkan tubuh gadis itu hanya melalui tatapan.

Merasa diperhatikan, gadis yang ditatap itu mendongakkan kepalanya walaupun jarak nya dengan rooftop jauh namun gadis itu tau bahwa dia sedang ditatap penuh kebencian. Saat kedua mata itu saling beradu pandang ia tersenyum miring sebelum melanjutkan langkahnya menuju kelasnya berada.

♡♡♥️♡♡

Sepasang mata itu menatap liar sekitar dengan cemas dan penuh ketakutan, Diana lebih memilih menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut tebal menyembunyikan dirinya dari rasa takut yang melanda. Semalaman penuh dia tidak bisa tertidur walau barang sedetikpun karena begitu ia berniat menutup mata bayangan dara memenuhi pikirannya.

"Nggak nggak dara nggak mungkin nggak mungkin" racaunya berulang kali sambil memberikan jambakan-jambakan kuat pada rambutnya. kini penampilannya sudah seperti pasien rumah sakit jiwa.

"Ma~"

"Ma~"

Ditengah rasa takutnya terdengar suara bisikan halus yang membuat tubuhnya menegang, bulu kuduknya perlahan meremang sebelum tepukan yang berasa dipundaknya membuatnya berteriak kencang.

"Arghhh! Pergi pergi!" Ucapnya kacau sambil menutupi kedua telinganya.

Sementara itu seorang wanita berseragam maid terdiam sekaligus terkejut akan perilaku Diana yang aneh. Dia yang memang biasanya bertugas membangunkan dan menyiapkan kebutuhan Diana selama di mansion, ketika memasuki kamar disuguhkan dengan pemandangan Diana yang meringkuk ketakutan dibawah selimut, dengan rasa penasaran dan juga ragu ia mendekat dan mengulurkan tangannya menepuk pelan bahu Diana.

"N-nyonya kenapa?" Tanyanya terbata.

Mendengar suara tak asing tersebut Diana mulai mengangkat kepalanya, ekspresi yang semula takut berubah menjadi kesal dan marah ketika melihat wajah maid tersebut.

"Ngapain kamu disini hah! Kamu sengaja kan mau nakut-nakutin saya?!" Bentaknya sambil melotot tajam, sang maid hanya mampu terdiam berbeda dengan batinnya yang sudah berteriak memaki.

"Siapa juga yang mau nakut-nakutin, dasar nenek lampir" gumam maid itu sangat pelan.

Diana semakin melototkan matanya memandang maid itu bak sebuah leser pembunuh, "kamu ngomong apa hah? Pasti kamu ngata-ngatain saya kan. iya kan?!" maid itu menundukkan kepalanya.

Druttt druttt

Sebuah getaran pada ponsel diatas nakas mengalihkan perhatiannya, dengan kesal ia bangkit lalu menyambar ponselnya cepat.

Melihat nama si penelpon ia segera menyembunyikan ponselnya lalu memberikan gesture mengusir Maid itu agar segera keluar.

"Hallo mas!"

"......."

"Bantuin aku, ada orang kurang ajar yang mau main-main sama aku. dia ngancem aku pakai nama dara, Dara ada sama kamu kan mas soalnya di...."

Ucapan Diana terpotong ketika mendengar jawaban dari seseorang disebrang sana. ponsel yang semula ia genggam terjatuh begitu saja membuat layarnya seketika retak, tubuhnya mematung kaku pandangannya menatap kosong kedepan.

"Nggak mungkin" tenggorokannya terasa tercekat, "Dara. Dara....TIDAK ARGHHH!"

Disisi lain, Marella menatap dari balkon kamarnya ditemani secangkir coklat panas menikmati detik-detik kehancuran diana. Memang balkon kamarnya bersebelahan dengan kamar yang ditempati oleh Diana sehingga ia dapat mendengar dengan jelas teriakan tersebut.

"Satu hama berhasil disingkirkan" seringainya, setelah puas ia lalu berbalik memasuki kamarnya kembali.

♡♡♥️♡♡

Vera menatap kosong langit-langit rumah sakit, hal itu membuat Revaldo yang memperhatikannya merasa sedih sekaligus tak berdaya. Ia merasa gagal membuat Vera bahagia tapi apa yang bisa ia lakukan? Jawabannya tidak ada. tangannya terulur menggapai tangan putih pucat itu.

"Maafin aku...aku" gumamnya mengeratkan genggaman pada tangannya menunjukkan sebuah kesedihan dan penyesalan mendalam, "a-aku gagal, aku gagal lindungin kamu dan keluargamu"

Grep

Vera yang tak kuat langsung memeluk Revaldo menyembunyikan wajahnya dibalik dada bidang pemuda itu, yang hal itu tentu saja dibalas oleh Revaldo dengan pelukan tak kalah eratnya, "kakak nggak salah, ini semua salahku karena aku lemah" ucapnya, perlahan air matanya turun ia mencekram baju Revaldo melampiaskan rasa sesak dan sakit dihatinya.

Cukup lama mereka terdiam dengan posisi yang sama sebelum Vera menguraikan pelukannya dan menatap kekasihnya dengan tatapan dalam, "a-aku sekarang nggak punya siapa-siapa bapak ibu aku aku...."

"Suttt, kamu masih punya aku" sela Revaldo sebelum Vera berhasil menyelesaikan ucapannya. Dapat dilihat mata yang semula meredup itu bergetar pelan ada cahaya harapan disana.

"Kamu bisa pegang ucapanku" lanjutnya meyakinkan yang dibalas anggukan dan senyum tipis oleh Vera.

Revaldo kembali menarik Vera kedalam pelukannya, mengelus sekaligus memberikan ketenangan pada kekasihnya tanpa Revaldo sadari ekspresi Vera meredup kembali namun ia segera menutup matanya berusaha mengenyahkan rasa ragu yang muncul dalam dirinya, "aku harap kamu nggak mengingkari janji kak atau aku lebih memilih untuk mati" batinnya sendu.
______________________________________

TBC

Halooo, ketemu lagi hehe
Maaf ya buat kalian nunggu lama...jujur aja aku bingung mau lanjutin cerita ini gimana.

Ada yang bertanya-tanya nggak kemana aku selama hampir 4 bulan ini nggak update? Jawabannya selain kesibukan kuliah, UAS, tugas dll aku juga keseringan baca komik gais, komik kan udah ada fisual nya ya, nah karena keseringan setiap aku mau baca novel lagi aku nggak bisa berimajinasi kayak kosong aja gitu😭😂 aku pun heran + sedih. Sempat kepikiran aku bisa nggak ya lanjutin nulis novel ini, dan yah selama dua Minggu penuh aku paksain diri buat baca novel lagi biar imajinasi ku balik lagi, Alhamdulillah nya sih bisa hehe..
Ada yang ngalamin hal yang sama?

Makasih ya untuk kalian semua yang udah support aku, sayang kalian banyak²🤗

Untuk chapter depan apakah ada saran? Coba command ya...




#Tolong vote ya
#Tandai cerita atau bagian yang terdapat typo
#Terimakasih

~08 Februari 2024~

Who is the Antagonist?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang