Aquinsha meneliti penampilannya lebih dulu. Rambutnya yang kini dicepol asal dan riasan wajahnya masih on point. Pakaiannya pun masih rapi. Ia ingin merapikan rambutnya, tapi segera mengurungkan niatnya saat sadar. Kenapa ia ingin tampil rapi?
Ia menghela nafas kasar. Tiba di tujuan, pintu lift di hadapannya terbuka. Langkahnya tertahan sejenak saat melihat seorang pria berdiri di depan lift, ia pun keluar dan mulai melangkah dengan berbagai pikiran. Menoleh ke belakang. Pria itu menatapnya, telah masuk ke dalam lift. Mengangguk sopan ke arahnya hingga pintu lift tertutup.
Aquinsha merasa tak asing dengan pria itu.
Sibuk dengan pikirannya sendiri sehingga ia tak sadar jika telah tiba di depan unit apartemen Radi. Pegangannya pada tali tote bag yang ada di genggamannya mengerat. Ia pun menekan bel. Tak berapa lama pintu terbuka menampakkan Radi yang seperti biasa tanpa ekspresi.
Aquinsha tetap mempertahankan ekspresinya, begitu tenang. "Kenapa Nona ..."
"Di mana sopan santunmu, Radi? Membiarkan seorang tamu berdiri dan gak mempersilahkannya masuk?" sela Aquinsha menyindir.
Tanpa kata Radi melebarkan pintu. Aquinsha menatap malas pria itu dan melangkah masuk. Ia melepaskan high heelsnya sehingga bertelanjang kaki. Menaruh tote bag tersebut di atas meja makan. "Aku traktir semua orang dan rasanya gak adil kalau gak beliin kamu juga," katanya seraya mengeluarkan makanan yang ia beli, baik itu makanan berat maupun dessert. Tatapannya beralih pada Radi yang kini berdiri di dekatnya. "Kurang baik apa coba aku jadi bosmu? Bahkan aku sendiri yang bawain kamu semua ini," ujarnya dengan nada sombong.
"Terima kasih Nona." Hanya itu yang Radi sampaikan. Membuat Aquinsha menatap malas pria itu.
"Kamu mau langsung makan?" Tapi kemudian tetap bertanya.
"Nanti saja. Nona bisa pulang ..."
"Kamu mengusirku?" sela Aquinsha tajam, kembali menatap Radi yang tetap tanpa ekspresi.
Radi tak mengatakan apapun, melangkah menuju ke arah kulkas, bertanya tanpa menatap Aquinsha, apa yang wanita itu inginkan untuk diminum.
Aquinsha kini duduk manis di sofa, menyahut ingin strawberry milk. Tidak lupa menambahkan, "Stroberinya jangan terlalu halus. Harus kental. Gulanya jangan terlalu manis dan susu ..." Perkataan Aquinsha berhenti saat Radi menaruh susu kotak di atas meja di hadapannya. Ia mendongak menatap pria itu yang menatapnya datar. "Oke. Terima kasih." Meraih susu kotak tersebut. Segera menyedot isinya
Radi masih berdiri di tempatnya membuatnya menyuruh pria itu duduk. "Aku kira kamu ke suatu tempat makanya minta izin," ujarnya pada pria itu. Ia pikir Junior menipunya. Kata pria itu, setiap dua hari setelah ulang tahun, Radi akan selalu menyendiri. Saat belum membeli apartemen dulu, maka Radi akan mengurung diri di kamarnya. Begitupun setelah memiliki tempat tinggal sendiri.
"Saya gak ke mana-mana."
Aquinsha membuang pandangannya salah tingkah karena Radi yang tak mengalihkan pandangan darinya. Ia menyedot susu lagi.
"Kamu sakit?"
"Enggak."
"Terus kenapa minta cuti?" Aquinsha kembali menatap Radi yang hanya diam. Aquinsha bersandar usai menghabiskan susu kotak tersebut. Bersidekap. Tiba-tiba mengingat sosok yang berpapasan dengannya tadi. "Radi, tadi kalau gak salah aku papasan dengan Daniel. Dia dari sini?"
Pria itu mengangguk. Ah pantas saja ia tak merasa asing dengan pria itu.
Daniel adalah 'orangnya' Daddy juga. Terakhir kali ia bertemu pria itu sekitar lima tahun yang lalu. Pun penampilan Daniel yang cukup berubah drastis membuatnya sempat tak mengenali. Kalau saja pria itu tak mengangguk saat melihatnya, ia tak mencoba mengingat siapa orang yang tak asing tersebut. "Ngapain dia ke sini?" Lagi-lagi Radi hanya diam, Aquinsha mencebik kesal. Berpikir sejenak, dan kembali berkata, "Masih tentang pelaku yang membuat teror waktu itu?" tanyanya. Kejadian beberapa minggu yang lalu belum ditemukan pelaku sebenarnya sehingga ia menduga jika pelakunya berasal dari orang yang besar. Meski Daddy tak pernah lagi menyinggung, ia tau jika Daddy pasti tak berhenti mencari tau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Harta, Tahta, Cinta
ChickLitHarta merupakan segala kekayaan yang berwujud maupun tidak berwujud. Tahta merupakan kekuasaan yang dimiliki oleh seseorang. Cinta merupakan suatu emosi dari afeksi yang kuat dan ketertarikan pribadi. Cinta juga dapat diartikan sebagai suatu perasaa...