Part 43 - Luapan Hati Yang Lelah

16.5K 1.8K 56
                                    

"Lebih baik kalian pergi!"

Junior menatap Radi dan Aquinsha secara bergantian layaknya seorang anak yang menyaksikan orang tuanya bertengkar. Radi yang wajahnya tanpa ekspresi, sedangkan Aquinsha yang wajahnya merah padam. Junior hendak menengahi, tapi belum sempat ia angkat suara, sesuatu melayang melewati dirinya membuatnya terkejut. Wanita yang berdiri di sebelah Radi berteriak terkejut karena melihat Aquinsha melempar tas ransel ke arah Radi.

"Kamu ngusir aku?!" teriak Aquinsha marah. Segala emosi sangat nampak di balik kedua matanya yang memerah dan berkaca-kaca.

Junior panik, sepertinya saat ini waktunya Aquinsha meledak-ledak. Segera ia mendorong wanita yang tadi membuka pintu karena ingin melerai. Keduanya pun masuk.

"I-itu Kak Radi ..."

"Ssstt ... tenang saja. Kita gak boleh ikut campur dengan urusan suami istri," ujar Junior asal. Wanita di hadapannya mengerjap pelan.

"Kak Radi sudah menikah?"

"Oh ..." Junior hendak mengoreksi, tapi dua orang yang tergesa-gesa mendekat ke arah mereka karena mendengar suara ribut di teras.

"Ibu, Bapak," ujar wanita di hadapan Junior pada pasangan paruh baya.

"Itu ... di luar ada apa?" tanya si pria paruh baya pada wanita muda tersebut.

"Istrinya Kak Radi datang," sahut wanita muda tersebut yang terdengar polos. Junior meringis, apalagi saat pasangan paruh baya tersebut menatap ke arahnya.

"Halo Pak, Bu, saya Junior. Ada makanan, gak? Saya lapar." Cengengesan seraya menggaruk kepalanya. Urusan perutnya lebih penting daripada meluruskan kesalahpahaman!

"Ah Nak Junior adik sepupunya Nak Radi, ya?"

"Nah itu. Iya saya. Kita pernah bertemu beberapa tahun yang lalu." Junior menanggapi pria paruh baya yang bernama Jamal tersebut. "Saya masih ganteng seperti dulu, ya? Makanya Pak Jamal masih ngenalin."

"Wah, ini pasti Eka, ya? Udah gede kamu," ujar Junior sok tua pada wanita muda tersebut yang tersenyum malu. Junior pun diajak Pak Jamal dan Ibu jamal ke arah dapur, diikuti Eka.

Sementara itu di luar, Aquinsha menumpahkan segalanya. Rasa lelah, gelisah, takut, sedih dan marah membuatnya frustasi. Mendengar pengusiran Radi membuatnya tak bisa menahan diri lagi. Menunjuk Radi yang tetap diam di tempatnya. Seperti biasa tanpa ekspresi.

"Kamu gak tau gimana sakitnya aku?! Aku kabur dari rumah, demi kamu! Aku menentang orang tuaku demi kamu! Aku menempuh perjalanan jauh demi kamu! Aku beberapa kali muntah karena mabuk laut! Aku gak bisa makan saking lemasnya aku!" Aquinsha menarik nafasnya sejenak, dadanya terasa makin sesak. Mengingat perjalanan yang ia tempuh selama hampir seminggu membuatnya semakin dibuat marah atas pengusiran yang ia terima. Bahkan sebentar lagi malam hari. Walaupun Radi ingin mengusirnya, bisa saja pria itu melakukannya besok. Sebegitu tidak inginnya kah Radi bertemu dengannya?

"Aku naik kapal yang baunya amis karena aroma ikan! Kepalaku makin pusing, tapi aku berusaha keras menahannya. Te-terus tadi aku ke sini naik mobil pick up, a-aku da-daku sesak, da-daku terasa sakit. A-aku ngerasa gak bisa bernafas dengan normal..." Suara Aquinsha tersedat-sedat karena desakan tangis yang tak bisa ia tahan. Aquinsha berjongkok, menutup wajahnya menggunakan kedua telapak tangannya, berusaha keras agar tak menangis. Tapi tetap saja air matanya keluar, isak tangis tertahan terdengar begitu pilu. Seluruh badan Aquinsha bergetar. "A-aku capek, Radi. A-aku lelah. Ta-tapi demi kamu. A-aku ..."

Aquinsha meraskan lengannya dipegang kemudian ia ditarik berdiri. Aquinsha mampu menghirup aroma yang sangat ia rindukan. Bukannya merasa lega dan berhenti menangis, tangisnya malah semakin keras. Kini Aquinsha tak menahannya lagi.

Harta, Tahta, CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang