Part 35 - 'Our Future'

18.4K 1.7K 94
                                    

Selama satu minggu terakhir, Aquinsha disibukkan dengan pekerjaannya di yayasan, begitu juga meeting dengan tim marketing untuk bisnisnya atas rekomendasi Daddy.

Waktu berduaan dengan pria itu hanya sebatas saat menjemputnya dan mengantarnya pulang. Aquinsha pun tak memaksa Radi untuk tinggal jika Radi menolak. Pasti pria itu butuh waktu sendirian. Tapi, ia kerap kali mengatakan pada Radi jika pria itu tak sendirian. Ada dirinya yang akan selalu membantu.

"Besok lusa ada kunjungan ke panti asuhan Garvita."

"Kamu sudah menyiapkan segala kebutuhan yang perlu dibawa?"

"Saya sudah memberitahu pengurus untuk menyiapkannya."

"Ya sudah. Kamu cek lagi, kalau ada yang kurang kasih tau aku."

"Baik Nona." Bora pamit keluar dan digantikan oleh sekretaris yayasan yang menyampaikan tentang kegiatan charity. Kegiatan yang setiap tahunnya diadakan oleh yayasan mereka. Kegiatan amal yang sangat eksklusif karena yang datang hanya orang-orang dari lingkaran atas.

Setelah bicara, wanita tersebut keluar. Aquinsha bersandar dan menghembuskan nafas kasar.

Beberapa saat kemudian, sebelum matahari tenggelam, ia memutuskan untuk pulang. Tersenyum tipis saat bertemu dengan Radi. Semenjak masuk ke kantor yayasan dari pukul sepuluh hingga pukul empat sekarang, barulah ia melihat pria itu karena ia tak pernah keluar dari ruangannya.

"Bora, besok aku gak ada jadwal apapun, kan?"

Bora yang senantiasa berjalan di sebelahnya segera mengangguk. Wanita itu tersenyum lebar. "Besok saya libur juga, kan?"

"Besok masih hari kerja. Gak ada libur buat kamu!"

Bora cemberut, tapi saat mendengar ejekan Junior, wanita itu segera memasang ekspresi galak, bersiap melempar Junior menggunakan high heels-nya. "Gak usah ketawa lo! Bayar utang lo!"

"Utang apaan?!"

"Gak usah pura-pura amnesia! Sini gue timpuk pala lo pakai batu biar amnesia beneran!"

Aquinsha tidak mengacuhkan dua orang itu yang kini saling kejar-kejaran bagai anak kecil. Ia menghampiri Radi yang membuka pintu untuknya. Ia pun masuk. Tatapannya tak putus dari Radi yang melangkah menuju ke pintu pengemudi. Pria itu masuk barulah ia membuang pandangan.

Seperti hari-hari kemarin dan pagi tadi, suasana mobil tersebut sangat hening. Tak ada percakapan di antara mereka. Aquinsha juga bingung ingin memulai percakapan darimana, tak tau apakah suasana hati Radi telah baik-baik saja.

Hubungannya dengan Radi agak mendingin. Ia telah memberitahu pria itu jika orang yang pernah menolongnya merupakan keluarga Theresa.

Theresa berada di luar negeri membuat Aquinsha tak dapat bertemu dengan wanita itu. Tak ingin bicara melalui ponsel karena lebih baik bicara langsung tentang Ararya Chandramohan.

Hingga mereka tiba di basement apartemen, Aquinsha melepas sabuk pengaman dari badannya. Menoleh ke arah Radi karena tak mendengar pergerakan dari pria itu yang ternyata duduk tenang. Biasanya Radi akan langsung keluar membuka pintu untuknya. Baru saja ia hendak bersuara, pria itu mendahului.

"Saya minta maaf," ujar pria itu pelan dengan tatapannya yang begitu teduh.

Kening Aquinsha mengernyit. "Minta maaf untuk apa?"

Harta, Tahta, CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang