Chapter 68

7.7K 356 8
                                    

SELAMAT PAGI!

Terima kasih untuk yang sudah vote dichapter sebelumnya💕

Yuk vote dan ramein komen, kalau perlu setiap paragraf komen

SELAMAT MEMBACA!


♥️Happy Reading♥️

¥¥¥¥¥

Pagi-pagi sekali marella sudah siap dengan seragam sekolah yang melekat rapi di badannya. sebenarnya baik Revan maupun citra tidak memperbolehkannya masuk sekolah bahkan surat izin sudah dikirim ke sekolahnya namun gadis itu masih kekeh ingin berangkat juga, dan dengan segala bujuk rayuan akhirnya kedua orang tuanya terpaksa menyetujuinya.

"Pagi semua!" Sapa gadis itu setelah sampai di meja makan, kedua wanita dan pria paruh baya itu sontak menoleh mendengar suara putri semata wayangnya, "pagi juga sayang" balas keduanya bersamaan.

Marella menarik kursi yang bersebelahan dengan sang papa setelah itu mendudukkan dirinya disana, citra yang melihat itu segera mengambilkan roti tak lupa mengoleskan selai kesukaan marella.

"Makasih ma" ucap marella lalu memakan roti sera meminum susu dihadapannya.

"Kamu beneran mau sekolah? Bukannya papa melarang tapi papa hanya khawatir kamu kenapa-kenapa" ucap Revan memastikan, sebagai orang tua tentu ia mengkhawatirkan kesehatan putrinya.

Marella yang kebetulan sudah menghabiskan sarapannya segera mengelap mulutnya dengan tissue, lalu menatap sang papa, "pa aku udah baik kok, papa tenang aja" jawabnya meyakinkan yang membuat Revan lagi-lagi mengangguk pelan. Pasrah dengan keputusan putrinya yang keras kepala.

"Oh ya ngomong-ngomong....." Citra mengedarkan pandangannya mencari-cari keberadaan seseorang yang beberapa waktu ini menginap di mansion mereka.

"Diana sama dara kemana kok mama dari kemarin nggak lihat, apa mereka sudah pulang?" Tanya citra karena sejak kepulangannya dari rumah sakit kemarin, ia tidak melihat batang hidung kedua ibu dan anak tersebut. Sebelumnya mereka selalu berkeliaran dimansion, menganggap mansion sebagai rumahnya sendiri dan hal itu sangat menyebalkan.

Marella dan Revan diam-diam saling pandang, keduanya berdehem pelan, "mereka ada kok ma cuma kalo dara emang udah lama nggak keliatan di mansion entah kemana" ucap marella berusaha setenang mungkin agar citra tidak mencurigainya.

Untung saja citra langsung percaya terbukti dengan anggukan kepala, "oh gitu...." Responnya membuat marella bernafas lega, "CK memang keponakanmu itu dari awal nggak beres pa, sama kayak mamanya" ucapnya penuh kekesalan pada sang suami, Revan pun hanya diam. Dalam benaknya Revan mana Sudi menganggap kedua wanita itu (dara dan Diana) sebagai keluarganya. Memang citra belum mengetahui kebenaran kalau sebenarnya dara adalah anak dari Sebastian musuhnya.

Marella melirik jam yang melingkar dipergelangan tangannya, 20 menit lagi pintu gerbang akan ditutup. Ia bangkit dari duduknya dan mengendong tasnya dipundak. "Ma pa aku berangkat dulu takut telat" pamitnya kemudian mengecup pipi kedua orang tuanya sebelum berlalu dari sana. Untuk hari ini terpaksa ia diantar sopir karena kemauan sang mama yang tidak bisa diganggu gugat.

"Hati-hati sayang nanti sampai di sekolah kabarin mama!" Ucap Citra sedikit berteriak agar didengar marella, gadis itu mengacungkan jempol sebagai balasan, "oke ma!"

Mobil keluarga Mahardika tiba di SMA pelita harapan, beruntung jalanan pagi ini tidak macet sehingga dirinya sampai di sekolah tepat waktu sebelum gerbang tertutup. Sebelum keluar dari mobil marella sempat menoleh kearah supir, "pak nanti jemput disini jam tiga ya"

"Oke non" jawab sopir tersebut dengan ramah.

Kedatangan marella seperti biasa akan menjadi pusat perhatian, baik siswa maupun siswi mulai berbisik-bisik membicarakannya. Berbagai macam pujian dan cibiran mereka layangkan namun tak dihiraukan olehnya. Gadis itu dengan ekspresi datar membuat semua siswi menyingkir memberikan jalan, sampai suara cempreng yang begitu ia kenal menyapa gendang telinganya.

"Marella!" Ucap Oliv dengan ceria, gadis itu berlari-lari kecil agar segera sampai ditempat marella berada.

"Ya ampun bestie gue udah sembuh? Kok udah masuk sih? seharusnya Lo libur aja dulu, rebahan dirumah gitu" kata Oliv beruntun sambil memeluk marella singkat.

Sang empu hanya memutar matanya malas, "itu sih mau Lo" jawabnya, membuat Oliv menunjukkan cengirannya, "hehe"

"Hai la" marella menolehkan kepala karena terlalu fokus dengan Oliv ia sampai tak melihat kalau gadis itu datang bersama Sofya yang berdiri dibelakangnya.

"Gimana Lo udah sembuh?" Tanya sofya khawatir, maju selangkah dan memeluk sahabatnya.

"Udah, Kapan balik?" Tanya marella karena ia ingat betul kalau kemarin sofya bilang belum bisa pulang dari rumah neneknya.

Sofya menguraikan pelukannya, "Subuh tadi sampai rumah" jawab gadis itu.

"Udah lah ya temu kangennya dilanjut nanti aja" Oliv melipat tangannya didepan dada, melihat kedua sahabatnya dengan tatapan jengah. sebenarnya gadis itu cemburu karena tidak diajak berpelukan bersama.

"Ngomong aja Lo cemburu" ucap sofya mengejek yang dibalas delikan kesal oleh Oliv.

Suara deru motor mengalihkan perhatian ketiganya, ah tidak hanya mereka bertiga tapi juga seluruh siswi yang ada disana. Para siswi itu mulai memekik menyambut kedatangan most wanted SMA pelita harapan.

"Ya ampun mereka ganteng banget"

"Iya sih, apalagi dewa beh dingin-dingin misterius gitu"

"Nggak cuma itu, Revaldo juga ganteng tapi sayang udah punya cewek"

"Bagas dan vino juga nggak kalah ganteng"

"Berharap deh jadi pacar salah satu dari mereka"

Dll

Oliv yang mendengar pekikan alay itu serasa ingin muntah, "apa hebatnya mereka, apalagi tuh si kutu kupret yang sok kegantengan" gerutunya untung saja hanya didengar oleh mereka bertiga jika tidak mungkin dia akan mendapat pelototan horor dari para fens pemuda itu. Yang Oliv maksud disini adalah vino yang sekarang dengan pdnya sudah melambaikan tangan pada para siswi-siswi disana.

Marella terkekeh pelan, merasa diperhatikan ia menolehkan kepala yang seketika bersitatap dengan manik hitam seorang pemuda. Ah ternyata bukan hanya pemuda itu saja tapi pemuda disampingnya juga, yang tak lain adalah dewa dan Revaldo. Ia mengangkat sebelah alisnya dan menatap keduanya dengan tatapan datar.

"Udah yuk gais kita cabut nggak penting banget kita disini" ucap Oliv berbalik badan, mengibaskan rambutnya dengan gerakan centil lalu mengapit lengan kedua sahabatnya menuju kelasnya berada.

Sementara itu keempat pemuda dengan seorang gadis diantara mereka masih belum beranjak dari tempatnya. Tubuh Vera sedikit bergetar dengan pandangan mengedar takut kearah sekitar, sepertinya gadis itu sedikit trauma dengan keramaian. Ia memeluk tangan Revaldo dengan erat yang membuat pemuda itu merengkuh bahunya berusaha menenangkan.

"Its oke ada aku disini" bisik Revaldo yang membuat Vera sedikit tenang.

"Nggakpapa ver kita selalu ada disamping Lo kok, Lo jangan takut" ucap vino memberi semangat. Bagas pun mengangguk menyetujui, sedangkan dewa seperti biasa hanya diam.

Revaldo segera mengajak Vera dan teman-temannya masuk kedalam kelas, sepanjang koridor Vera banyak mendapatkan ungkapan belasungkawa dan semangat dari murid-murid yang dilewatinya. Sampai dikelas pun juga sama, mereka turut sedih dengan apa yang menimpa gadis lugu tersebut.

"Yang sabar ya ver, kita semua tau Lo gadis kuat" ucap salah satu dari mereka mewakili teman-temannya.

Vera menatap mereka dengan tatapan berkaca-kaca, bibirnya melengkungkan senyum tipis berusaha tegar, "makasih"

Mereka bubar ke bangkunya masing-masing saat bel berbunyi dan guru mengajar memasuki ruangan.
______________________________________

TBC








#Tolong vote ya
#Tandai cerita atau bagian yang terdapat typo
#Terimakasih

~27 April 2024~

Who is the Antagonist?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang