"Lo beneran gak mau makan bareng kami?"
Aquinsha menatap Theresa dan Lovi. Dua temannya itu termasuk orang yang membantunya untuk memulai bisnisnya. Juga tadinya ada tiga lainnya yang akan bekerja sama dengannya. Mulai dari pemilihan tempat strategis. Konsep bisnisnya dan lain-lain.
Mereka telah selesai, tiga lainnya telah pamit pergi. Sekarang Aquinsha bersama dua temannya yang saling pandang.
"Em ... next time."
"Ayolah Sha. Kita udah lama gak pernah makan bareng lho," bujuk Lovi.
"Jangan bilang lo mau makan bareng Radi?" sahut Theresa dengan nada tidak suka, Aquinsha langsung melemparkan tatapan tidak suka.
"Kalau gue mau makan bareng dia, emangnya kenapa?!" ujar Aquinsha sewot. Lovi menatap bingunv dua temannya itu yang saat ini berdebat.
"Lo beneran suka sama si Radi itu?" Tatapan Theresa berubah menyelidik. Aquinsha salah tingkah.
"Enggaklah! Ngapain gue suka sama dia?! Gak level!" Setelah mengatakan itu, ia pun bergegas keluar. Radi telah siap dengan mobil, membuka pintu depan untuknya, tapi ia membuka pintu belakang dan masuk ke sana. Radi diam menatapnya heran. Segera ia berteriak kesal agar Radi menutup pintu.
Tanpa ekspresi pria itu segera masuk ke balik kemudi. Melirik kaca spion tengah sehingga tatapannya bertemu dengan Aquinsha, tapi segera Aquinsha membuang pandangannya."Nona mau ke mana?" tanya Radi.
Aquinsha melirik pria itu yang kini fokus ke depan. "Makan."
"Di mana?"
"Ya di tempat makan lah!"
Radi kembali meliriknya di kaca spion tengah sehingga tatapan mereka kembali bertemu.
"Di restoran mana, Nona?"
"Kamu kok banyak nanya sih?! Diam! Dan gak usah lirik-lirik!" Radi langsung berhenti meliriknya dan fokus menyetir. Aquinsha yang tersadar berteriak pada Radi tanpa sebab segera menggigit bibirnya. Menggerutu di dalam hati.
Apa yang Aquinsha telah lakukan?
Kenapa ia malah marah-marah tidak jelas?
Meski telah sadar, ia tetap diam. Tak minta maaf ataupun mengatakan jika ia ingin menyantap hidangan laut. Hingga akhirnya mereka tiba di sebuah restoran Jepang. Radi menoleh ke belakang, menatapnya lurus. Segera ia keluar tanpa kata.
Pegawai restoran membuka pintu untuknya dan tersenyum ramah. Meski dongkol, Aquinsha membalas senyuman wanita itu. "Untuk berapa orang, Kak?"
"Dua." Aquinsha menoleh dan tak menemukan Radi. Ia berdecak pelan. Bicara dengan wanita itu lebih dulu, apakah ada private room yang kosong. Setelah dikonfirmasi, ia kembali ke parkiran dan mengetuk pintu. Radi menurunkan kaca jendelanya. "Kenapa kamu gak turun?!" ujarnya kesal dengan suara tertahan.
Radi hanya diam membuatnya, membuka pintu dan menarik pria itu. "Tapi Nona ..."
"Ck!" Mata Aquinsha melotot, mendongak menatap pria tinggi itu. Bahkan ia memeluk lengan Radi dan setengah menyeretnya masuk ke restoran tersebut. Hingga mereka di ambang pintu bertemu dengan seseorang yang Aquinsha kenal, begitupun sebaliknya. Segera Aquinsha melepaskan tangannya dari lengan Radi.
"Hai Aquinsha," sapa Nerissa sok ramah. Aquinsha hendak melengos, tapi Nerissa juga menyapa Radi. "Hai Radi." Radi hanya mengangguk sopan. Lalu kembali Nerissa menatapnya. "Aku gak menyangka kalau selera Tuan Putri menurun." Lalu tertawa pelan seraya menutu mulutnya menggunakan telapak tangannya. Wanita itu mulai mengamati penampilannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Harta, Tahta, Cinta
ChickLitHarta merupakan segala kekayaan yang berwujud maupun tidak berwujud. Tahta merupakan kekuasaan yang dimiliki oleh seseorang. Cinta merupakan suatu emosi dari afeksi yang kuat dan ketertarikan pribadi. Cinta juga dapat diartikan sebagai suatu perasaa...