Chapter 59

9.6K 493 5
                                    

SELAMAT PAGI!

Terima kasih untuk yang sudah vote dichapter sebelumnya💕

Yuk vote dan ramein komen, kalau perlu setiap paragraf komen

SELAMAT MEMBACA!


♥️Happy Reading♥️

¥¥¥¥¥

Saat tiba dikantin, marella kemudian mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Oliv. Benar saja, ia melihat Oliv duduk dipojok kantin sambil melambaikan tangan kearahnya. Ia pun segera menghampirinya.

Melihat marella sudah duduk dihadapannya, Oliv menyimpan ponselnya kembali lalu menyodorkan bakso pesanan marella. "Thanks" ucap marella yang dibalas acungan jempol oleh Oliv.

Mereka memakan makanannya dengan tenang, tapi baru beberapa suapan marella meletakkan kembali sendoknya saat merasa tenggorokannya tidak nyaman. Oliv yang melihat itu mengerutkan keningnya bingung, "kenapa la?"

"Ehem ehem" marella berdehem pelan. Meraih jus dan meminumnya hingga tandas, namun bukannya mereda rasa sakit di tenggorokannya kian menjadi. Ia langsung bangkit dari duduknya dan berjalan cepat pergi sana membuat Oliv dilanda rasa khawatir.

"La tunggu!" Ucapnya sedikit keras, sebelum menyusul sahabatnya ia menyempatkan membayar pesanannya terlebih dahulu.

Rupanya kejadian itu juga tak luput dari sepasang mata yang menyorot tajam memperhatikan dari kejauhan. Pemuda itu juga ikut berdiri dan berlalu dari sana tanpa menghiraukan tatapan bingung dari teman-temannya.

Marella berjalan secepat mungkin, tujuannya adalah UKS karena selain tenggorokannya, rasa sakit dan sesak juga dirasakan pada dadanya. penglihatannya semakin memburam membuatnya sesekali menggelengkan kepalanya berusaha mencari titik fokus penglihatannya. Bahkan tak sekali dua kali ia menabrak siswa siswi lain, membuatnya harus meminta maaf berulang kali.

Dari belakang Oliv berusaha mengejarnya namun sedikit terhalang sebab padatnya koridor sekolah saat jam istirahat, "La! Marella tungguin gue!" Ucapnya keras tak perduli pandangan semua orang yang menatapnya aneh.

Adegan selanjutnya membuat jantung Oliv seakan berhenti berdetak, dari kejauhan tanpa sengaja pandangannya mendapati seseorang memegang pot bunga siap menjatuhkannya begitu saja. Ia yakin targetnya adalah sahabatnya karena terlihat orang itu dengan sengaja menunggu kedatangan marella.

"MARELLA AWAS!"

Bragh!

Begitu pot bunga itu jatuh disusul suara benturan keras, membuat semua pasang mata menoleh dan menjerit keras.

♡♡♥️♡♡

Marella masih berusaha mempertahankan kesadarannya, UKS tinggal beberapa langkah lagi. Namun suara teriakan Oliv dan suara bising disekitarnya membuat langkahnya terhenti sejenak. ia mendongakkan kepalanya, matanya terbelalak ketika melihat pot bunga melayang diatasnya siap menghantam kepalanya kapan saja. ia yang biasanya memiliki refleks bagus kini tak bisa menggerakkan tubuhnya walau hanya sekedar untuk menghindar seolah tubuhnya ditahan oleh benda tak kasat mata, sekarang yang ia lakukan hanya bisa memejamkan matanya bersiap menerima hantaman benda keras yang akan menimpanya.

Bragh!

Satu detik dua detik ia tak merasakan apapun selain lengan kokoh seseorang yang mendekapnya dengan erat, perlahan ia membuka matanya namun hanya siluet kabur sebelum semuanya gelap.

Dari mejanya dewa memperhatikan seorang gadis yang sedang fokus dengan makanan pesanannya, tanpa sadar bibirnya tersenyum tipis sangat tipis hingga orang lain tak akan menyadarinya. Pemuda itu mengabaikan kedua temannya yang sedari tadi saling berdebat meributkan hal tidak penting menurutnya.

Dahinya mengkerut saat mendapati gelagat aneh marella yang memegangi lehernya. Ya gadis yang sedari tadi diperhatikan tak lain dan tak bukan adalah marella.

Saat melihat gadis itu berdiri dan berjalan keluar dari kantin dengan terburu-buru, ia pun tanpa ragu bangkit dan mengikuti langkahnya.

♡♡♥️♡♡

Mila yang berada ditempat pintu masuk kantin segera mengambil ponselnya guna menghubungi seseorang, senyum sinis terpatri pada bibirnya dan berlalu dari sana.

Ting

Dilantai dua tepatnya kelas sebelas Jessica menghentikan langkahnya ketika mendengar suara notifikasi dari ponselnya, pesan dari Mila langsung tertera begitu ia membuka aplikasi pesan berwarna hijau miliknya.

"Saatnya pembalasan" gumamnya, ia menatap kebawah tepat dimana koridor yang akan dilewati Marella. Sembari menunggu targetnya mendekat ia mengambil pot bunga yang cukup berat, lalu mencari posisi yang tepat agar percobaan pertamanya benar-benar berhasil.

Dan tibalah ketika marella tepat dibawah ia melepaskan pot bunga tersebut, "selamat tinggal bitch" Jessica tersenyum lebar.

Namun hal tak terduga terjadi, tepat saat semua orang berteriak dan pot itu hampir mengenai target, seseorang menarik marella kedalam pelukannya guna untuk melindunginya.

Bragh!

Pot bunga itu jatuh langsung dihalau dengan lengan menciptakan luka gores yang cukup panjang dan mengeluarkan darah, terlihat pot itu tersebut pecah jatuh berserakan. Dewa menatap ke atas dengan tatapan tajam, giginya gemertak menahan amarah ketika melihat siluet gadis terburu-buru pergi dari sana.

Pandangannya beralih menatap gadis yang masih berada dalam dekapannya, gadis yang beberapa hari ini selalu menguasai pikirannya. Ia memandangi wajahnya dengan lekat, sampai sepasang mata itu terbuka dan mengerjap pelan membuatnya tanpa sadar bernafas lega. Namun hal itu tak bertahan lama melihat mata gadis itu tertutup kembali rasa khawatir menyerbu hatinya, tanpa kata ia langsung mengangkat tubuh marella ala bridal style memasuki UKS.

Jessica berlari panik menuju gudang sekolah, ia menumpukan tangannya diatas lutut berusaha mengatur nafasnya yang terengah-engah. Menolehkan kepalanya kekanan kiri memastikan tidak ada seorang pun yang mengikutinya.

"Mati gue" menggigit kukunya dengan cemas apalagi saat ia mengingat dengan jelas tatapan dewa yang dilayangkan kepadanya.

"Arghhhh sial!" Umpatnya kesal, kursi kayu yang berada tak jauh dari sana pun tak luput dari melampiaskan kekesalannya. "Bagaimana mungkin dia bisa dekat dengan dewa?" Ia tidak bodoh, saat pertamakali melihat dewa ia sudah bisa menebak bahwa pemuda itu berasal dari keluarga berada. Dan ia tak bisa begitu saja menyinggungnya atau semuanya akan hancur dalam sekejap, tapi sekarang kenapa dia berada disisi orang yang sangat ia benci keberadaannya?.

"Kenapa dia bisa seberuntung itu?"

______________________________________

TBC



Apaan sih gaje banget sumpah, mau bikin satu adegan marella sama dewa pun malah kek benang kusut gitu, amburadul parah😭

Btw kenapa ya chapter wattpad bisa nggak urut gitu? Udah aku benerin tapi tetep aja nggak bisa, kemarin chapter 1 sama prolog sekarang chapter 57 sama 58 🤧

Gimana nih tanggapan kalian soal chapter ini?



#Tolong vote ya
#Tandai cerita atau bagian yang terdapat typo
#Terimakasih

~18 februari 2024~

Who is the Antagonist?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang