Part 45 - 'Kau Rumahku'

20.8K 1.8K 60
                                    

Aquinsha memutar badannya. Langkahnya terasa sangat berat. Pandangannya memburam akibat desakan air mata. Langkahnya seketika lemas saat mendengar suara mesin motor bunyi kemudian tak berapa lama menjauh. Ia berhenti melangkah, menoleh ke belakang melihat punggung Radi yang semakin jauh. Aquinsha tak bisa lagi menahan tangisnya. Menunduk dan air matanya berlomba-lomba jatuh.

"Em Nona?" Panggil Junior ragu membuat Aquinsha segera menyeka air mata menatap pria itu yang menyengir kering. "Saya tau ini bukan urusan saya. Tapi ... Nona serius mau pulang?" Aquinsha mengangguk. "Nona gak akan menyesal? Udah jauh-jauh lho Nona ke sini."

"Aku perempuan, Jun. Masa aku yang terus-menerus yang berjuang? Sepupumu itu pengecut! Laki-laki bego!" Aquinsha meluapkan sakit hatinya pada Junior yang hanya mampu tersenyum hampa. Tak apa-apalah sekarang Aquinsha marah-marah, daripada memilih menceburkan diri ke laut. Ia agak ngeri membayangkannya. Kalau sampai itu terjadi, sudah pasti Ganesha Janitra akan menceburkannya ke laut juga yang tentunya dipenuhi hiu. Membayangkan hal tersebut membuatnya semakin ngeri, ia merinding.

"Bang Radi menahan diri," ujar Junior pelan. "Saya gak tau apa kesepakatan yang Bang Radi dan Tuan Ganesh buat, tapi yang pastinya ini demi kebaikan Nona. Itu kata Bang Radi," ujar Junior saat tempo hari, ia bertanya kenapa Radi menjaga jarak dari Aquinsha. Pria itu hanya mengatakan jika sikapnya bukan hanya semata-mata karena tak lagi memiliki perasaan pada Aquinsha. Radi memang menginginkan Aquinsha pulang karena jika Aquinsha berada di sini di waktu yang lama, pria itu cemas jika Aquinsha dalam bahaya.

Aquinsha memutar bola mata jengah. Daddy, Mommy, Radi bahkan Junior terus-menerus mengungkit tentang 'semua ini demi kebaikannya'.

"Apa Nona tau masa lalu Bang Radi?" Aquinsha yang tadinya mendumel, berhenti. Kembali menatap Junior.

"Iya."

"Nona tau kan kalau posisi Bang Radi juga dalam bahaya. Ini menurut saya, ya. Mungkin Tuan juga tau, makanya Tuan memisahkan kalian lebih dulu hingga situasi yang aman."

Aquinsha terpekur. Kembali mengingat tentang masa lalu Radi.

Apakah saat ini Radi mulai diincar sehingga pria itu 'bersembunyi?'

Aquinsha menutup mulutnya menggunakan sebelah telapak tangannya. Dadanya berdebar cemas.

Itu berarti Radi dalam bahaya.

Pak Jamal mendekat ke arah mereka dan memberitahu jika kapal akan berangkat. Segera Junior berdiri, begitupun Aquinsha. Junior hendak meraih gagang koper Aquinsha, tapi wanita itu menahannya. Membuatnya menatap Aquinsha. "Kenapa Nona?"

"A-aku .... aku harus kembaliin sweater Radi. Aku baru ingat kalau sweater-nya masuk ke dalam ranselku," ujar Aquinsha gugup. Berusaha menutupi alasan sebenarnya. Segera ia mengeluarkan sweater hitam yang berada di dalam tas ranselnya.

Mulut Junior terbuka, tapi pria itu tak berkata-kata sama sekali. Malah tersenyum menyebalkan yang membuat Aquinsha ingin mendorong Junior ke laut saat ini juga!

"Ah ..."

"Udah sana kamu pergi!" Mencegah Junior bicara, mendorong pria itu ke arah kapal.

"Nak Sha tidak ikut?" tanya Pak Jamal karena hanya Junior yang naik ke kapal.

"Enggak. Saya numpang lagi ya, Pak? Saya minta tolong antar saya kembali ke rumahnya Radi." Aquinsha meringis pelan. Pak Jamal diam sejenak, kemudian tersenyum mengangguk.

"Tapi saya belum mau pulang. Ada urusan. Nak Aquinsha bisa menunggu di warung langganan saya?"

"Bisa kok, Pak. Bisa!"

"Urusan saya agak lama. Nak Sha akan menunggu lama. Tidak apa-apa, kan?"

"Enggak pa-pa."

Aquinsha beralih pada Junior. Melambaikan tangan pada pria itu, tidak lupa menyuruh Junior agar tutup mulut. Menggerakan tangannya di depan bibirnya seakan menarik resleting. Pria itu membalas dengan anggukan, ditambah gerakan ibu jari dan jari telunjuk yang bergesekan, yang artinya minta uang. Aquinsha menatap malas pria itu yang malah tertawa. Apalagi saat ia mengacungkan jempol.

Harta, Tahta, CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang