Part 5 - Yang Setara

28.3K 2.4K 44
                                    

Dalam keluarga Janitra ada sebuah tradisi yang diadakan setiap tahunnya, yaitu berziarah ke makam Eyang dan seluruh anggota harus hadir. Kemudian setelah dari sana, mereka akan berkumpul untuk menghabiskan waktu bersama. Karena seiring berjalannya waktu, pertemuan seperti ini tidak bisa tercipta karena kesibukan mereka masing-masing.

Dua tahun terakhir Aquinsha tak hadir karena berada di luar negeri. Bisa saja ia pulang, tapi tentu saja Daddy tak menginginkan hal tersebut. Bahkan saat ini Daddy melarangnya. Untung saja Mommy angkat bicara. Jadi, ia pun ikut pergi. Kini duduk di hadapan Mommy dan Daddy di dalam mobil mewah tersebut. Daddy tak berhenti berkata jika ia tak boleh berinteraksi dengan Jasver. Aquinsha mengangguk malas. Di sana banyak anggota keluarga, sudah pasti Jasver tak akan nekat mendekatinya. Apalagi istri pria itu pasti hadir juga.

Mereka tiba di sana, beberapa anggota keluarga telah hadir.

"Tuan Putri!" sapaan bernada menyebalkan itu membuat Aquinsha memutar bola matanya malas. Kenan yang baru datang hendak duduk di sebelahnya, tapi kursi yang kosong tersebut langsung diisi oleh sepupunya yang lain.

"Maaf Nan, gue duluan." Rajendra tertawa melihat ekspresi kesal Kenan. Akhirnya pria itu duduk di sebelah Rajendra.

"Apa kabar Tuan Putri? Gue kira lo gak bakal ke sini?" Badan Kenan condong ke depan, menoleh ke arah Aquinsha yang sedang duduk anggun.

"Kalau gue gak dateng ke sini, nanti gue gak kebagian harta," ujar Aquinsha kalem, tapi Kenan dan Rajendra tertawa. Dua sepupunya yang gila itu benar-benar menyebalkan. Dari balik kacamata hitamnya ia melihat Sarkara tak datang sendirian, segera ia mengajak dua sepupu gilanya itu bergosip.

"Mas Sarka serius sama perempuan itu?" tanya Aquinsha pada mereka berdua yang langsung mengalihkan tatapan ke arah Sarkara yang datang bersama Misha.

"Ya kalau gak serius, Mas Sarka gak bakal ajak Misha ke sini," sahut Rajendra.

"Gue denger sih tahun ini mereka mau nikah," ujar Kenan. Lalu menoleh menatap Rajendra. "Nah, setelah giliran Mas Sarka, giliran lo diteror," ejeknya.

Rajendra memutar mendengus kesal. "Gue masih pendidikan spesialis."

"Lagian gimana Jendra mau nikah kalau waktunya dua puluh empat jam dalam seminggu cuma sama buku?" ejek Aquinsha. Kenan tertawa bersamanya. Perbedaan usia mereka yang tak terlalu jauh membuat mereka bisa saling bercanda bersama, apalagi dengan Kenan yang hanya memiliki selisih bulan beberapa bulan saja.

"Mau gue kenalin ke temen cewek gue, gak?" Kenan merangkul pundak Rajendra yang langsung menyentak tangannya.

"Gak, terima kasih. Gue gak loli kayak lo."

"Fuck," umpat Kenan, tidak lupa meninju lengan Rajendra yang malah tertawa. Aquinsha memutar bola mata melihat kelakuan dua orang itu.

"Kayaknya lo harus periksa, Nan," sahutnya.

"Hei! Gue gak sakit. Lagian semua cewek gue umurnya udah legal," ujar Kenan.

"Semua cewek? Dasar playboy."

Kenan tersenyum bangga mendengar sindiran Aquinsha. "Masa muda itu harus dinikmati, Tuan Putri. Gak kayak lo yang terpaku."

"Shit," desisnya pelan. Kenan dan Rajendra tertawa. Sangat jarang mendengar sepupu mereka yang sok anggun itu mengumpat. Aquinsha Janitra, satu-satunya perempuan di generasi keempat Janitra membuatnya selalu menjadi pusat perhatian. Jadi wanita itu selalu menjaga tutur kata maupun tingkahnya di depan publik. Beda lagi jika hanya di depan orang-orang terdekat.

"Tuan Putri, arah jam dua belas." Seharusnya Aquinsha tak mengacuhkan perkataan Rajendra, tapi ia refleks menoleh ke arah telunjuk pria itu. Mendengus kesal, tidak lupa melirik tajam Rajendra, lupa jika ia sedang menggunakan kacamata hitam.

Harta, Tahta, CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang