Aquinsha berhasil menguasai dirinya, segera ia mendorong Radi sehingga mereka berjarak. Memicing kesal pada pria itu yang sama sekali tidak bereaksi. Aquinsha menghela nafas kesal. "Kamu sengaja, ya?"
"Sengaja apa?" sahut Radi dengan wajah datarnya yang menyebalkan itu.
Aquinsha merasa semakin gerah, ia pun menyerahkan kain kompres tersebut pada Radi. Biar pria itu sendiri yang mengompres rahangnya. "Kamar mandi di mana?" Berdiri dan mengamati sekitar, hanya menemukan satu pintu yang ia yakini kamar pria itu.
"Ada di kamar saya, Nona."
Aquinsha kembali menatap Radi. "Saya mau masuk."
Pria itu mengangguk, Aquinsha pun segera melipir masuk ke kamar tersebut dan langsung ke kamar mandi. Sementara itu Radi masih duduk tenang seraya mengompres rahangnya. Tatapannya lurus ke arah pintu kamarnya yang tertutup.
Suara bel berdenting membuatnya beranjak menuju ke pintu. Mengecek melalui lubang pintu untuk melihat siapa yang menekan bel. Melihat seseorang yang ia kenal, ia pun membuka pintu.
Shaki tersenyum menatapnya. "Abang."
Radi hanya berdehem seraya mempersilahkan gadis itu masuk, mengambil alih sesuatu yang gadis itu bawa.
"Tadi aku mau nitip ke Pak Jali, tapi katanya Abang udah pulang, makanya aku naik," jelas gadis itu seraya membantu Radi mengeluarkan wadah-wadah makanan dari tas.
"Lagi ada apa? Kenapa kamu masaknya banyak?" Radi melirik Shaki yang menyengir. Memang biasanya Shaki akan membawa makanan untuknya, dititipkan pada Pak Jali yang merupakan security di apartemen tersebut, atau Shaki mengirimnya.
Shaki berdecak pelan. "Ini kan hari spesial Abang. Jangan bilang Abang lupa, ya?"
Radi kembali menatap Shaki. Melihat ekspresi datar pria itu membuat Shaki kembali berdecak pelan. "Hari ini Abang ulang tahun. Astaga kenapa sih setiap tahun, Abang selalu lupa sama ulang tahun sendiri?"
Radi diam. Shaki pun mulai mengambil piring. Kegiatannya berhenti sejenak saat menyadari seseorang keluar dari kamar Radi. Segera ia menatap Radi yang sedang membuka tutup wadah makanan, kemudian kembali menatap Aquinsha.
Aquinsha agak terkejut karena melihat Shaki. Pun merasa malu karena ia baru saja keluar dari kamar Radi.
"Nona Aquinsha," sapa Shaki lebih dulu.
Aquinsha mengangguk. Mendekat ke arah dua orang itu yang berada di meja makan, melihat banyaknya makanan di sana. Menebak jika Shaki yang membawanya. "Bapakmu apa kabar, Ki?" tanya Aquinsha pada Shaki.
"Kurang baik." Radi langsung menatap Shaki.
"Bapak kenapa?"
Shaki beralih pada Radi. "Biasa. Kolestrolnya Bapak kambuh."
"Terus keadaan Bapak gimana? Kenapa kamu gak nelpon Abang?"
"Bapak gak pa-pa kok, Bang. Sudah minum obat. Bapak ngelarang aku kasih tau Abang, soalnya Abang pasti sibuk kerja."
Radi beranjak menuju ke kamarnya. Aquinsha yang sedari tadi diam pun kembali menatap Shaki yang menghela nafas. "Ini kamu yang masak semua?"
Shaki yang tadi terlihat sedih, kembali ceria. Kemudian mengangguk. "Nona mau?"
Aquinsha kembali menatap makanan tersebut lalu menggeleng pelan. "Aku lagi diet dan sekarang bukan waktunya untukku makan."
"Ah maaf."
Aquisha tersenyum manis. "Gak pa-pa kok."
Radi kembali keluar, Shaki pun menatap pria itu. "Bapak gak pa-pa, kan?" Tau jika Radi baru saja menghubungi Bapak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Harta, Tahta, Cinta
ChickLitHarta merupakan segala kekayaan yang berwujud maupun tidak berwujud. Tahta merupakan kekuasaan yang dimiliki oleh seseorang. Cinta merupakan suatu emosi dari afeksi yang kuat dan ketertarikan pribadi. Cinta juga dapat diartikan sebagai suatu perasaa...